Berita

Nasaruddin Umar/Net

Pancasila & Nasionalisme Indonesia (35)

Mendalami Ketuhanan YME: The One In The Many (2)

SENIN, 04 SEPTEMBER 2017 | 09:15 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

AJ- JAWAHIR (jamak dari al-jauhar) menyatu di dalam inti substansi (al-'ain al-jau­har) yang biasa juga disebut dengan haqiqat jauhar (al-haqiqah al-jauhar), al-Nafas al-Rahmani (The Breath of the Merciful) atau al-Hayula al-Kulliyyah (The Universal Prime Matter). Al-'ain al-jau­har itu sendiri merupakan lokus pengejawentahan (mazhar) bagi Zat Ilahi, yang mana juga merupak­an pusat manifestasi nama-nama indah Tuhan (al- Asma al-Husna'lthe beautiful nimes).

Jauhar dan 'aradh menurut para filsuf meru­pakan dua struktur entitas yang berbeda walau­pun keduanya sulit untuk dipisahkan. Sedangkan menurut kalangan sufi 'aradh dan jauhar bukanlah merupakan dua entits yang berbeda tetapi yang satu merupakan hakikat dan lainnya merupakan manifestasi, seperti Allah sebagai hakekat wujud (al-Haqiqah al-Wujud) kemudian memunculkan manifestasi (madhhar). Antara Hakekat Wujud dengan wujud-wujud (a'yan) yang mewujudkan diri-Nya, walaupun keduanya berbeda tetapi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ibaratnya antara laut dan ombaknya, api dan panasnya, matahari dan cahayanya; keduanya bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.

Dari segi ini seorang sufi pernah menyatakan: "Tak seorangpun menegaskan keesaan Zat Ma­haesa, sebab semua orang yang menegaska-Nya sesungguhnya mengingkari-Nya. Tauhid orang yang melukiskan-Nya hanyalah pinjaman, tak di­terima oleh zat Mahaesa. Tauhid atas diri-Nya adalah tauhid-Nya. Orang yang melukiskan-Nya sungguh telah sesat".


Secara sufistik memang tidak ada artinya kita bicara tentang apapun dan siapapun tanpa ber­bicara dengan Tuhan, karena segala sesuatu adalah manifestasi atau tajalli-Nya. Ibaratnya kita berbicara tentang bilangan, tidak ada artinya kita bicara angka 10, 1000, sejuta, atu triliun , dan set­erusnya, tanpa bicara angka satu. Bukankan satu triliun itu kelipatan satu triliun dari angka satu.

Dalam pandangan tasawuf, wujud keberadaan Tuhan tidak bisa dibayangkan berada di antara wujud-wujud makhluk-Nya, yang berdiri sendiri, dan samasekali terpisah dengan para makhluk- Nya. Di mana ada wujud dan maujud di situ ada Dia. Namun tidak bisa dikatakan secara Langsung bahwa pohon adalah Tuhan, Matahari, adalah Tu­han, dst. Keberadaan wujud-wujud yang ada han­ya sebatas tajalli-Nya. Ibaratnya antara sepotong benda di depan cermin. Benda di depan cermin sama persis dengan bayangan yang ada di cer­min. Namun substansi kedua benda itu berbeda. Gambaran dalam cermin itu tajalli benda yang ada di depannya. Akan tetapi, tanpa benda di de­pan cermin tidak mungkin ada bayangan cermin. Sang Khaliq ibarat benda di depan cermin dan sang makhluk ibarat bayangan di dalam cermin. Semakin bertambah banyak cermin semakin ber­tambah banyak pula bayangan itu, namun tidak mengurangi sedikit pun benda di depannya. Me­kanisme inilah yang disebut tajalli, yakni peng­gandaan manifestasi tanpa mengurangi sub­stansi. Jika penggandaan menghabiskan diri sang substansi maka itu disebut proses tajafi.

Pernyataan tersebut di atas tidak bisa disebut penyatuan wujud antara Tuhan dengan makhluk (al-wahdatul al-wujud) atau penyatuan dua entitas berbeda tetapi satu dalam penyaksian (al-wah­dah al-syhud). Dalam pandangan ini, sesungguh­nya tidak pernah terjadi wujud berganda (the real many). Yang ada sesungguhnya adalah ketung­galan wujud (the real one). Yang kelihatan banyak sesungguhnya hanyalah wujud-wujud kamuflase (al-mumkin al-wujud). Benda dan bayangannya di cermin kelihatannya dua atau lebih entitas tetapi sesungguhnya tetap satu, yaitu pemilik wujud mutlak (al-muthlaq al-wujud). Dari segi inilah para sufi sangat berhati-hati memusyrikkan seseorang, karena mereka memahami apa dan siapa sesung­guhnya yang selama ini dipersepsikan seabgai makhluk. 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

BNN-BNPP Awasi Ketat Jalur Tikus Narkoba di Perbatasan

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:09

Perkuat Keharmonisan di Jakarta Lewat Pesona Bhinneka Tunggal Ika

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:01

Ahmad Doli Kurnia Ditunjuk Jadi Plt Ketua Golkar Sumut

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:47

Ibas: Anak Muda Jangan Gengsi Jadi Petani

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:26

Apel Besar Nelayan Cetak Rekor MURI

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:19

KPK Akui OTT di Kalsel, Enam Orang Dicokok

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:12

Pemerintah Didorong Akhiri Politik Upah Murah

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:00

OTT Jaksa oleh KPK, Kejagung: Masih Koordinasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:53

Tak Puas Gelar Perkara Khusus, Polisi Tantang Roy Suryo Cs Tempuh Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Menkeu Purbaya Bantah Bantuan Bencana Luar Negeri Dikenakan Pajak

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Selengkapnya