Berita

Dani Setiawan/Net

Bisnis

Kemenkeu Keliru, Utang Itu Tenggelamkan Kemandirian Ekonomi Nasional

KAMIS, 12 JANUARI 2017 | 22:43 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Pernyataan Direktur Strategi dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Schneider Siahaan yang meminta masyarakat tidak khawatir dengan utang Indonesia yang mencapai Rp 3.485,36 per November 2016 menuai kritik.

Schneider meminta masyarakat tidak khawatir karena utang sebesar itu merupakan instrumen demi mencapai tujuan Indonesia dalam bernegara.

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Dani Setiawan menilai pernyataan Schneider itu keliru.


Diluruskan Dani bahwa tujuan negara adil dan makmur sebagaimana diamanatkan konstitusi adalah hasil dari suatu proses pembangunan nasional yang menempatkan kemandirian ekonomi sebagai landasan utamanya.

"Sementara utang selama ini menjadi instrumen efektif untuk menenggelamkan kemandirian ekonomi nasional ke dasar lautan yang paling dalam. Utang juga menimbulkan konsekuensi ekonomi politik yang luas bagi bangsa ini," jabar Dani saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Kamis (12/1).

Selain itu, Dani menilai bahwa secara finansial, beban utang telah menimbulkan beban berat dalam anggaran negara. Terlebih, alokasi pembayaran utang menempati porsi yang besar dalam APBN.

"Sehingga mengurangi anggaran sosial dan sektor-sektor prioritas seperti kesehatan dan pertanian atau pangan," pungkasnya.

Sebelumnya, Schneider Siahaan meminta masyarakat untuk tidak khawatir meski jumlah utang Indonesia per November naik Rp 45,58 triliun dibanding posisi Oktober yang mencapai Rp 3.439,78 triliun.

Menurutnya, utang tersebut digunakan untuk mewujudkan tujuan Indonesia, yakni mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Utang, sambungnya, merupakan instrumen demi mencapai tujuan Indonesia dalam bernegara.

"Jadi utang tidak perlu ditakutkan. Itu untuk instrumen mencapai tujuan kita mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera," tegas Schneider usai pertemuan dengan analis dan ekonom di kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (12/1). [ian]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya