Berita

Hukum

Main Hakim Sendiri Ancaman Serius Sistem Hukum

RABU, 09 AGUSTUS 2017 | 19:35 WIB | LAPORAN:

Tindakan main hakim sendiri yang terjadi belakangan ini semakin memprihatinkan. Terlebih, tindakan itu kerap menyasar kelompok minoritas maupun individu-individu yang dituduh sebagai pelaku tindak kriminalitas. Terakhir, kasus pembakaran hidup-hidup terhadap seorang terduga pencuri di Bekasi.  

Lembaga Bantuan Hukum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor mengatakan, tindakan main hakim sendiri hendaknya tidak dilihat semata-mata pelanggaran hukum sebagaimana pada umumnya.

"Tingginya frekuensi tindakan main hakim sendiri yang kerap terjadi belakangan ini merupakan ancaman serius terhadap sistem hukum itu sendiri. Hal ini akan menggerogoti wibawa hukum dan aparat penegak hukum," jelas anggota LBH GP Ansor M. Alfarisi Fadjari kepada wartawan di Jakarta, Rabu (9/8).


Menurut Alfarisi, data terakhir Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SPNK), jumlah aksi main hakim sendiri di 34 provinsi sepanjang Maret 2014 sampai Maret 2015 sebanyak 4.723 insiden, dengan jumlah korban tewas mencapai 321 jiwa.

"Data tersebut ditambah dengan fakta-fakta brutalitas dalam insiden-insiden yang terjadi belakangan ini semestinya cukup untuk menyadarkan kita bersama bahwa tindakan main hakim sendiri ini adalah persoalan serius yang butuh penanganan segera," ujarnya.

Sebab itu, LBH GP Ansor mendorong lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif segera merespons dengan mengevaluasi dan merevisi norma dan sanksi hukum, baik melalui legislasi maupun penemuan hukum. Agar dapat membuat efek jera para pelaku main hakim sendiri.

Alfarisi menambahkan bahwa tindakan main hakim sendiri, terlebih yang melampaui batas dan tidak berperikemanusiaan jika terus dibiarkan akan semakin merusak keadaban publik. Serta berpotensi menambah kerawanan sosial di tengah masyarakat dalam bentuk konflik berkepanjangan.

"Kami juga mendorong warga negara yang patuh hukum seyogyanya mengambil peran lebih aktif dalam mencegah terjadinya tindakan main hakim sendiri, dan tumbuhnya bibit-bibit konflik sosial," tegasnya. [wah] 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya