Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Pengamat: Pertamina Gagal Efisiensi Di Bawah Elia Massa

KAMIS, 30 NOVEMBER 2017 | 14:45 WIB | LAPORAN:

Keluhan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik tentang  beban keuangan sebesar Rp 19 triliun yang mesti ditanggung hingga kuartal III 2017  tidak beralasan.

Merujuk pernyataan jajaran direksi Pertamina pada awal November lalu, bahwa potensi kehilangan laba Pertamina hampir 1,5 miliar atau sekitar Rp 19 triliun itu karena tidak adanya kenaikan BBM pada tahun ini.

Pengamat ekonomi energi Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmy Radhi pun membandingkan laba Pertamina selama 2017 di era Massa Manik dengan pimpinan Dwi Soetjipto.


"Klaim Massa Manik soal penurunan laba 2017 lebih disebabkan tidak dinaikkannya harga BBM premium tidak beralasan. Pemerintah juga tidak menaikkan harga BBM premium sepanjang 2016, pada saat kepemimpian Dwi Soetjipto," ujar Fahmy kepada wartawan, Kamis (30/11).

Bahkan, lanjut dia, dalam kondisi bisnis yang hampir serupa, Dwi Soetjipto justru mampu menaikkan laba sekitar 1,83 miliar dolar AS pada semester pertama 2016 atau naik sebesar 221 persen dibanding periode yang sama pada 2015.

"Peningkatan laba Pertamina itu bukan berasal dari peningkatan pendapatan penjualan, tetapi lebih dipicu oleh efisiensi besar-besaran yang dilakukan oleh Pertamina di bawah kepemimpinan Direktur Utama Dwi Soetjipto," jelas dia.

Fahmy memprediksi, Pertamina di era Massa Manik akan kembali gagal melakukan efisiensi karena adanya penggemukkan direksi yang tentunya menambah pengeluaran biaya operasional.

"Tidak dinaikkannya harga BBM premium, penugasan distribusi BBM di luar Jawa, Madura dan Bali (Jamali), dan kebijakan BBM Satu Harga akan selalu menjadi kambing hitam, manakala pendapatan Pertamina mengalami penurunan drastis di era Massa Manik," ujar dia.

Fahmy melanjutkan, publik sempat terbelalak saat Vivo bisa menjual RON 89 seharga Rp 6.100 per liter, meskipun lalu naik menjadi Rp 6.300 per liter. Sementara Pertamina menjual RON 88 lebih mahal, yakni sebesar Rp 6.450.

"Lalu Pertamina berteriak bahwa penurunan pendapatan Pertamina disebabkan pemerintah tidak menaikkan harga premium. Bukankah teriakan itu hanya untuk mencari kambing hitam atas ketidakbecusan Massa Manik," ucap dia.[wid]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya