Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
PERASAAN kelebihan beban hidup (over loaded) akan serÂing terasa jika kita tidak mamÂpu membedakan antara yang penting dan yang genting. Tidak semua persoalan pentÂing itu genting dan belum tenÂtu semua persoalan genting itu penting. Mungkin meÂmang ada persoalan penting sekaligus genting tetapi itu jarang terjadi. MemÂbedakan kedua persoalan ini bisa menghemat energi kita dan sebaliknya tidak mampu memÂbedakan antara yang penting dan yang genting bisa menyedot energi. Hal-hal yang paling pentÂing, utama, dan berkontribusi terhadap tercapaÂinya misi serta sasaran yang telah ditetapkan disÂebut penting. Sedangkan persoalan genting ialah urusan yang amat mendesak untuk ditindaklanÂjuti, menuntut perhatian segera, yang boleh jadi tidak langsung berkaitan dengan misi tetapi meÂnyangkut kredibilitas dan martabat seseorang. Yang lebih banyak kita hadapi ialah urusan pentÂing, bukannya urusan genting. Namun penentuan suatu urusan disebut penting atau genting faktor subjektifitas juga ikut menentukan.
Ada orang terbiasa menganggap persoalan pentingnya dianggap genting sebagai strategi dirinya untuk menyelesaikan persoalan pentÂingnya. Jika ia tidak menggentingkan persoalan penting maka ia khawatir urusan pentingnya tidak terselesaikan sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan. Sebaliknya ada juga tipe orang mengentengkan yang genting sebagai strategi untuk mengurai persoalan gentingnya dengan tenang, tidak tergesa-gesa, yang pada akhirnya langkah yang diambil mengecewaÂkan. Akan tetapi yang paling ideal bagaimana menganggap persoalan penting itu penting dan selesaikan secara normatif, bukannya dengan cara darurat. Demikian pula persoalan genting diselesaikan dengan terukur agar persoalan itu dapat diselesaikan dengan baik. Proses penenÂtuan ini diperlukan ketenangan dan kontemplaÂsi, yang dalam bahasa agama disebut tafakkur. Jika masih sulit menentukan pilihan dianjurkan menyelesaikannya melalui shalat istikharah.
Dalam banyak ayat dan hadis menuntun setÂiap orang untuk menyelesaikan setiap urusan dan persoalan secara proporsional, rasional, dan teruÂkur. Allah swt mengingatkan kebiasaan manusia sering tergesa-gesa di dalam mengambil keputuÂsan: Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan aku perlihatkan kepadamu tanÂda-tanda (azab) -Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (Q.S. al-Anbiya’/21:37). Manusia juga dinilai suka panik dan selalu berkelu kesah: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (Q.S. al-Ma'arij/70:19).
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:10
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:29
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:24
Jumat, 19 Desember 2025 | 19:15
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:58
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:52
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:34
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:33