Berita

Politik

Menempuh Jalan Sukarno, Rizal Ramli Capres Rakyat

SELASA, 06 MARET 2018 | 12:18 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

WAKTU diasingkan ke Bengkulu Bung Karno punya murid orang Belanda yang berguru kepadanya untuk belajar bahasa Jawa. Namanya Jaap Kruisweg.

Ia sering membaca buku-buku di bibliotik milik Bung Karno. Karena penasaran melihat banyaknya buku di bibliotik itu menantu Residen Bengkulu yang juga mahasiswa Universitas Leiden yang sedang memperdalam Indologi itu suatu hari bertanya kepada Sukarno:

"Mengapa Tuan belajar begitu giat? ..."

Sukarno yang selalu bicara terbuka dan suka berterus terang menjawab dengan keyakinan:

"Orang muda, saya harus belajar dengan giat karena InsyaAllah saya akan menjadi Presiden negeri ini".

Mohammad Husni Thamrin dalam suatu percakapan dengan para tokoh pergerakan di awal tahun 42 sambil menunjuk ke arah Istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda, berkata: "Tidak lama lagi Belanda dipukul mundur oleh Jepang. Jadi nanti kitalah yang bersiap akan pindah ke sana".

Husni Thamrin yang memilih jalan koperatif dengan menjadi anggota Volksraad bagi Belanda ibarat duri dalam daging, hubungannya yang erat dengan para tokoh pergerakan dan kedudukannya sebagai pimpinan Perkoempoelan Kaoem Betawi menjadikan ia mentor, dengan sebutan "Abang Kita".

Suatu hari rumahnya yang merupakan tempat berdiskusi para tokoh pergerakan digeledah intel Belanda, Thamrin diciduk karena kedapatan menyimpan laporan "Keadaan Ekonomi Hindia Belanda" yang disusun Douwes Dekker.

Cipto Mangunkusumo mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin bangsa dengan menggoes sepeda berkeliling kampung sebagai dokter di Kota Bandung.

Ia mengobati batin rakyat dengan menyebarkan pentingnya sikap anti feodalisme. Mendengarkan degup jantung derita rakyat dengan stetoskop miliknya. Sehingga ia bertikai dengan Radjiman Wedyodiningrat perihal Budi Utomo, yang menurut Cipto seharusnya jadi sarana pendidikan politik bukan sekedar organisasi kebudayaan belaka.

Para tokoh pergerakan pada masa itu mempersiapkan diri mereka masing-masing untuk tampil menjadi pemimpin bangsa. Menjadi guru pencerah bagi rakyat. Bersikap jelas, berani, dan tegas dalam mengedepankan apa yang mereka cita-citakan, dan untuk itu mereka mendisiplinkan diri dengan belajar (memperdalam pengetahuan), berorganisasi, menempuh berbagai risiko atas pilihan yang mereka cita-citakan, termasuk dipenjarakan, diasingkan, dan berbagai bentuk tekanan lainnya.

Tentang cita-citanya yang sangat kuat untuk menjadi pemimpin bangsa di dalam pengasingannya Sukarno menulis sebuah artikel yang berjudul "Menjadi Guru Di Masa Kebangunan", yang esensinya seseorang yang ingin memerdekakan bangsanya dari berbagai belenggu ketidakadilan dan penindasan harus lebih dulu bisa mendidik dirinya sendiri untuk tampil menjadi pemimpin yang siap mendidik bangsanya.

Rizal Ramli menempuh jalan yang sama dengan para tokoh pendiri bangsa. Rizal Ramli sejak muda mempersiapkan diri untuk memimpin bangsa, mendisiplinkan diri dengan belajar, berorganisasi, bergaul secara luas, menerima risiko atas pilihannya melawaan otoritarianisme yang anti demokratisasi yaitu dipenjarakan di tempat yang sama dengan Sukarno dibui, di Penjara Sukamiskin.

Saat kuliah di ITB yang juga merupakan kampus yang sama tempat Sukarno menempuh pendidikan Rizal Ramli menjadi pemimpin pergerakan terkemuka yang rekam jejaknya tercatat oleh sejarah hingga kini. Di dalam maupun di luar kekuasaan Rizal Ramli mendisiplinkan diri dengan tetap membela kebenaran, memihak rakyat kecil seperti petani, nelayan, buruh, dan para wong cilik lainnya, yang sampai sekarang belum benar-benar merasakan kemerdekaan.

Seperti halnya Sukarno yang dalam pengasingannya di Bengkulu, di tahun 1930-an, telah menyatakan siap untuk menjadi Presiden, Rizal Ramli, Senin 5 Maret lalu, juga menempuh cara yang sama, yakni secara tegas menyatakan siap menjadi calon presiden rakyat Indonesia di Pilpres tahun depan. Sebuah ketetapan hati yang didorong oleh cita-cita yang mulia sebagaimana dulu para pendiri bangsa memerdekakan rakyat dan negeri ini. [***]

Penulis adalah wartawan senior

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Prabowo Kumpulkan Puluhan Pemred Media di Hambalang, Bahas Isu Terkini

Minggu, 23 Februari 2025 | 11:20

Pemerintahan Prabowo Tegas Tolak Amnesti Bandar Narkoba

Minggu, 23 Februari 2025 | 11:12

Trump Minta Ukraina Kembalikan Dana Bantuan yang Diberikan AS

Minggu, 23 Februari 2025 | 11:12

BPI Danantara Himpun Penghematan Buat Investasi di Hilirisasi

Minggu, 23 Februari 2025 | 11:11

Semoga Putusan Sengketa Pilkada MK Bukan Akibat Tekanan Politik

Minggu, 23 Februari 2025 | 10:57

Kejari Muba Geledah Kantor Pengusaha H Alim

Minggu, 23 Februari 2025 | 10:50

Zulhas Pastikan Stok Pangan Bulan Puasa Aman

Minggu, 23 Februari 2025 | 10:30

Banyak Laporan Dugaan Korupsi Keluarga Jokowi Sudah Masuk KPK

Minggu, 23 Februari 2025 | 10:08

Warga Taman Rasuna Gelar Jalan Sehat Sambut Ramadan

Minggu, 23 Februari 2025 | 09:47

Zulhas soal #KaburAjaDulu: Bentuk Kecintaan Terhadap Negara

Minggu, 23 Februari 2025 | 09:32

Selengkapnya