Berita

Foto: Net

Politik

Kontrak Migas Asing Yang Memasok 80 Persen Minyak Nasional Berakhir, Nasionalisme Jokowi Diuji

KAMIS, 19 APRIL 2018 | 13:22 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

MENJELANG Pemilu 2019 rasa nasionlisme pemerintahan Jokowi tengah diuji.

Bagaimana tidak! Sebagian besar kontrak migas akan berakhir dan dapat diperpanjang atau diakhiri dalam sisa waktu satu setengah tahun pemerintahan yang terpilih pada pemilu 2014 ini.

Tidak main main, jumlah kontrak yang berakhir tersebut seluruhnya memasok 80 persen produksi minyak national, dengan nilai kontrak sekitar 137 trilliun.


"Indonesia’s expiring PSCs: $10 billion of potential upstream value, Wood Mackenzie valued Indonesia's expiring oil and gas production licenses or production sharing contracts (PSCs) at close to $10 billion." (sini)

Salah satu blok migas terbesar yang akan berakhir kontraknya adalah Rokan Blok Riau. Berdasarkan loporan PWC Blok Rokan yang dimiliki Chevron Pacific Indonesia  memproduksi 33 persen minyak mentah Indonesia, yang merupakan basis produksi terbesar.  Pada nomor kedua adalah Blok Cepu yang dikuasai oleh Exxon Mobil yang memproduksi 28 persen produksi Minyak mentah Indonesia.

Tentu saja pemerintahan Jokowi dihadapkan pada dilema yang tidak mudah di tahun politik dan menjelang Pemilu 2019 yang menentukan nasib pemerintahan ini. Berlanjut hingga 2024 atau ganti president 2019.

Pada satu sisi adalah kepentingan nasional untuk melakukan nasionalisasi menemukan kesempatan  yakni kontrak perusahaan asing berakhir. Jika nasionlisasi dijalankan maka pemerintah tidak dapat digugat di arbitrase internasional manapun karena merupakan bentuk tindakan nasionalisasi alamiah dengan cara mengakhiri kontrak.

Sementara pada sisi yang lain pemerintahan Jokowi membutuhkan dukungan politik dan dana yang besar untuk dapat memenangkan Pemilu 2019 mendatang, sehingga menuntut sikap politik Jokowi yang menguntungkan bagi dirinya dan masa depan politiknya.

Begitu besarnya jumlah dan nilai kontrak migas yang akan berakhir dan dapat diperpanjang dalam satu setengah tahun ke depan adalah pertaruhan lahir batin yang besar dari pemerintahan Jokowi.

Pilihannya cuma dua yakni : Akhiri kontraknya lalu kembalikan ke tangan negara untuk dikelola oleh BUMN Migas, atau berkhianat bangsa dan konstitusi negara dengan menyerahkan kembali kepada asing.[***]

Penulis merupakan Pengamat Ekonomi AEPI


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya