Pilkada serentak sudah selesai. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menilai, secara umum gelaran Pilkada tahun ini sukses tanpa kendala berarti. Berbagai kekhawatiran terjadinya kerusuhan hingga ketidaknetralan aparat ternyata tidak terjadi.
"Secara umum berjalan lancar. Tidak ada pengaduan resmi kecurangan yang massif. Semua perkiraan kecurangan sebagainya itu, tidak ada. Kelompok yang katanya dulu akan didiskriminasi ternyata gak, ternyata demokratis. Di Jawa Barat dan Jawa Tengah ada kejutan suara kan buktinya. Kalau ada benturan kecil, memang tak dapat dihindarkan," ujar Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) saat ziarah ke Makam Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Minggu (1/7).
Selain itu, pakar hukum tata negara ini berpendapat, tidak ada satu partai pun yang berhak mengklaim paling banyak meraih kemenangan pada kontestasi Pilkada 2018. Sebab, sedikit sekali ada pasangan calon yang menang didukung oleh satu partai.
"Misalnya di Jawa Timur siapa yang menang? Yang menang itu ya paslonnya. Karena kalau bicara partai, partai pendukungnya banyak, dan enggak bisa diklaim oleh satu partai," ungkap Mahfud.
Karenanya, Mahfud menilai, hasil Pilkada tidak bisa menjadi acuan Pilpres 2019 mendatang. Kemenangan para pasangan calon tidak lantas berpengaruh pada kekuatan partai politik pada pertarungan Pilpres.
Pilkada serentak tahun ini, menurutnya menggambarkan masyarakat yang lebih dewasa. Masyarakat memilih figur atau tokoh. Mahfud pun menilai, ketokohan juga akan lebih berpengaruh pada Pilpres mendatang.
"Sebab Pilkada kemarin, rakyat benar-benar memilih figur dan cenderung tidak memilih partai," sebutnya.
Disinggung soal cawapres, Mahfud mengaku tidak melakukan upaya mempromosikan dirinya agar ada yang mengusungnya.
"Saya tidak melakukan upaya-upaya atau langkah-langkah seperti memasang baliho dan sejenisnya," akunya.
Meski demikian, Mahfud tidak menutup dirinya dapat maju menjadi cawapres pada kontestasi Pilpres 2019. Artinya, ketika ada capres dan partai politik yang melamarnya, dan itu sesuai dengan visi-misinya, Mahfud akan mempertimbangkan pinangan tersebut.
"Kalau ternyata nanti sejarah mengatakan saya harus maju, ya, bisa saja. Silakan, tetapi saya tidak menawarkan diri," ujarnya.
Mahfud pun menyatakan, dia tidak bisa maju sendiri untuk bisa mengikuti kontestasi Pilpres 2019. Harus ada calon presiden dan partai politik yang bersedia mengusungnya.
"Jadi itu urusan partai pendukung supaya memilih dengan demokratis. Siapapun terserah. Saya kan bukan anggota partai. Tapi saya tidak menawarkan diri," sebut dia.
[dem]