Berita

Nasaruddin Umar/Net

Makna Spiritual Isra' Mi'raj (9)

Jenis-jenis Perjalanan Spiritual (4): Tanazul & Taraqqi

KAMIS, 19 APRIL 2018 | 10:11 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

TANAZUL dan Taraqqi bisa dilihat sebagai sebab dan bisa juga dilihat sebagai aki­bat. Tanazul sebagai sebab, seperti dijelaskan di dalam artikel terdahulu, yaitu perjalanan atau pergerakan dari atas ke bawah (al-qaus al-tanzil), ketika Tuhan akan melihat dirinya, maka Ia memanivestasikan dirinya ke dalam wujud lain, yang kemudian disebut dengan tajalli atau umum dis­ebut sebagai makhluk. Ia memanivestasikan diri- Nya dari Wujud Eksistensi ‘Ilmiyyah (al-Hadharat al-’Ilmiyyyah), ke dalam lingkaran Wahidiyah yang di situ sudah terlihat nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Dari level Wahidiyyah terus mengalir wujud lain yang kemudian disebut ‘entitas luar’ (al-a’yan al-kharijiyyah/external identity) yang ke­mudian disebut alam atau makhluk (al-hadharat al-’ainiyyah). Tanazul sebagai akibat ialah peng­hambaan diri secara total (ta’abbud) kepada Al­lah Swt, menyebabkan tanazul-nya pertolongan (isti’anah) Allah Swt. Ketika isti’anah Tuhan tana­zul kepada hamba maka pada saat itu sang ham­ba naik ke atas (taraqqi), kembali ke hadiratnya. Penghambaan diri secara total yang dapat men­gundang tanazul dan sekaligus mengorbitkan (taraqqi) seseorang.

Taraqqi sebagai sebab ialah arus balik per­jalanan dan pergerakan sentrifugal ke senripetal, yaitu sebuah perjalanan spiritual insan kamil dari bawah (al-’alam al-sufla) ke alam atas (al-’alam al-’ulya), yaitu ke alam yang lebih dekat dari titik sentral yang biasa disebut dengan Ahadiyah dan atau Ahadiyah, atau dari al-hadharat al-’ainiyyah ke al-Hadharat al-’Ilmiyyyah, sebagaimana dii­syaratkan dalam ayat: Inna lillah wa Inna ilaihi raji’un (Kita semua dari Allah Swt dan aka kem­bali kepada-Nya). Dalam ayat lain juga dijelaskan: "Maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya apa yang telah Allah wahyu­kan." (Q.S. al-Najm/53:9-10).

Taraqqi sebagai akibat ialah buah dari sebuah usaha keras (mujahadah) yang dilakukan ses­eorang mengakibatkan dirinya melejit ke atas (taraqqi). Taraqqi hanya bisa terjadi jika ada isti’anah, dan isti’anah bisa terjadi jika ada ta’abbud. Dengan kata lain, ta’abbud merupakan pang­kal segala-galanya jika seorang akan kembali ke hadirat-Nya. Itulah sebabnya di dalam surah al- Fatihah disebutkan: Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya Engkau pula yang kami memohonk­an pertolongan). Ayat ini menegaskan penyebu­tan ta’abbud didahulukan dan isti’aanah disusul­kan. Ini menjadi isyarat buat kita bahwa ta’abbud harus mendahului isti’anah, upaya penyembahan dulu baru pertolongan dari Allah Saw. Ta’abbud merupakan ikhtiyar, tugas, dan kewajiban hamba, sedangkan isti’anah merupakan hak proregatif Allah Swt. Semakin besar ta’abbud seseorang maka semakin besar pula peluang hamba un­tuk mendapatkan isti’anah. Ta’abbud merupakan pencarian, riyadhah, mujahadah, dan sekaligus bentuk pendakian (taraqqi) seorang hamba; se­dangkan Isti’anah merupakan bentuk penurunan (penghampiran) Allah Swt kepada sang hamba.


Banyak di antara kita hanya lebih mengenal dan familiar dengan isti’anah, yang bisanya se­cara konsisten memohon pertolongan kepada Al­lah Swt terhadap berbagai persoalan dan kesu­litan hidup yang dialami tetapi kurang konsisten menjalankan fungsi ta’abbud. Idealnya pola ke­seimbangan ta’abbud dan isti’anah diparalelkan. Satu sisih kita konsisten mengamalkan ta’abbud dan pada sisi lain Allah Swt konsisten melakukan isti’anah. Allah Swt menjamin kasih sayangnya ke­pada orang yang secara konsisten mengamalkan ta’abbud. Bahkan Allah Swt dalam hadis Qudsi mengatakan "Barangsiapa mendekati Aku se­jengkal maka Aku akan mendekatinya sesiku, ba­rang siapa mendekati-Ku sesiku maka Aku akan mendekatinya sedepa", demikain pula seterus­nya. Dalam riwayat lain disebutkan "Barangsiapa mendekatiku berjalan maka Aku akan mendeka­tinya dalam keadaan berlari". Ta’abbud-isti’anah dan taraqqi-tanazul merupakan pola relasi ideal antara hamba dengan Tuhannya. 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya