Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
SAMA dengan kelompok radikal, kalangan teroris umumnya mengelola sumber dananya sendiri. Mereka menyadari bahwa tidak mungkin bisa memÂperoleh dana terbuka dari masyarakat luas seperti halnya ormas-ormas lain, yang bebas mengirim proposal permohonan bantuan perjuangan umat. Mereka juga meÂnyadari tidak mungkin memperoleh bantuan dana dari pemerintah. Bahkan pemerintah dinilai amat proaktif memotong mata rantai sumber-sumber dana mereka, baik dari dalam negeri melalui regulasi ketat, maupun bantuÂan dari luar negeri melalui pemantauan penÂgiriman dan transfer dana dari luar yang menÂcurigakan. Mereka juga sulit mendapatkan pendanaan dari pihak swasta atau pengusaÂha, karena tentu pihak mereka khawatir usaÂhanya akan gulung tikar setelah diisukan penÂdukung dana terorisme atau kelompok garis keras. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi kelompok teroris.
Mereka tidak mungkin membawa uang cash atau travel check dari luar negeri karena jika ketahuan maka bukan hanya dana itu akan diÂambil tetapi dirinya juga akan ditahan jika tidak mampu mempertahankannya. Karena itu merÂeka berusaha mencari akal untuk memperoleh dana dari luar melalui pengiriman surat-surat berharga non-uang atau check. Kelompok jarÂingan teroris pernah ditemukan menggunakan permata atau berlian yang bernilai tinggi unÂtuk lolos dari X-ray. Di beberapa tempat, terÂurama di perbatasan Sumatera dan Malaysia sering ditemukan penyelundupan ganja yang kemudian ditukar dengan senjata dari negaÂra-negara lain. Di antara mereka juga memiÂliki keahlian memproduksi narkoba untuk seÂlanjutnya dijadikan sumber keuangan di dalam membiayai perjuangan mereka. Bahkan ada yang merampok bank dan toko-toko emas untuk mendanai perjuangan mereka, seperti yang dilakukan kelompok teroris yang sudah ditangkap di beberapa tempat.
Mereka berusaha menciptakan sumber-sumber ekonomi mandiri dari para angÂgotanya dengan menyisihkan sebagian beÂsar keuntungan untuk mendanai perjuangan mereka. Mungkin karena ada motivasi kuat, maka etos kerja kelompok ini sangat gigih. Bahkan merelakan diri siang dan malam mengoleksi dana-dana recehan, seperti yang pernah ditemukan mengoleksi dana recehan dari pinggir jalan melalui kotak-kotak amal, menjual produk-produk tertentu melalui bisnis multi level system, atau apa saja yang bisa menghasilkan uang untuk mendanai perjuanÂgan mereka. Secara konvensional uang cash dapat dihimpun melalui iuran-iuran tetap angÂgota. Bisa juga menyamarkan sebuah yayasan keagamaan sebagai badan hukum yang bisa digunakan untuk menampung bantuan legal dari donatur. Mereka tidak segan-segan menÂjual properti mereka, seperti rumah, tanah, bangunan, dan kendaraan, untuk membiayai kegiatan yang dinilainya sangat mendesak. Mereka maknai ayat: "… berjihadkan dengan harta dan diri kalian…". Mereka tidak sadar bahwa berjihad dengan harta tidak boleh denÂgan cara mengorbankan atau menelantarkan keluarga sendiri.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00
Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03
Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12
Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:34
Senin, 15 Desember 2025 | 23:10
Senin, 15 Desember 2025 | 23:07