Berita

Foto/Net

On The Spot

Area Food Court Terminal Pulo Gebang Masih Gelap

Dua Minggu Jelang Diresmikan Presiden
RABU, 07 DESEMBER 2016 | 09:13 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Selasa, 20 Desember mendatang, Presiden Joko Widodo rencananya meresmikan Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. Sebelum peresmian itu, kegiatan operasional terminal telah berlangsung, meski masih amat sepi penumpang.
 
Terminal Pulo Gebang meru­pakan terminal yang mulai diban­gun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada masa kepemimpi­nan Gubernur Fauzi Bowo tahun 2010. Pembangunan fisik termi­nal ini selesai pada akhir 2012.

Namun, karena terbentur be­berapa kendala, seperti pemban­gunan jembatan layang menuju akses jalan tol yang masih dalam tahap pengerjaan, serta masalah pembebasan lahan untuk peleba­ran jalan menuju terminal yang masih alot, membuat Terminal Pulo Gebang belum dapat dioperasikan sepenuhnya.

Padahal, bangunan terminal ini terbilang cukup modern, ter­diri dari empat lantai, ditambah satu lantai mezzanine. Masing-masing lantai memiliki fungsi berbeda. Lantai satu merupakan area komersil yang hingga kini masih terus diproses. Kemudian lantai mezzanine, merupakan area loket penjualan tiket dan keberangkatan bus.

Di lantai ini, tidak semua Perusahaan Otobus (PO) mendapatkan kios untuk membuat loket. Beberapa PO mendirikan loket­nya dengan hanya menggunakan meja kantor sederhana berwarna cokelat. Letaknya berada di ko­ridor lantai.

Selanjutnya, lantai dua merupakan area kedatangan penumpang. Di area ini juga terdapat pos kesehatan, serta posko dan pusat informasi. Di ruang tunggu kedatangan, para penumpang diberikan fasilitas sofa biru yang empuk dan beberapa kursi berbahan logam. Selain itu juga terdapat ruang laktasi bagi ibu menyusui.

Naik ke lantai tiga, merupakan area yang nantinya dijadikan pusat kuliner atau food court. Saat disambangi, Senin lalu (5/12), area ini belum berpenghuni. Pada malam hari, di area ini gelap karenabelum ada penerangan.

Selanjutnya di lantai paling atas, atau lantai empat, merupakan perkantoran dan kantor pengelola terminal. Di lantai ini juga terdapat ruangan kontrol. Fungsinya, mengontrol seluruh bagian terminal lewat puluhan monitor yang tersambung ke CCTV. Untuk akses naik dan turun lantai, di terminal tersebut disediakan eskalator dan lift.

Terminal baru ini pun men­gakomodasi kebutuhan para pengantarmaupun penjemput calon penumpang. Hal itu terlihat dari luasnya area parkir yang berada di lantai paling bawah. Di area ini juga, pengelola menyediakan troli untuk mengangkut barang milik penumpang.

Ismail, petugas loket salah satu PO yang telah beroperasi di Pulo Gebang terlihat sibuk sore itu. Maklum, jam-jam tersebut merupakan waktu di mana bus-bus dengan rute tujuan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur berangkat. "Ayo Pak, beli tiketnya di loket, di sebelah sana," ujar Ismail, menunjukkan loket PO tempatnya bekerja kepada salah satu calon penumpang.

Dengan seragam khas peru­sahaannya, hitam dengan aksen lengan berwarna oranye, Ismail tak lelah mempromosikan PO tempatnya bekerja. Kadang kala dia menyebut bahwa bus milik PO-nya sampai lebih cepat, dan kadang dia promosi dengan me­nyebut harga tiket lebih murah dari yang lain.

Saat berbincang, Ismail menyebut perusahaan tempatnya bekerja mengikuti aturan dengan memindahkan loket keberangkatan ke Terminal Pulo Gebang dari Pulogadung.

"Ya kita ikuti aturan pemerin­tah saja," katanya.

Ditanya soal perbandingan keramaian di Pulo Gebang daripadaterminal sebelumnya, Ismail engganmenjawab. Menurut dia, pe­rusahaannya yang lebih menge­tahui mengenai hal tersebut.

Tak jauh dari loket tempat Ismail bekerja, terdapat ruang tunggu keberangkatan. Ruang tunggunya cukup memadai dengankursi dari logam yang cukup enak untuk disandari para calon penumpang.

Meski saat itu sedang jam sibuk keberangkatan bus malam, di ruangan tersebut tak tampak penumpukan calon penumpang. Kursi-kursi di ruang tunggu banyak yang kosong.

Di salah satu kursi, Hari, calon penumpang PO Lorena sedang menunggu bus yang akan mengangkutnya. Sambil menunggu dan sedikit bersan­tai, Hari memuji terminal baru tersebut. "Lebih bagus daripada yang lama. Menurut saya lebih dekat, karena tempat tinggal saya dekat di Bintara," kata Hari yang menuju Surabaya.

Namun, dua kali keberang­katannya dari terminal tersebut, bus yang ditumpanginya tidak pernah tepat waktu. "Selalu telat. Ini saja saya sudah menunggu hampir dua jam, padahal di jadwal, keberangkatannya jam 5 sore," kata pria yang bekerja di Kuningan, Jakarta Selatan itu.

Ditemui terpisah, Arifin, sopir KWK U05 rute Tanjung Priok-Cakung, mengaku senang dengandioperasikannya termi­nal tersebut. Di terminal baru ini, Arifin tak lagi harus merogoh kocek untuk pungutan liar.

"Kalau di sini enaknya bebas pungutan liar. Kalau dulu saya kena pungutan liar di Bulog Tipar Cakung. Itu bener-benar beban," ujar Arifin.

Biasanya, dia mesti menge­luarkan duit Rp 2 ribu-Rp 5 ribu setiap ngetem menunggu penumpang. Namun di Terminal Pulo Gebang, sopir angkot ting­gal menunggu penumpang tanpa harus lagi memberikan uang.

"Lebih enak di sini. Tinggal nunggu masyarakat tahu kalau terminal di sini sudah beroperasi, jadi penumpang lebih banyak," harap dia.

Sebelum diresmikan Presiden Jokowi, Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah meminta agar fasilitas yang ada segera dileng­kapi. Seperti rambu-rambu lalu lintas, baik di dalam maupun di luar terminal. Sistem aplikasi yang akan digunakan untuk operasional kendaraan dan pemanfaatan kios juga diminta disiapkan. "Semua fasilitasnya harus dilengkapi, karena ini akan jadi percontohan untuk terminal di seluruh Indonesia," kata Saefullah.

Khusus masalah teknologiinformasi yang digunakan, Saefullah meminta agar penye­dia barang bertanggung jawab hingga berfungsi. Karena dana yang dikucurkan cukup besar, mencapai Rp 13 miliar. "Untuk aplikasi, penyedia barang harus tanggung jawab sampai sistem on. Harus betul-betul berfungsi, dicek lagi," ucapnya.

Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta, Andri Yansyah menambahkan, ada beberapa fasilitas yang harus dilengkapi. Seperti rambu-rambu, IT, pemer­iksaan kelayakan lift dan eskala­tor, serta pemanfaatan kios-kios oleh pedagang.

"Khusus untuk rambu-rambu masih sangat minim, sehingga banyak sopir yang nyasar saat mau masuk maupun keluar terminal. Itu yang menjadi pri­oritas," ucapnya.

Dari kapasitas, Terminal Pulo Gebang terbilang memadai. Bisa menampung dua ribu penump­ang dan 1.000 bus setiap hari dengan sistem tendang. Bus-bus tersebut diatur agar paling lama satu jam berada di kawasan terminal.

Latar Belakang
Peresmian Sering Mundur

Pemprov DKI telah melarang perusahaan otobus (PO) tu­juan Jawa Tengah dan Jawa Timur beroperasi di Terminal Pulogadung. PO itu dialihkan ke Terminal Pulo Gebang. Tapi, tetap saja Terminal Pulo Gebang sepi. Banyak PO dan penumpang yang tetap memilih Terminal Pulogadung.

Kendati begitu, Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur akan diresmikan Presiden Joko Widodo pada akhir 2016. Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Jakarta Sumarsono. "Rencananya pada 20 Desember, Presiden akan meresmikan terminal ini seba­gai terminal percontohan bagi kawasan lainnya," katanya.

Sebagai persiapan, pria yang biasa disapa Soni ini, menyam­bangi terminal tersebut. Dia mengecek fasilitas dan sarana prasarana di Terminal Pulo Gebang, mulai dari penga­manan, ruang CCTV, ruang tunggu penumpang, bus yang beroperasi, hingga ruang isti­rahat pengemudi.

"Secara umum kondisi ter­minal ini sudah baik. Hanya, akses penyuplai penumpang dari dan ke Terminal Pulo Gebang harus dibenahi. Ada beberapa rambu dan marka jalan di kawasan terminal yang harus kami tambah. Juga sistem teknologi informasi akan diper­baiki," katanya.

Peresmian terminal yang berdiri di atas lahan 15 hektare dan menelan biaya Rp 145 miliar itu, sering mengalami penundaan. Pada 23 Juni 2012 sempat dijadwalkan peresmian Terminal Pulo Gebang, lalu berubah pada 27 Mei 2014. Pemerintah kembali meren­canakan peresmian pada 6 Mei 2015, mundur jadi 3 Juni 2015 dan 18 Juli 2016.

Menurut Soni, peresmian terminal Pulo Gebang keraptertunda karena banyak ken­dala. Seperti kerusakan sistem teknologi informasi (TI) dan rendahnya pengawasan terh­adap terminal bayangan.

"Mudah-mudahan tahun peresmian tidak mundur lagi. Nantinya, seluruh bus tujuan Jawa harus melalui Terminal Pulo Gebang," tandasnya

Pihaknya juga meminta ter­minal bayangan ditertibkan agar seluruh PO dapat beroperasi di Terminal Pulo Gebang. "Dalam waktu dekat harus dilakukan kebijakan menert­ibkan terminal bayangan agar terminal ini beroperasi nor­mal," bilang Soni.

Sementara itu, jelang dires­mikan usai direvitalisasi, tren keberangkatan dan kedatangan bus di Terminal Pulo Gebang menurun. Tren itu juga diikuti dengan menurunnya jumlah penumpang yang berangkat dan yang datang.

Kepala Satuan Pelaksana Operasional (Kasatpelops) Terminal Pulo Gebang Noviesa Pinem mengatakan, setelah selalu naik, penurunan terjadi pada November. Padahal, pihaknya melakukan sosialisasi, termasuk kepada PO yang masih mangkal di Terminal Pulogadung.

"Bulan Oktober, rata-rata bus yang berangkat dari Terminal Pulo Gebang per hari 120 bus, dan yang datang 143," katanya saat disambangi di kantornya, lantai empat Terminal Pulo Gebang, Senin lalu (5/12).

Sedangkan rata-rata jumlah penumpang pada Oktober, lan­jut Pinem, untuk yang berangkat mencapai 1.616 orang. Di sisi lain, 2.003 orang per hari datang di Terminal Pulo Gebang.

Tren menurun terjadi pada November 2016. Menurut data yang dipegangnya, jumlah bus yang berangkat dari Terminal Pulo Gebang menurun jadi 102. Sedangkan yang memasuki ter­minal itu pun turun menjadi 121 armada. "Jumlah penumpangyang berangkat menurun jadi 1.129. Penumpang yang datang juga menurun menjadi 1.422 orang," jelasnya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

UPDATE

DPRD Kota Bogor Berharap Sinergitas dalam Perayaan HUT ke-79 TNI

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:47

Pram-Rano Komitmen Sehatkan Mental Warga Jakarta Lewat Ini

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:23

IKA Unpad Rekomendasikan 4 Calon Menteri Prabowo-Gibran

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:23

Dukung Egi-Syaiful, Partai Buruh Berharap Ada Kenaikan Upah

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:17

Mega-Prabowo Punya Koneksi Psikologis dan Historis

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:56

KPK OTT di Kalimantan Selatan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:14

Dharma Pongrekun: Atasi Kemacetan Jakarta Tidak Bisa Hanya Beretorika

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:11

Pram dan Rano akan Perhatikan Kesejahteraan Guru Honorer agar Tidak Terjerat Pinjol

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:54

Suswono Kehabisan Waktu Saat Pantun Penutup, Langsung Dipeluk RK

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:42

Badai PHK Ancam Jakarta, Pram-Rano Bakal Bikin Job Fair 3 Bulan Sekali

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:30

Selengkapnya