Berita

Mahathir Mohamad/Net

Dunia

Skandal 1MBD Dan Pajak, Faktor Kemenangan Mengejutkan Mahathir Mohamad

JUMAT, 11 MEI 2018 | 13:46 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Aliansi politik Pakatan Harapan yang dipimpin Mahathir Mohamad menyapu kemenangan yang mengejutkan dan dalam pemungutan suara pekan ini. Dia membalikkan 61 tahun pemerintahan Barisan Nasional.

Setidaknya ada dua alasan utama mengapa Mahathir berhasil membuat kemenangan mengejutkan tersebut, yakni korupsi dan uang.

Skandal korupsi ternama yang menyita perhatian warga Malaysia dan dunia adalah 1MDB atau 1 Malaysia Development Berhad.


Singkatnya, itu adalah dana investasi negara yang dibentuk oleh mantan Perdana Menteri Najib Razak yang seolah-olah ingin mengembangkan bagian-bagian Kuala Lumpur menjadi pusat keuangan dan meningkatkan perekonomian.

Namun rencana tersebut tidak terjadi pembengkakan utang. Ada tuduhan besar penipuan dan pelanggaran, termasuk oleh Departemen Kehakiman AS (DoJ) yang menuduh USD 3.5 miliar telah disalahgunakan dari 1MDB.

"Orang-orang Malaysia ditipu dalam skala besar," kata Federal Bureau of Investigation (FBI) pada saat itu seperti dimuat BBC.

Najib dituduh menerima USD 700 juta dari uang itu, tetapi membantah keras tuduhan tersebut.

Meskipun banyak protes di jalan-jalan dan banyak penyelidikan internasional, skandal 1MDB kemudian tampak senyap dan tidak terdengar perkembangan yang berarti.

Pemilu ke-14 Malaysia yang digelar pekan ini seakan menjadi bukti bahwa banyak warga Malaysia yang menunggu kesempatan untuk mengubah berbagai hal.

Tetapi korupsi bukan satu-satunya masalah yang menjadi sorotan selama Najib memimpin. Salah kebijakannya yang menjadi permasalahan adalah penerapan pajak barang dan jasa yang baru-baru ini diterapkan oleh pemerintahan Najib.

Penerapan pajak tersebut dirasa membebani banyak warga Malaysia, terlebih di tengah persaingan ekonomi dan tingginya harga komoditas.

Tetapi itu bukan berarti Mahathir mengemban tuga Perdana Menteri Malaysia tanpa hambatan. Pasalnya, rencana Mahathir untuk menghidupkan kembali ekonomi Malaysia juga kontroversial dan membutuhkan waktu untuk implementasi.

Dia diketahui berjanji untuk mengganti pajak yang diterapkan oleh pemerintahan sebelumnya, namun spesifikasinya belum dirilis. Sulit untuk melihat di mana dia bisa menemukan uang untuk mengisi "lubang" dalam anggaran negara.

Rumah riset Capital Economics, seperti dimuat BBC,  mengatakan bahwa karena Malaysia memiliki salah satu tingkat utang publik tertinggi di kawasan itu, yakni sebesar 54 persen dari PDB. Sehingga cepat atau lambat pemerintah kemungkinan akan mendapat tekanan dari pasar keuangan untuk mendapatkan konsolidasi fiskal kembali ke jalurnya. [mel]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

Dituding Biang Kerok Banjir Sumatera, Saham Toba Pulp Digembok BEI

Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13

Kapolda Metro Jaya Kukuhkan 1.000 Nelayan Jadi Mitra Keamanan Laut Kepulauan Seribu

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56

OTT Jaksa di Banten: KPK Pastikan Sudah Berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49

Momen Ibu-Ibu Pengungsi Agam Nyanyikan Indonesia Raya Saat Ditengok Prabowo

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41

Pasar Kripto Bergolak: Investor Mulai Selektif dan Waspada

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31

Pimpinan KPK Benarkan Tangkap Oknum Jaksa dalam OTT di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21

Waspada Angin Kencang Berpotensi Terjang Perairan Jakarta

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02

DPR: Pembelian Kampung Haji harus Akuntabel

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01

Target Ekonomi 8 Persen Membutuhkan Kolaborasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58

Film TIMUR Sajikan Ketegangan Operasi Militer Prabowo Subianto di Papua

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48

Selengkapnya