Berita

Donald Trump/Net

"Russian Gate" Hancurkan Martabat Amerika

*) Trump 'Boneka' Rusia?
JUMAT, 09 JUNI 2017 | 07:37 WIB | OLEH: DEREK MANANGKA

KETERLIBATAN agen rahasia Rusia dalam pemilihan presiden Amerika Nopember 2016 - yang menghasilkan kemenangan Donald Trump, mulai terkuak. Kalau selama ini keterlibatan sindikat itu baru bersifat spekulatif, semalam semakin terlihat benang merahnya.

Dari jawaban-jawaban James Comey, mantan Direktur FBI atas pertanyaan para anggota Senat Kamis malam WIB, tercermin, keterlibatan Rusia atau “Russian Gate” bukan sebuah kabar “hoax”. Kemenangan Donald Trump atas Hillary Clinton, bukanlah sebuah keniscayaan.

James Comey dipecat Presiden Donald Trump pada 4 Mei 2017 walaupun masa jabatannya baru akan berakhir 2023.

Pemecatan ini menimbulkan reaksi luas. Sebab sesuai UU, seorang Direktur FBI menjabat selama 10 tahun.

Penetapan masa jabatan 10 tahun sementara masa jabatan Presiden hanya 4 tahun, memang disengaja.

Antara lain untuk menghindari seorang Direktur FBI bisa berpihak kepada seorang kandidat - manakala akan digelar pemilu presiden.

Pemecatan juga dilakukan dengan cara tak beretika. Terjadi saat Comey berada di luar Washington, ibukota negara Amerika Serikat. Comey sedang bertugas di Pantai Barat Amerika.

Jarak Pantai Barat dengan Washington di Pantai Timur, jika diukur dengan penerbangan pesawat memakan waktu 5 jam terbang.

Publik Amerika lebih dulu tahu melalui media “online” tentang pemecatan itu, dari pada James Comey korban yang dipecat.

Memang, setelah lebih dari 4 jam James Comey bersaksi, ketika menjawab soal “Russian Gate”, ia selalu menghindar menyentuh hal yang sangat fundamental.

Dia misalnya tidak berani menuduh Donald Trump sudah punya deal dengan Rusia - sekelaipun para Senator sudah mengkondisikan hal itu dengan berbagai ilustrasi.

Dengan alasan jawaban atas “Russian Gate” akan dia berikan dalam sidang tertutup dengan para investigator. Jadi bukan dengan Senator yang rapatnya terbuka dan antara lain disiarkan jaringan televisi CNN.

Walaupun jawaban Comey tidak langsung menusuk ke soal adanya bantuan agen rahasia Rusia kepada Donald Trump, namun secara tersirat Comey berusaha mengindikasikannya.

Dengar pendapat semalam, hanya untuk kepentingan para konstituen (pemilih) yang diwakili para Senator di Senat. Tetapi untuk jawaban yang benar-benar rahasia negara, dan harus bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya, harus di forum yang tertutup.

Keterangan di tempat tertutup juga untuk menghormati prinsip dasar keadilan bahwa semua warga negara memiliki hak yang sama di depan hukum (equal before the law).

Kesan bahwa keterlibatan sindikat Rusia dalam pemilihan presiden AS memang ada, tercermin dari penjelasan yang sifatnya implisit.

Misalnya terhadap sosok Michael Flynn.

Penasehat Keamanan Nasional itu mengundurkan diri, pada 13 Februari 2017. Atau sekitar tiga minggu setelah Donald Trump dilantik sebagai Presiden, menggantikan Barack Obama. Artinya, pengunduran diri seorang anggota kabinet seperti itu, mengindikasikan adanya sesuatu yang tidak beres.

Michael Flynn seorang pensiunan jenderal bintang tiga Angkatan Darat AS. Dia juga mantan Direktur Intelejen di tubuh AD. Setelah pensiun, dia menjadi tim sukses Donald Trump.

Dari data yang ada sebelum Pemilu AS 8 Nopember 2016, Flynn banyak melakukan kontak dengan orang-orang Rusia. Ada yang di luar Rusia, tapi masih di Eropa Timur yang dekat Rusia.

Tak lama setelah hasil penghitungan suara pemilu 8 Nopember 2016, dimana Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton dari Demokrat, banyak yang curiga atas hasil tersebut.

Sebab ratusan lembaga survey yang melakukan survey, 90 persen menyatakan yang akan memenangi pemilu adalah Hillary Clinton.

Timbul kecurigaan, terutama karena rakyat AS sudah sangat terbiasa dengan survey yang margin errornya sangat kecil. Artinya ada keraguan atas kemenangan Trump. Para konsultan politik dari lembaga-lembaga survey, juga terpukul dengan hasil yang tidak sesuai dengan perkiraan.

Hal mana menimbulkan kecurigaan dan dari sini muncul keinginan melakukan investigasi.

Indikasi sementara menunjukkan sindikat Rusia sudah berhasil meretas situs Pemilu AS. Dan peretasan oleh “Cyber Army” itu memang dirancang untuk memenangkan Donald Trump. Peretasan Inilah yang dilihat sebagai sebuah persoalan yang sangat serius.

AS yang merasa paling jago di dunia, merasa, peretasan atas situs dan website-nya, mustahil bisa dilakukan warga asing.

Namun rakyat AS yang kesadaran hukumnya tinggi dan tidak ingin berbicara tanpa fakta, akhirnya memutuskan untuk melakukan investigasi.

Tapi belum lagi investigasi dilakukan, sudah muncul pemecatan seorang Direktur FBI oleh seorang Presiden.

Padahal untuk menjadi orang nomor satu di lembaga itu, sangat sulit. Selain harus memiliki rekam jejak selaku investigator handal, juga diuji oleh sejumlah pakar.

Di sini terkesan, Donald Trump seolah merusak dan menginjak-injak hukum dan peraturan di Amerika. Dan tindakan itu tabu, berresiko untuk dipecat sebagai Presiden.

Gengsi Direktur FBI itu, tidak kalah dengan Direktur CIA (intelejen). Bahkan dalam konteks terpisah, soerang Direktur FBI harus punyakeahlian dalam dunia intelejen. Direktur CIA tidak perlu memiliki keahlian melakukan investigasi.

Itu sebabnya pengunduran diri Michael Flynn semakin memperkuat kecurigaan. Itu pula sebabnya kalau ada yang menghalangi penginvestigasian Flynn, hal itu patut dicurigai.

Belakangan disebut dalam dengar pendapat semalam, bahwa Flynn bukan mundur dari jabatan strategis yang diberikan Donald Trump. Tetapi dia “dipaksa” mundur.

Tapi di pihak lain, Trump juga berusaha membela Flynn dengan mengatakan kepada Direktur FBI bahwa masalah Flynn seperti “awan di langit” yang sulit dijamah.

Nah pemecatan James Comey, sebagai Direktur FBI melahirkan spekulasi. Karena pada 27 Pebruari 2017, lima minggu setelah Trump dilantik menjadi Presiden, Trump mengundang Comey untuk makan malam.

Ada dua hal yang jadi sorotan dari acara makan malam itu.

Pertama soal pertanyaan Trump kepada Direktur FBI apakah dia sedang masuk dalam daftar investigasi.

Kedua permintaan Trump agar sebagai Direktur FBI, Comey harus loyal kepadanya.

Pertanyaan Trump, menambah spekulasi dan pertanyaan. Untuk apa dia bertanya? Apakah dia merasa punya masalah?

Kecurigaan terhadap adanya campur tangan rahasia semakin mengental, gara-gara Donald Trump berpesan kepada Comey bahwa Michael Flynn seorang pejabat yang baik.

Secara implisit Trump minta agar Comey atau FBI tidak perlu melakukan penyelidikan atas pegunduran diri Flynn.

Sementara itu kalau komentar-komentar soal “Russia Gate” yang dijadikan ukuran sebetulnya bisa ditarik kesimpulan, para elit politisi Amerika, merasa, martabat mereka sebagai bangsa yang besar, telah diinjak-injak oleh Rusia. Negara yang penduduknya lebih kecil.

“Saat kita menangis, Rusia justru menertawakan kita. Ini yang menyakitkan”, begitu kata beberapa komentator.

Investigasi atas infiltrasi sindikat Rusia ini, belum bisa dipastikan, kapan berakhir. Tetapi kecenderungan Trump akan terkena UU Impeachment, semakin nyata.

Pengalaman berharga yang bisa dipetik dari “Russia Gate” ini, semua politisi AS bersatu. Tidak ada kesan bahwa Donald Trump yang berasal dari Partai Republik dibela secara membabi buta oleh semua wakil rakyat yang mewakili Partai Republik.

Ketika bertanya, para Senator sangat irit kata dan langsung ke persoalan. Tidak ada Senator yang berusaha mendominasi forum, sehingga waktu hanya dimakan oleh Senator dari satu partai.

Sisa-sisa Perang Dingin antara AS dan Uni Sovyet, berulang lagi dengan format baru - AS melawan Rusia, negara pecahan eks Uni Sovyet.

Perbedaannya, dalam Perang Dingin Pertama yang berakhir 1989, Amerika bisa mengadu domba seluruh rakyat Uni Sovyet. Sehingga negara komunis yang membentang dari Eropa hingga Asia Timur itu, terpecah.

Kini sebaliknya.

Rusia menghancurkan AS melalui teknologi digital.

Hasilnya kerusakan AS sebagai negara industri terkemuka, secara martabat lebih parah dibanding yang dialami Uni Sovyet.

Rusia mampu memunculkan seorang sosok yang tidak diperhitungkan bisa menjadi Presiden. Dia adalah Donald Trump. Pengusaha kasino dan real estate ini, secara tidak resmi menjadi ‘boneka’ Rusia.

Namun sebaliknya AS tidak bisa menciptakan ‘boneka’ di Rusia. [***]

Penulis adalah wartawan senior

Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

UPDATE

Dirjen Anggaran Kemenkeu Jadi Tersangka, Kejagung Didesak Periksa Tan Kian

Sabtu, 08 Februari 2025 | 21:31

Kawal Kesejahteraan Rakyat, AHY Pede Demokrat Bangkit di 2029

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:55

Rocky Gerung: Bahlil Bisa Bikin Kabinet Prabowo Pecah

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:53

Era Jokowi Meninggalkan Warisan Utang dan Persoalan Hukum

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:01

Tepis Dasco, Bahlil Klaim Satu Frame dengan Prabowo soal LPG 3 Kg

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:50

Dominus Litis Revisi UU Kejaksaan, Bisa Rugikan Hak Korban dan tersangka

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:28

Tarik Tunai Pakai EDC BCA Resmi Kena Biaya Admin Rp4 Ribu

Sabtu, 08 Februari 2025 | 19:16

Ekspor Perdana, Pertamina Bawa UMKM Tempe Sukabumi Mendunia

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:41

TNI AL Bersama Tim Gabungan Temukan Jenazah Jurnalis Sahril Helmi

Sabtu, 08 Februari 2025 | 18:22

Penasehat Hukum Ungkap Dugaan KPK Langgar Hukum di Balik Status Tersangka Sekjen PDIP

Sabtu, 08 Februari 2025 | 17:42

Selengkapnya