Dewan Pers Nasional mendapatkan kado buruk di Hari Pers Nasional 2018.
Situs milik Dewan Pers diretas dan tidak bisa diakses sama sekali. Bahkan dalam salah satu subdomainnya, peretas menampilkan gambar wanita berpakaian seksi.
Situs yang diretas beralamat di dewanpers.co.id dan juga ditemukan dalam cache bahwa terdapat beberapa subdomain yang juga diretas, yaitu pendataan.dewanpers.or.id dan pengaduan.dewanpers.co.id.
Pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa tindakan peretasan model semacam ini akan terus meningkat. Jadi, memang kewaspadaan harus ditingkatkan.
"Untuk mengetahui teknik apa yang dipakai oleh peretas harus ada forensik terlebih dahulu. Namun dari ciri-ciri dan sistem yang diretas, kemungkinan peretas sudah dapat masuk ke panel utama dari domain
dewanpers.co.id," ujar Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) ini dalam keterangannya.
Pratama menambahkan bahwa tiga domain tersebut berada dalam IP (
Internet
Protocol) yang sama, sehingga ada kemungkinan peretas sudah dapat masuk
tidak hanya ke
server web, tapi juga ke
Operating System Server. Bila dilihat dari
timeline hacking, sudah beberapa kali dilakukan peretasan terhadap situs
dewanpers.co.id dan kemungkinan peretas sudah meninggalkan
backdoor.
"Harus dilakukan forensik segera terhadap situs Dewan Pers. Kemungkinan peretas sudah menyerang sejak lama dan meninggalkan
backdoor. Peretas sudah mengincar untuk membuat
web down saat Hari Pers Nasional," jelas pria asal Cepu, Jawa Tengah ini.
Pratama menerangkan, serangan berikutnya dapat diantisipasi bukan hanya dari
traffic serangan, tapi juga dari anomali-anomali yang dilakukan di dalam sistem situs tersebut.
"Forensik sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi. Juga untuk mengetahui teknik, taktik, dan prosedur seperti apa yang digunakan peretas dalam menyerang situs Dewan Pers. Forensik juga penting untuk melihat di mana saja
backdoor dipasang peretas," imbuhnya.
Keberadaan
backdoor yang dipasang oleh peretas bertujuan untuk masuk ke sistem dan bisa mengambil alih lagi di lain waktu sehingga hal ini wajib diwaspadai.
"Koordinasi dengan instansi terkait keamanan siber, seperti BSSN sangat penting sehingga diharapkan tercipta kolaborasi bersama dalam menghadapi serangan siber semacam ini, dikarenakan teknik serangan semakin kompleks dan canggih, ke depannya sangat sulit jika dihadapi secara parsial tanpa kolaborasi," tukas Pratama.
[wid]