Asosiasi Pengusaha Ritel InÂdonesia (Aprindo) memprediksi akan ada kenaikan penjualan saat musim liburan Natal dan Tahun Baru 2018 sebsar 10-15 persen. Angka tersebut lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penjualan ritel kurang manis.
Ketua Umum Aprindo Roy Mandey mengatakan, peningkaÂtan penjualan pada akhir tahun merupakan suatu yang sangat umum. Pasalnya setiap tahunnya, pengusaha ritel selalu mengaÂlami kenaikan penjualan. Adapun produk yang paling diminati seperti sriup, biskuit, minuman bersoda dan makanan siap saji.
"Kalau Ramadhan kenaikanÂnya 30-40 persen dari tahun ke tahun. Natal itu mereka suka produk sirup, biskuit jadi yang mereka minuman bersoda soft drink lalu juga makanan ringan yang siap saji atay siap dimaÂkan," ujarnya saat ditemui di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, kemarin.
Meski begitu lanjut Roy, angÂka tersebut relatif lebih rendah jika dibandingkan tahun sebeÂlumnya. Di mana pada Natal tahun sebelumnya penjualan bisa mencapai 25-30 persen. "Kalau Natal realistisnya 10-15 persen, tapi biasanya bisa 25-30 persen," jelasnya.
Turunnya angka penjualan ada akhir tahun ini disebabÂkan karena adanya pergeseran konsumsi. "Karena masih ada fenomena pergeseran konsumsi. Yang masyarakat atas pada meÂnahan konsumsinya," jelasnya.
Gandeng BulogAprindo juga menggandeng Perum Bulog untuk memenuhi pasokan bahan pokok ke ritel-ritel modern dan pasar tradisÂional. Menurut Roy, Aprindo akan mendapat pasokan empat komoditi pangan utama seperti beras, gula, daging beku dan minyak goreng.
"Dengan kerja sama ini kami harapkan yang pasti anggota Aprindo lebih pasti dapatkan stok, terutama kalau kita bicara empat komoditi yang sudah ditetapkan pemerintah. Kami harapkan itu terjaga melalui kerja sama ini," ujarnya.
Namun sebagai langkah awal, pihaknya akan menyerahkan kepada masing-masing anggota di daerah. Karena kebutuhan masing-masing daerah akan baÂhan pokok berbeda-beda. Roy berÂharap, jika implementasi dari kerja sama ini bisa terealisasi segera. Karena ada beberapa daerah yang sudah sangat mengharapkan paÂsokan terhadap empat komoditas tersebut bisa segera masuk.
Khususnya di wilayah-wilayah timur Indonesia. DiÂmana wilayah timur Indonesia masih banyak pengusaha yang mengeluhkan terbatasnya paÂsokan karena sulitnya akses transportasi. Misalnya, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Ambon, dan Jayapura.
"Sementara Indonesia tengah dan barat lebih stabil, tapi InÂdonesia timur karena masalah logistik dan transportasi yang terkendala," imbuhnya.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, kerja sama ini menjadi landasan bagi pelaksanaan penyediaan koÂmoditi pangan pokok dengan mitra atau rekan usaha. Sehingga pendistribusian pangan pokok dengan kualitas baik dan harga terjangkau sesuai arahan pemerÂintah bisa berjalan dengan baik.
"Jadi pendistribusian pangan pokok kepada konsumen dengan mutu baik dan harga sesuai peÂmerintah untuk stabilisasi harga pangan," ujarnya.
Djarot berharap, jika kerja sama ini bisa ditingkatkan denÂgan asosiasi lainya. Sehingga target pemerintah dalam memerÂatakan distribusi bisa terlaksanaÂkan dan terus berkembang. Jadi kerja sama ini harus bisa ditingÂkatkan dengan asosiasi lainnya sehingga jaringan pemasaran Bulog dan target pemerintah dalam memeratakan distribusi dapat berkembang. ***