Berita

Diskusi mengenang GJA

Politik

Bagi GJA, Penelitian Harus Mengabdi Pada Kemanusiaan Bukan Funding

SELASA, 20 DESEMBER 2016 | 19:15 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Dosen yang juga peneliti George Junus Aditjondro selalu dituding kontroversial dan terkesan mencari sensasi dalam setiap penelitiannya. Namun ada tiga pola yang bisa menunjukkan posisi intelektual penulis buku Membongkar Gurita Cikeas yang meninggal dunia pada 10 Desember lalu.

Pertama, George punya pendirian bahwa sebuah penelitian harus mengabdi pada kemanusiaan. Penelitian tidak mengabdi pada pemberi dana atau pihak yang memfasilitasi penelitian itu. Sebuah penelitian harus memiliki tendensi kemanusiaan, dia harus memberi arti pada kemanusiaan.

Kedua, George selalu berpola pada satu pakem dimana dirinya adalah orang pertama yang berani menyatakan bahwa selalu ada tiga unsur dalam sebuah konflik atau korupsi. Yakni, tentara, penguasa dan pengusaha. Ini secara konsisten selalu muncul dalam tulisan-tulisan dan ekspos hasil penelitiannya.

Ketiga, George adalah orang yang disaat dia meneliti akan terlibat jauh dan menunjukkan keberpihakannya pada korban, kelas sosial tertentu, keadilan dan gender. Ini tiga hal yang konsisten selalu muncul dalam seluruh riset dan penelitian George.

"Boleh orang berpendapat macam-macam tentang metodologi penelitian George Aditjondro. Namun ada tiga pola yang bisa menunjukkan posisi intelektual George," jelas Wilson dalam diskusi mengenang George Junus Aditjondro yang diadakan Intrans di Iceberg Cafe Cikini, (Minggu, 18/12). Wilson merupakan peneliti yang telah mengenal George pada tahun 1992 di rumah ilmuan Arif Budiman di Australia.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur JKPLK, Woro Wahyuningtias, menceritakan komunikasi terakhir Munir (almarhum) dengan George. Sebelum berangkat menuju Amsterdam, Munir menemui George Aditjondro. Aktivis HAM tersebut menitipkan satu dokumen yang harus disampaikan George ke beberapa orang.

"Munir mengatakan bahwa dokumen ini sangat penting, akan menjadi salah satu bahan penting dalam penelitiannya kelak di Utrecht. Sepulang dari pertemuan itu, saya diminta George untuk memperbanyak dokumen itu sebanyak 10 rangkap. George memberikan satu copy untuk saya agar disimpan. Sampai hari ini saya tidak tahu kemana sebagian dokumen yang lain dan kepada siapa salinan itu diberikan. Isi dokumen itu menunjukkan data korupsi. Saya berharap ini segera diungkap tidak lama lagi," ungkap Woro.

Sementara itu, Direktur Intrans Andi Saiful Haq menilai George seorang yang otentik. Dia seperti diciptakan dengan indera penciuman yang tajam untuk mengikuti jejak persekutuan modal dan mesiu.

"Itu menjelaskan mengapa George kadang datang dan pergi di tempat yang tidak diduga-duga karena George yakin, modal memang bisa beredar dalam bentuk maya. Namun pada akhirnya dia hanya menjadi kertas jika tidak dibelanjakan di bumi. Itu menjelaskan mengapa dia sangat percaya diri mengajak debat seorang SBY dalam kasus buku Membongkar Gurita CIkeas," jelasnya.

Soal kisah Munir dan George, Saiful Haq menambahkan, kesaksian Woro tersebut tentu tersebar di berbagai wilayah yang didatangi George. Dia banyak bercerita kepada kawan-kawannya. Karena, dia merindukan sosok George saat mencuat hilangnya dokumen temuan TPF kasus Munir menjelang aksi Bela Islam 411 dan 212.

"Jika George sehat saat itu, maka saya yakin dia telah menunjuk hidung siapa yang terlibat sebagai dalang upaya makar tersebut. Diskusi ini tentu menjadi kenangan sekaligus sumbangan narasi penting, yang akan terus kita gulirkan untuk merangkai data-data yang telah ditebar George dan saya yakin dia ingin sahabatnya menjadikannya sebuah hasil penelitian yang baru, agar 7 dekade yang telah dia sumbangkan bagi Indonesia, punya arti yang lebih untuk kaum marjina yang dicintainya," pungkasnya. [zul]

Populer

Makin Ketahuan, Nomor Ponsel Fufufafa Dicantumkan Gibran pada Berkas Pilkada Solo

Senin, 23 September 2024 | 09:10

Pasukan Berani Mati Bela Jokowi Pembohong!

Minggu, 22 September 2024 | 14:03

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Kejagung di Bawah ST Burhanuddin, Anak Buah Jalan Masing-masing

Rabu, 25 September 2024 | 17:11

Akun Fufufafa Ganti Nama dari Gibran jadi Slamet Gagal Total

Senin, 23 September 2024 | 08:44

Pasukan Berani Mati Bela Jokowi Tak Nongol di Patung Kuda

Minggu, 22 September 2024 | 13:26

UPDATE

Program Sekolah Swasta Gratis Tak Boleh Hapus KJP

Kamis, 03 Oktober 2024 | 06:07

Try Sutrisno Semangat Dikunjungi Petinggi TNI

Kamis, 03 Oktober 2024 | 06:02

Duit Rp 372 Miliar Disita dalam Kasus Korupsi Duta Palma

Kamis, 03 Oktober 2024 | 05:33

Din Syamsuddin Siap Bersaksi soal Pembubaran Paksa Diskusi

Kamis, 03 Oktober 2024 | 05:30

Pembelian BBM Subsidi Disarankan Pakai KTP

Kamis, 03 Oktober 2024 | 05:12

30 Polisi Diperiksa Buntut Kericuhan di Kemang

Kamis, 03 Oktober 2024 | 05:00

Tumpukan Duit Rp372 Miliar

Kamis, 03 Oktober 2024 | 04:51

Setahun Ngungsi, Korban Kebakaran Menteng Tempati Rumah Baru

Kamis, 03 Oktober 2024 | 04:25

Sekolah Gratis Jangan Kurangi Bobot Pelayanan Pendidikan

Kamis, 03 Oktober 2024 | 04:04

Penetapan Pimpinan MPR RI Digelar Kamis Pagi

Kamis, 03 Oktober 2024 | 04:01

Selengkapnya