Berita

Politik

Kampanye Saya Pancasila, Jokowi Bisa-Bisa Jadi Diktator

SENIN, 12 JUNI 2017 | 04:48 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Kampanye "Saya Pancasila, Saya Indonesia" yang digaungkan Presiden Joko Widodo masih terus menuai sorotan meski peringatan Hari Lahir Pancasila sudah berlalu 10 hari. Lewat perkataan tersebut, Jokowi dikhawatirkan akan menjadi diktator.

"Pemimpin yang bilang 'Saya Pancasila,' akan mudah jadi diktator, merasa diri selalu benar. Hal ini ingatkan kita Raja Perancis Luis XIV yang terkenal dengan ucapannya 'le'etat c'est moi, saya adalah negara'. Dan ia menjadi diktator, anggap dirinya adalah Prancis," jelas Dewan Pakar ICMI, Anton Tabah Digdoyo.  

Dia menyampaikan itu saat menjadi pembicara dalam Kajian Ramadhan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tadi malam (Minggu, 11/6). Hadir juga Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Rektor UAD Dr. Kasiyarno, dan Ketua ICMI DIY Herry Zudianto.


Apalagi, dia menambahkan, dengan mengatakan "saya Indonesia, saya pancasila," itu artinya perbuatan yang belum tentu sesuai dengan Pancasila dianggap pancasilais.

Contoh, pencabutan subsidi terhadap rakyat tidaklah Pancasilais. Karena subsidi bentuk upaya negara yang berkeadilan sosial.
Pemungutan pajak ugal-ugalan juga tidak Pancasilais karena sangat memberatkan rakyat, penggusuran rakyat miskin semena-mena tidak Pancasilais karena menyengsarakan rakyat.

"Menuduh intolerans karena rakyat taat pada agamanya juga tidak pancasilais karena itu justru amanah Pancasila dan UUD45. Menuduh makar karena demo dengan jutaan rakyat itu jelas tidak pancasilais karena demo bagian dari HAM. Menuduh persekusi padahal ingin bawa penista agama ke polisi karena laporannya tidak ditundaklanjuti dan sebagainya. Dimana perilaku Pancasilais hingga berani sebut dirinya "Saya Pancasila?" katanya mempertanyakan.

Lebih lanjut Anton yang juga Ketua Komisi Hukum MUI Pusat tersebut menjelaskan Pancasila 18 Agustus 1945 itu kompromi kelompok mayoritas Islam. Tapi kenapa kini seolah Pancasila cuma jadi milik kaum yang merasa diri nasionalis. Bahkan Pancasila digunakan alat pembenaran untuk menggebuk kaum agamis yang membidani lahirnya Pancasila.

"Pancasila makin terdegradasi rejim ini, yang tak sepaham dgn dirinya dianggap tidak Pancasilais, dianggap tidak toleran, dianggap tidak bhinneka. Ini benar-benar perusakan nilai ruh Pancasila," ucapnya.

Perwira petinggi Polri dengan pangkat terakhir Brigjen ini meminta Muhammadiyah jadi pelopor mendorong rezim Jokowi berupaya sungguh-sungguh menangani masalah ini sebelum membesar. Memahami sejarah agar tak mudah diatur kelompok tertentu untuk ciptakan sejarah baru terkait Pancasila seperti penetapan 1Juni jadi Hari Lahir Pancadila dan hari libur nasional.

"Apakah itu tepat?" ungkapnya.

Menurutnya, Pemerintahan Jokowi harus mendifinisikan SARA, intoleransi, makar, bhinneka, persekusi sesuai UUD dan merujuk para pendiri bangsa agar tidak gaduh seperti sekarang.

"Pancasila bukan Soekarno, Pancasila bukan golongan, Pancasila itu ideologi negara yang harus dijaga kelurusan sejarahnya, dikawal penerapannya di kehidupan individu. Soal berbangsa dan bernegara dengan sila ke1 Ketuhanan Yang Maha Esa berarti segala perikehidupan kita harus ber-Ketuhanan Yang Maha Esa taat dan patuh pada ajaran agamanya. Bukan bangsa sekuler liberal yang abaikan agama," tandasnya. [zul]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya