Berita

Foto/Net

Hukum

Eks Teroris-Keluarga Korban Saling Maaf & Jabat Tangan

Duduk Semeja Di Hotel Borobudur
KAMIS, 01 MARET 2018 | 10:23 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kemarin, ratusan bekas napi teroris dengan keluarga dan korban teroris duduk bersama di Hotel Borobudur, Lapangan Banteng, Jakarta. Seluruh eks narapidana teroris dihadirkan, mulai dari kasus bom Bali tahun 2002, Poso, hingga Kampung Melayu.

Mereka duduk bersama da­lam beberapa meja bundar, termasuk dengan para peja­bat pemerintah. Turut hadir Menko Polhukam Wiranto, Menteri Sosial (Mensos) Idrus Marham, Menristek Dikti M Nasir dan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhikiri dan Kepala BNTP Komjen Suhardi Alius.

Dari 124 eks teroris yang hadir, diantaranya adalah Agus Dwikarna -bekas teroris jaringan Filipina- dan Ali Fauzi -eks anggota Jemaah Islamiyah yang ahli membuat bom- hingga mantan narapidana terorisme di Poso, Sulawesi Tengah.


Sementara dari pihak keluarga korban hanya dihadiri sekitar 51 keluarga. Acara yang digagas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), itu dike­mas dengan sejumlah kegiatan, seperti diskusi, dialog, dan tatap muka. Tidak hanya itu, ada pula sesi permohonan maaf dari para eks teroris sekitar 50 keluarga korban yang hadir. Pada kesem­patan itu, mereka mencurahkan isi hatinya berkaitan dengan berbagai hal, mulai dari pe­layanan kesehatan, lapangan pekerjaan, hingga persepsi dari masyarakat.

Menanggapi itu, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto berjanji menindaklanjutinya. Dia mendukung dan akan memfasilitasi bila penyin­tas dan eks napi terorisme ingin membentuk kelompok kerja agar dapat menjadi satu komumitas nantinya.

"Saya akan melakukan ber­bagai upaya agar semua yang dihasilkan dalam pertemuan dapat diimplementasikan," janji Wiranto di depan eks napi dan korban.

Baginya, acara bertajuk "Silaturahmi Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Satukan NKRI)" itu bukti nyata bahwa pemerintah secara spesi­fik ingin menuntaskan per­masalahan terorisme. Pertemuan antara eks teroris dan keluarga ini merupakan pertama di dunia. "Hanya di sini, pelaku dan korban teroris bisa bertemu di satu tem­pat. Dan indahnya, mereka bisa saling memaafkan, dan saling curhat," kata Wiranto.

Bekas Panglima TNI itu mengatakan, setiap kali melaku­kan pertemuan bilateral maupun multirateral, negara lain kerap menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia memiliki konsep yang berbeda dalam pemberantasan terorisme. Selain melakukan hard approach atau menyele­saikan teror dengan cara-cara keras begitu.

"Indonesia juga melakukan soft approach itu dengan pendekatan pencegahan bisa dengan deradikalisasi," imbuhnya.

Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius berharap, forum ini men­jadi moment saling memaafkan bagi penyintas (korban teror), sehingga dapat memberikan pesan perdamian ke semua. Sementara, bagi mantan napi terorisme, mereka dapat men­jalani kehidupan kembali dan menghilangkan mindset tentang radikal.

"Forum ini untuk melihat suatu pesan damai yang dari sisi penyintas tentu akan menyampaikan bahwa 'cukup kami saja jangan ada lagi korban' karena korban dari teror itu teman-teman, keluarga," ujar Suhardi.

Namun begitu, Suhardi mengakui, tidak semua korban teror dapat menghilangkan trauma akibat kejadian terorisme. Dia menyebut setidaknya terdapat 1.000 korban teror sejak awal dekade 2000-an. Tapi, tidak selu­ruh korban datang ke pertemuan itu karena belum bersedia me­maafkan para pelaku.

"Kami tidak bisa memaksa mereka. Acara ini sifatnya sukarela. Mungkin ada korban yang masih belum bisa memaaf­kan pelaku. Yang kami undang yang sudah siap. Namanya musibah ada yang belum terima, tapi acara ini adalah embrio," kata Suhardi.

Sementara Menteri Sosial (Mensos) Idrus Marham me­nambahkan, pihaknya akan memberikan bantuan pendirian usaha bersama bagi mantan napi terorisme dan korban. "Kegiatan ini tidak hanya kenal mengenal, tidak hanya saling memaafkan tetapi dibangun usaha bersama sehingga mereka satu kesatuan," kata Idrus. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya