Berita

Pius Ginting

Politik

Pius Ginting: Kemunduran Demokrasi Zaman Mega, Tidak Pulih Sampai Era Jokowi

JUMAT, 08 SEPTEMBER 2017 | 20:59 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Era reformasi di Indonesia tidak membawa kemajuan berarti dalam pembangunan demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Bahkan, masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri bisa dikatakan sebagai era kemunduran demokrasi, yang diawali dengan kudeta terhadap Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Demikian disampaikan aktivis Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER), Pius Ginting, dalam pesan elektronik yang diterima redaksi beberapa saat lalu (Jumat, 8/9).


"Kemunduran demokrasi di zaman Mega dilanjutkan dengan kebijakan represif di daerah Aceh," kata dia.

Namun, demokrasi dan penghormatan HAM tidak juga pulih pada masa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ditandai dengan maraknya penyerangan oleh organisasi keagamaan terhadap kelompok minoritas.

"Dan penghormatan HAM juga tidak pulih pada masa Jokowi, ditandai dengan petinggi militer yang pernah aktif dengan kebijakan represif terhadap demokrasi," kata dia.

Dia menyarankan kekuatan demokratik memperkuat kekuatan organisasi rakyat. Atau, jika berada dalam institusi kekuasaan, mengikuti jejak Novel Baswedan dari dalam institusi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Berani dalam institusi untuk mendorong demokrasi kendati itu berisiko antagonisme dengan hirarki institusi kekuasaan. Tapi perubahan masyarakat memang membutuhkan pahlawan dan individu yang teguh semacam itu," katanya.

Bagi kelompok yang ingin terus nyaman, lanjut dia, tentu mengambil jalur-jalur "cari muka" untuk kooptasi ke politisi mapan dan melapangkan "karirisme".

Pius pun menyindir orang-orang yang mengaku pejuang demokrasi atau lingkungan yang memanfaatkan akses ke barisan elite hanya untuk kepentingan sempit.

Salah satunya, pegaduan sayap PDI Perjuangan, Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) ke kepolisian atas jurnalis, Dandhy Dwi Laksono, hanya karena tulisan Dandhy yang membandingkan Megawati dengan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi.

"Dan jika terpaksa demi menambah nilai ke politisi mapan, adukan aktivis seperti dilakukan Repdem (sayap PDI Perjuangan) terhadap Dandhy Laksono," sindirnya.

"Atau pasang badan di depan penguasa mengelabui aspirasi perjuangan rakyat yang melawan kapital seperti dilakukan Abetnego Tarigan (aktivis Walhi) terhadap warga Kendeng, tapi bicara beda di depan rakyat dan jaringan aktivis," pungkas Pius. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya