Berita

Susanto/Net

Wawancara

WAWANCARA

Susanto: Anak-anak Terinfiltrasi Radikalisme Dari Guru, Media Sosial Dan Teman Sebaya

MINGGU, 10 JUNI 2018 | 09:28 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti adan­ya pola baru infiltrasi radikal­isme terhadap anak. Menurut Ketua KPAI Susanto, cukup sulit untuk mencegah penyebaran pola infiltrasi, kecuali dilakukan upaya yang menyeluruh. Lantas seperti apa pola infiltrasi baru yang dilakukan pelaku teroris terhadap anak? Dan bagaimana solusi untuk menghadapin­ya? Berikut penuturan lengkap Susanto.

Seperti apa sih pola baru infiltrasi yang dilakukan para pelaku teroris terhadap anak?
Begini infiltrasi radikalisme itu pintunya dari banyak entry, di mana salah satunya melalui pintu guru. Ada saja dalam kasus-kasus sebelumnya anak terinfiltrasi radikalisme melalui oknum guru. Apalagi guru kan ditiru dan menjadi salah satu sumber referensi nilai bagi anak, sehingga apa yang disampaikan oleh guru kadang-kadang tidak terkoreksi oleh anak. Ini me­mang sangat berbahaya.


Yang kedua adalah tren terba­ru anak menjadi korban radika­lisme itu melalui pintu media sosial. Jadi anak membaca me­dia sosial, anak berkomunikasi dengan orang lain yang kata­kanlah itu kelompok jaringan, sehingga yang bersangkutan menjadi terpapar dan masuk jaringannya.

Lalu apa pintu masuk lain­nya?

Yang ketiga melalui proses pengasuhan seperti kasus yang di Surabaya misalnya, di mana anak kemudian dilibatkan men­jadi pelaku. Ternyata ini adalah diduga melalui proses pengasu­han yang dilakukan. Kemudian juga melalui kelompok teman sebaya. Kadang-kadang tidak mudah melakukan deteksi anak main, belajar kelompok, mengerjakan tugas bersama bareng kadang-kadang tidak terdeteksi.

Melihat pola-pola infiltrasi baru itu apa masukan KPAI untuk mencegahnya?

Nah, oleh karena itu kami berharap semua pihak harus memberikan atensi khusus terkait radikalisme. Terutama me­mastikan kekuatan ketahanan keluarga. Lalu memastikan selu­ruh guru tidak terinfiltrasi. Oleh karena itu proses pembibitan menjadi guru di fakultas ilmu keguruan dan tarbiyah itu harus dipastikan bahwa yang bersang­kutan memang steril dari potensi radikalisme. Dengan begitu ma­ka Insya Allah dalam ke depan anak-anak kita akan aman.

Bisa dijelaskan penguatan ketahanan keluarga seperti apa yang efektif untuk menangkal infiltrasi radikalisme?

Selain juga aspek penguatan ekonominya, penguatan pen­didikan, wawasan keluarganya, wawasan pengasihan agar yang bersangkutan tidak memi­liki radikalisme. Orang tua juga harus mengontrol konten-kontensumber belajar bagi anak. Kita tahu bahwa saat ini sumber belajar sangat luas ada sumber belajar dalam bentuk buku, internet dalam bentuk e-book dalam bentuk PPT (power point) dalam bentuk lain.

Kalau ada konten-konten pen­didikan yang berkonten radikal tentu ada upaya pencegahan, jangan sampai itu bisa dibaca oleh anak. Anak-anak saat ini digital native ya anak sebagai pengguna media sosial seolah-olah dunianya.

Soal lain. Baru-baru terjadi kasus pencabulan yang diduga dilakukan seorang guru ter­hadap muridnya di Depok, Jawa Barat. Apa tanggapan Anda terkait kasus itu?
Pertama, kami akan sesegera mungkin berkoordinasi dengan Polres Depok. Kami akan usa­hakan berkoordinasi seintensif mungkin, karena sebenarnya Kapolres Depok juga sudah berkomunikasi dengan kami. Tapi secara prinsip bahwa guru yang terduga menjadi pelaku pencabu­lan itu tentu tidak bisa ditoleransi. Guru kan seharusnya menjadi figur utama, menjadi figur teladan, figur pendidik buat anak.

KPAI sudah mengecek anak-anak yang menjadi korbannya?

Belum, dan nanti tentunya kami akan cek kondisi korban seperti apa, kemudian kami juga akan ikut mendalami se­cara komprehensif kasusnya. Kami akan lihat apakah korban membutuhkan pendampingan psikologis atau tidak. Dua hal ini tentu menjadi hal-hal yang akan kami pastikan terlebih dahulu.

Lalu apa masukan dari KPAI terkait hal ini?
Dengan adanya kejadian ini tentunya diharapkan semua pihak harus melakukan langkah-langkah antisipasi, terutama dinas pendidikan dan juga pihak sekolah. Di sekolah-sekolah negeri tentu pemerintah daerah harus memastikan rekrutmen guru ini penting.

Dipastikan seperti apa?

Rekrutmen guru itu harus benar-benar seselektif mungkin, jangan sampai ada calon guru yang kemudian terseleksi namun ternyata katakanlah rentan men­jadi pelaku kekerasan, rentan menjadi pelaku kejahatan so­sial, retan emosional, dan seba­gainya. Misalnya ada calon guru yang seperti itu tentu memang langsung harus di-cut, jangan direkrut menjadi guru. Karena ini sangat membahayakan buat anak-anak kita. ***

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

Makan Bergizi Gratis Ibarat Es Teh

Jumat, 14 Februari 2025 | 07:44

UPDATE

Bungkam City di Etihad, Liverpool Unggul 11 Poin dari Rival Terdekat

Senin, 24 Februari 2025 | 07:39

ADHI Laporkan Telah Gunakan Semua Dana Obligasi 2024

Senin, 24 Februari 2025 | 07:37

CDU/CSU Unggul, Friedrich Merz Calon Kanselir Jerman Selanjutnya

Senin, 24 Februari 2025 | 07:18

OJK: Perlu Upaya Sistematik dan Terkoordinasi untuk Capai Tingkat Market Share

Senin, 24 Februari 2025 | 07:00

Polisi Amankan Remaja Ugal-ugalan Bawa Senjata Tajam

Senin, 24 Februari 2025 | 06:57

20 Siswa SMP Diamankan Polisi

Senin, 24 Februari 2025 | 06:08

Dukungan untuk AHY Mengalir Deras

Senin, 24 Februari 2025 | 05:45

Balada Bayar, Bayar, Bayar

Senin, 24 Februari 2025 | 05:18

Waspada Potensi Banjir Pesisir di 17 Wilayah RI

Senin, 24 Februari 2025 | 04:41

Puncak Arus Mudik Penumpang KA Diprediksi Akhir Maret

Senin, 24 Februari 2025 | 04:30

Selengkapnya