Keluhan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik tentang beban keuangan sebesar Rp 19 triliun yang mesti ditanggung hingga kuartal III 2017 tidak beralasan.
Merujuk pernyataan jajaran direksi Pertamina pada awal November lalu, bahwa potensi kehilangan laba Pertamina hampir 1,5 miliar atau sekitar Rp 19 triliun itu karena tidak adanya kenaikan BBM pada tahun ini.
Pengamat ekonomi energi Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmy Radhi pun membandingkan laba Pertamina selama 2017 di era Massa Manik dengan pimpinan Dwi Soetjipto.
"Klaim Massa Manik soal penurunan laba 2017 lebih disebabkan tidak dinaikkannya harga BBM premium tidak beralasan. Pemerintah juga tidak menaikkan harga BBM premium sepanjang 2016, pada saat kepemimpian Dwi Soetjipto," ujar Fahmy kepada wartawan, Kamis (30/11).
Bahkan, lanjut dia, dalam kondisi bisnis yang hampir serupa, Dwi Soetjipto justru mampu menaikkan laba sekitar 1,83 miliar dolar AS pada semester pertama 2016 atau naik sebesar 221 persen dibanding periode yang sama pada 2015.
"Peningkatan laba Pertamina itu bukan berasal dari peningkatan pendapatan penjualan, tetapi lebih dipicu oleh efisiensi besar-besaran yang dilakukan oleh Pertamina di bawah kepemimpinan Direktur Utama Dwi Soetjipto," jelas dia.
Fahmy memprediksi, Pertamina di era Massa Manik akan kembali gagal melakukan efisiensi karena adanya penggemukkan direksi yang tentunya menambah pengeluaran biaya operasional.
"Tidak dinaikkannya harga BBM premium, penugasan distribusi BBM di luar Jawa, Madura dan Bali (Jamali), dan kebijakan BBM Satu Harga akan selalu menjadi kambing hitam, manakala pendapatan Pertamina mengalami penurunan drastis di era Massa Manik," ujar dia.
Fahmy melanjutkan, publik sempat terbelalak saat Vivo bisa menjual RON 89 seharga Rp 6.100 per liter, meskipun lalu naik menjadi Rp 6.300 per liter. Sementara Pertamina menjual RON 88 lebih mahal, yakni sebesar Rp 6.450.
"Lalu Pertamina berteriak bahwa penurunan pendapatan Pertamina disebabkan pemerintah tidak menaikkan harga premium. Bukankah teriakan itu hanya untuk mencari kambing hitam atas ketidakbecusan Massa Manik," ucap dia.
[wid]