Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
TIDAK sedikit orang keliru dan pada akhirnya menyesal karena tidak bisa membedaÂkan antara perasaan (feeling) dan nafsu (emotion). Jika orang tidak mampu memÂbedakan antara keduanya atau mencampuradukkan antara satu sama lain di daÂlam mengambil keputusan, maka tidak tertutup kemungkinan pilihan tindaÂkan kita bakal mengecewakan. Karena itu, idenÂtifikasi antara keduanya membantu seseorang melakukan pilihan tindakan yang tepat. Kita perlu memanaj sedemikian rupa kedua suasana batin ini dengan baik dan benar. Di sinilah seni kehiduÂpan. Jika seseorang mampu mengelola suasana batinnya, maka ia akan sukses mencitra positifÂkan dirinya di dalam masyarakat. Sebaliknya jika gagal, maka ia akan panen dengan berbagai kekecewaan.
Feeling atau perasaan lebih merupakan sumÂber energi dan kekuatan untuk mendukung piliÂhan kebenaran yang kita pilih. Sedangkan emoÂtion atau nafsu (emosi) lebih merupakan kekuatan yang dapat mendukung semangat kita, namun tidak ada jaminan dukungan itu bermanfaat atau tidak. Emotion berasal dari kata e+motion=energy in motion, yaitu energi yang melekat di dalam amarah. Emosi tidak ada hubungannya dengan apakah objek reaksi itu sesuatu yang benar atau salah. Perasaan menginformasikan kita tentang suatu objek (what you know about a thing). SeÂdangkan emosi menggambarkan perlakuan kita terhadap suatu objek yang sudah kita ketahui (what you do with what you know). Perasaan lebÂih banyak berkonotasi positif, sedangkan emosi lebih banyak berkonotasi negatif.
Feeling atau pertimbangan perasaan dapat digunakan untuk menilai apakah seseorang itu baik atau buruk, tetapi pertimbangan emosi tidak dapat dibenarkan sebagai alat ukur untuk apapÂun. Masalahnya ialah perbedaan antara perasÂaan dan emosi tidak tajam. Bahkan sebagian bidang perasaan dan emosi bertumpang tindih. Orang sering kali tidak sadar kalau tindakannya itu emosi. Mereka masih menyangka tindakanÂnya masih dalam lingkup perasaan yang dapat dibenarkan tetapi penilaian orang sudah diangÂgap tindakan emosi. Contohnya, seorang pimpiÂnan memecat salahseorang karyawannya lanÂtaran mendapatkan laporan anak buahnya itu bolos. Tindakan spontanitas pimpinan itu dapat disebut tindakan emosi. Namun jika sebelumnya ia menunda beberapa saat untuk mendalami perÂsoalan itu, maka tindakannya disebut tindakan perasaan. Ketika sang pemimpin melakukan konÂfirmasi kepada yang bersangkutan, apalagi meÂlibatkan pihak ketiga sebagai saksi, maka tindaÂkannya dapat disebut tindakan rasional.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33