Berita

Net

Nusantara

Medan, Kota Yang Kehilangan Identitas

SABTU, 22 JULI 2017 | 13:25 WIB | OLEH: ABDULLAH RASYID

DUA hari lalu, saya dan beberapa teman berkesempatan pulang ke Medan. Aktivitas rutin selain tugas bisnis, tentu kembali keliling Medan menikmati wisata kuliner yang tidak boleh ditinggalkan, karena di Medan cuma ada dua jenis makanan saja, 1. Enak, 2. Enak Kali.

Ada yang cukup memprihatinkan ketika berkeliling Kota Medan. Kami mendapati satu persatu bangunan dan situs khas Kota Medan mulai dihilangkan, dirobohkan, diganti atau bahkan dihancurkan.

Gedung-gedung kuno di daerah Kesawan mulai berganti ruko-ruko. Gedung Balai Kota yang terlihat kental arsitektur Eropa dan menjadi kebanggaan Kota Medan juga sekarang sekedar menjadi Fasad Hotel Aston, Vila Kembar peninggalan Belanda di Jalan Pangeran Diponegoro pun kini hilang dan menjelma menjadi Hotel Adimulia, serta yang lebih memprihatinkan di dekat bangunan khas Kota Medan yang dulu dikenal sebagai Titi Gantung berdiri megah sebuah vihara.

Dibangunnya gedung modern sebagai bukti kehilangan identitas, entah mal atau hotel berbintang. Medan memiliki kenangan indah mengenai ruang terbuka hijau. Di kota ini, hingga pertengahan tahun 1990-an masih mudah menemukan ruang terbuka hijau. Taman-taman kota masih menguasai areal perkotaan sebelum akhirnya hari ini taman-taman itu berganti dengan bangunan, bahkan Lapangan Merdeka salah satu ruang publik yang tersisa pun kini disewakan dan digunakan untuk tempat usaha. Kesannya pemerintah memang senang merobohkan dan mengganti dengan yang baru.

Dari pendekatan kultural, jiwa kota ini sudah dihilangkan, sok modern, sok gaul dan sok maju.
Dari pendekatan sejarah, menghilangkan bukti-bukti sejarah dan sudah menabrak peraturan cagar budaya.
Dari pendekatan tata kota dan estetika, sudah tidak jelas arah hendak ke mana biduk kemudi diarahkan.

Ingatan kolektif telah diputuskan, nurani telah dicampakkan.

Lihatlah kota-kota besar dunia, gedung lama tidak dibongkar bahkan dirawat, gedung modern dibangun bukan menumpuk di kota tapi bergeser ke pinggir kota. Ekonomi berputar, khas kota tetap terawat.

Selamat datang generasi baru, generasi tanpa identitas. [***]

(Penulis adalah Sekretaris Nasional Boemi Poetera dan Penggagas Gerakan Bangga Medan)


Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya