Berita

Agung Hendriadi/Net

Wawancara

WAWANCARA

Agung Hendriadi: Bawang Bombai Diimpor Via Kontainer, Ketika Inspeksi Tak Ketahuan Karena Ditaro Di Tengah

SELASA, 08 MEI 2018 | 09:07 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Petani bawang merah sempat mengeluhkan kehadiran bawang bombai di sejumlah pasar di berbagai daerah. Semua bawang tersebut diduga masuk secara ilegal. Hal itu menyebabkan harga bawang merah anjlok.

Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Juwari menyatakan, bawang tersebut berukuran dua sentimeter dan berwarna merah. Alhasil, ketika dioplos dengan bawang merah lokal, akan terlihat sama.

Sementara itu, Keputusan Menteri Pertanian No 105 Tahun 2017 menyebutkan, bawang bombai yang bisa diim­por cuma dua jenis, bawang bombai cokelat berumbi putih dan bawang bombai merah. Kemudian, dibelah secara me­lintang dengan diameter mini­mal lima sentimeter.

Lantas bagaimana tangga­pan Kementerian Pertanian (Kementan) terkait hal ini? Berikut penuturan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi kepada Rakyat Merdeka.

Di beberapa daerah ditemu­kan bawang bombai (diduga) ilegal. Tanggapan Anda?

Yah... kalau bawang itu be­gini, kita kan bawang putih itu dulu pernah swasembada. Kan kebutuhan kita tidak banyak. Kita bisa swasembada karena pemerintah saat itu, saya enggak mau nyalahin yang mana, kalau harga di luar negeri lebih murah, mereka memutuskan impor. Sehingga patani kita mati semua. Nah sekarang diubah, importir yang memasukkan bawang wajib menanam lima persen dari jumlah yang diimpor. Jadi misalnya Anda impor 100 ton, maka Anda harus menanam lima persen dari 100 ton.

Kami wajibkan supaya bawang kita akan meningkat. Masalahnya yang namanya ilegal pasti tetap ada. Cuma kan jumlahnya tidak banyak. Kami bekerja sama dengan Satgas Pangan dan Polri untuk memi­nimalisir masuknya bawang itu dan menyelidikinya. Kami juga sudah menerjunkan tim ke lokasi untuk mengetahui pasti dan pen­dalaman. Hanya saja saya belum tahu bagaimana perkembangan­nya saat ini.

Bawang itu bagaimana bisa masuk ke Indonesia?

Saya kurang tahu. Tapi sa­ya pernah dapat cerita, jadi ada orang impor via kontainer. Kontainer itu bawa bawang, tapi menaruhnya di tengah-tengah. Karena inspeksi itu kan enggak mudah. Jadi di luar seakan-akan barang legal, tetapi didalamnya ilegal. Seperti itu biasanya yang terjadi. Bahkan bawang merah pernah masuk dengan cara itu. Padahal stok kita melimpah untuk bawang merah itu.

Memang berapa kebutuhan bawang kita setiap tahunnya?

Kebutuhan kita itu satu tahun 600 ribu ton. Jadi memang sedikit sekali. Kita itu biasanya ekspor bawang merah ke se­jumlah negara, seperti Thailand, Timor Leste, Vietnam, dan Singapura. Tidak mungkin kita impor. Makanya kami ribut.

Lalu sebesar apa pengaruh impor itu terhadap harga bawang di pasar?

Saya tahu persis bagaimanan­ya, tapi pasti akan mempengaruhi harga. Karena masuknya bawang itu akan mempengaruhi volume di pasar. Kementan kan mengatur juga volume di pasar supaya harga tidak jatuh, ke­mudian harga juga tidak terlalu tinggi. Kami harus menyeim­bangkan itu.

Dengan adanya berbagai temuan itu, pengawasan seperti apa yang akan dilakukan?
Tentunya kami akan tingkat­kan pengawasannya. Tapi untuk detailnya, tentu tidak bisa saya ungkap. Yang pasti kami akan terus melakukan pengawasan intensif terhadap kemungki­nan masuknya bawang ilegal. Terutama di sepanjang zona rawan penyelundupan.

Sebentar lagi kan bulan Ramadhan. Lalu apakah adanya kasus ini akan mempengaruhi stabilitas harga di pasar?
Tidak akan. Saya katakan, semua komoditas aman. Delapan komoditas strategis, yaitu beras, bawang, cabai, jagung, kedelai, daging, minyak goreng, dan gula semuanya aman. Kami sudah pertemuan beberapa kali, termasuk Jum’at pagi lalu se­muanya dinyatakan aman.

Berapa stok yang tersedia?
Angkanya saya enggak hafal. Tapi rata-rata persediaanya sur­plus 42 persen untuk dua bulan ke depan.

Saat Ramadhan kan kerap terjadi kenaikan harga. Apa yang Kementan lakukan me­nyikapi hal ini?
Enggak, tahun lalu saja kan enggak naik. Kalau dua tahun lalu mungkin iya. Tapi 2017 sudah enggak, harga sudah sta­bil. Kami sama-sama akan jaga. Kemendag, KPPU, Polri, dan Bulog akan sama-sama dengan kami untuk menjaga stabilitas harga. Kamis malam saya sudah lakukan pertemuan guna mem­bahas hal ini. Jadi tahun ini saya yakin harga tetap stabil. Kalau ada yang macam-macam akan saya tangkap.

Meski sudah direncanakan lewat rapat koordinasi, tapi kondisi di lapangan suka ber­beda dari rencana. Apa yang Kementan lakukan guna men­gantisipasinya?

Memang, untuk itu BKP Kementan akan bekerja sa­ma dengan PD Pasar Jaya di 43 pasar, serta 20 outlet Toko Tani Indonesia untuk mengadakan gelar pangan pasar mu­rah. Yang tidak kalah penting juga, kami akan terus lakukan monitoring, serta menyediakan dukungan informasi dan data­base pasokan dan harga pangan melalui e-commerce.

Selain itu kami juga akan terus melakukan koordinasi antar-pimpinan K/L, seperti dengan Kemendag, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Polri, KPPU serta Bulog. Koordinasi ini perlu dilakukan baik di pusat maupun daerah agar stabilitas harga dan pasokan pangan selama HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Ramadhan dan Idulfitri 2018 tetap terkendali.

Baru-baru ini pemerintah telah mengimpor daging, lan­taran stoknya menipis saat itu. Tapi ternyata menurut asosiasi peternak jumlah daging impor justru melebihi daging lokal. Apa tanggapannya?

Dulu itu kalau garam di laut, asam di gunung. Ternyata salah itu. Ternyata garam yang bagus itu dari gunung. Coba saja lihat Kanada, mereka itu punya gu­nung garam. Itu kualitasnya jauh lebih bagus. Nah sekarang kita punya pantai terpanjang. Tapi garam dari laut itu tidak sebagus garam dari gunung. Sehingga bagi indrustri kadang-kadang membutuhkan kriteria itu. Makanya kami coba penuhi.

Lalu soal impor daging, seka­rang kan 25 persen, tapi itu akan kami kurangi. Karena ternak yang nanti kami wajibkan hamil kan banyak. Mudah-mudahan dari situ bisa memenuhi kebu­tuhan. ***

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

Makan Bergizi Gratis Ibarat Es Teh

Jumat, 14 Februari 2025 | 07:44

UPDATE

Bungkam City di Etihad, Liverpool Unggul 11 Poin dari Rival Terdekat

Senin, 24 Februari 2025 | 07:39

ADHI Laporkan Telah Gunakan Semua Dana Obligasi 2024

Senin, 24 Februari 2025 | 07:37

CDU/CSU Unggul, Friedrich Merz Calon Kanselir Jerman Selanjutnya

Senin, 24 Februari 2025 | 07:18

OJK: Perlu Upaya Sistematik dan Terkoordinasi untuk Capai Tingkat Market Share

Senin, 24 Februari 2025 | 07:00

Polisi Amankan Remaja Ugal-ugalan Bawa Senjata Tajam

Senin, 24 Februari 2025 | 06:57

20 Siswa SMP Diamankan Polisi

Senin, 24 Februari 2025 | 06:08

Dukungan untuk AHY Mengalir Deras

Senin, 24 Februari 2025 | 05:45

Balada Bayar, Bayar, Bayar

Senin, 24 Februari 2025 | 05:18

Waspada Potensi Banjir Pesisir di 17 Wilayah RI

Senin, 24 Februari 2025 | 04:41

Puncak Arus Mudik Penumpang KA Diprediksi Akhir Maret

Senin, 24 Februari 2025 | 04:30

Selengkapnya