Sejumlah pengemudi ojek online mengeluhkan pendapatan yang menurun. Persaingan tarif murah antar perusahaan ojek online dan jumlah pengemudi yang semakin banyak, menjadi faktor menurunnya pendapatan mereka.
Sebuah kedai kopi rumahan di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, jadi tempat Lubis "nongkrong" sehari-hari. Selain bersosialisasi dengan sejumlah rekannya, di kedai itu juga dia menunggu order dari penumpang.
Lulusan sebuah universitas di Jakarta Pusat ini, merupakan salah satu pengemudi ojek onÂline, yang bisa disebut paling awal hadir di Indonesia, Gojek. Belum genap satu tahun dia bergabung sebagai pengemudi ojek online.
Sekitar jam 10 pagi, dia memeÂsan kopi di kedai itu. Segelas kopi memang jadi salah satu temannya di kedai itu. Bukan hanya kopi, untuk mengisi wakÂtunya menunggu order dari penumpang, dia bermain catur bersama seorang rekannya.
"Wah, kadang bisa lebih dari segelas kalau lagi nunggu. Main caturnya juga bisa lebih dari satu ronde," katanya.
Sepeda motor pabrikan asal Jepang miliknya diparkir persis di depan kedai tersebut. Kunci motornya dibiarkan tetap terÂpasang di lubang kunci. Kata dia, biar bisa cepat dan tidak mencari-cari lagi kalau tiba-tiba ada order.
Satu jam, dua jam, hingga tiga jam berlalu, dia belum juga mendapat order mengantar penumpang. Sementara kopinya sudah hampir habis. Permainan catur pun sudah lebih dari satu ronde. Sambil terus menunggu, dia memilih mengakhiri perÂmainan catur dan melanjutkan kegiatan dengan berbincang ringan bersama rekan-rekannya.
"Kalau lagi sepi ya begini, bisa lama nunggunya. Wilayah sini juga sepi sih, paling kalau bubaran anak sekolah saja, sekiÂtar jam dua siang," katanya.
Tempat mangkalnya memang bukan di jalan utama. Keramaian hanya ada ketika bubaran sekoÂlah. Tempatnya mangkal, dekat SMAN 113 dan SMPN 272 Jakarta Timur.
Menjadi pengemudi ojek onÂline memang bukan pekerjaan utama yang dicita-citakannya. Menjadi pengojek online dilakuÂkannya sambil menunggu lamaÂran kerjanya diterima. Meski beÂgitu, dia mengaku, penghasilan sebagai pengemudi ojek online bisa sekadar menutupi uang jajannya.
"Jadi, tidak perlu minta lagi sama orangtua, punya penghasiÂlan sendiri," ucapnya.
Belakangan ini, sejumlah pengemudi ojek online menyuarakan penurunan pendapatan. Hal tersebut juga turut dirasakan Lubis. "Memang ada penurunan, karena ada pengurangan pendapatan per kilometer dan pengemudi sudah banyak banget. Persaingan makin sulit," ucapnya.
Hal senada disampaikan pengemudi Grabbike, Jim. Mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta itu, dalam sehari hanya bisa mendapatkan empat penumpang.
"Sekarang susah cari penumpÂang. Saya dari pagi sampai sore, baru dapat empat orang. Sudah terlalu banyak driver," ujarnya saat ditemui di dekat Terminal Pinang Ranti pukul 15.30 WIB, Jumat (3/12).
Jim mengaku tak masalah dengan tarif yang diberlakuÂkan perusahaannya. Dia hanya berharap, perusahaan menghÂentikan penerimaan pengemudi baru. "Biasanya, sehari bisa 20 penumpang. Tapi, lama-lama semakin susah. Sudah mutar-mutar tak dapat penumpang juga. Akhirnya, teman-teman nongkrong saja di satu tempat daripada mutar-mutar terus ngabisin bensin," tuturnya.
Ditemui terpisah, pengmudi Gojek, K memiliki masalah lain. Dia mengeluhkan sulitnya mendapatkan bonus. Apalagi, kalau penumpang melakukan pembatalan pesanan.
"Di bawah lima kilometer, kita biasanya dapat satu poin. Kalau di atas itu bisa dapat dua poin. Tetapi kalau tak ngambil penÂumpang, poinnya bisa berkurang banyak. Poin kalau sudah dapat 10 baru bisa dapat bonus Rp 20 ribu," jelasnya.
Sementara itu, Purba, pengeÂmudi Gojek mengaku sudah berhenti menerima order penÂumpang. Penyebabnya, sama seperti rekan-rekannya, penuÂrunan pendapatan di tengah kerasnya persaingan tarif antar perusahaan ojek online.
"Sekarang tarifnya murah, kasihan pengemudinya. Untuk dapat bonus juga sudah susah, makanya saya berhenti dan konsentrasi kuliah sambil cari kerjaan lain," curhatnya.
Bagi Purba, iming-iming pendapatan tinggi bagi pengojek online hanya tinggal harapan. Tarif yang amat murah, pengeÂmudi yang terlalu banyak dan sulitnya mendapat bonus, berÂpengaruh terhadap penurunan pendapatan pengemudi ojek online.
"Saya memutuskan untuk berÂhenti saja," katanya.
Latar Belakang
Persaingan Perusahaan Ojek Online, Dari Tarif Paling Murah Hingga Gratis
Persaingan antar perusaÂhaan ojek online dalam merebut hati konsumen begitu ketat. Berbagai cara ditempuh, dari tarif murah hingga gratis.
Soal tarif gratis ini misalnya, tampak dalam papan reklame GrabBike yang dipasang di berÂbagai lokasi di Jakarta. Reklame itu intinya, menjelaskan kode promo GrabBike gratis sampai puas dari tanggal 2 hingga 13 November 2016 bagi pengguna baru selama 10 kali perjalanÂan, untuk tarif maksimum Rp 15.000. Setelah itu, ada iklan lain; GrabBike diskon semua pelanggan 70 persen, dengan kode promo Grabdiskon sampai 10 kali.
Menurut Direktur Pelaksana Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, diskon besar yang kerap mereka berikan adalah hal wajar jika Grab yang bermain di indusÂtri teknologi berinvestasi besar. "Kita care banget dengan profitÂability. Semua keputusan dibuat untuk menghasilkan uang," ucap Ridzki usai perkenalan
fitur GrabPay Credit di Jakarta.
Sudah beberapa pekan terakhir, Grab gencar mempromosikan diskon yang cukup besar kepada pelanggannya. Salah satu yang cukup besar dan berjalan lama adalah diskon layanan GrabBike sebesar 70 persen. Dibanding layanan sejenis milik kompetitor lain, potongan harga Grab meruÂpakan yang terbesar saat ini.
"Kita selektif kasih diskon ya, sesuai dengan target market, jangka waktu, dan penggunaan tertentu," ucap Ridzki.
Sementara itu, menurut pengÂguna ojek online, Agiel, Uber motor paling murah. "Jika saya pulang kantor dari Stasiun Pasar Minggu menuju ke Rawamangun, Jakarta Timur, dengan Uber moÂtor saya hanya membayar Rp 23 ribu bahkan kadang Rp 21 ribu," kata karyawan swasta ini.
Menurutnya, jika dibandÂingkan saat jam pulang kerja, yakni jam 5 sore, GrabBike dan Gojek memasang tarif tambahan. Sedangkan di Uber, katanya, tidak ada.
"Dari Stasiun Pasar Minggu ke Rawamangun, Gojek itu bisa Rp 31 ribu. Sedangkan GrabBike Rp 29 ribu," tambah wanita berjilbab ini.
Tarif dasar Uber Motor seperti yang tertera di situs newsroom. uber.com, sebesar Rp 1.000 per kilometer. Tarif per menit: Rp 100 dan tarif minimum Rp 1.000.
Sedangkan GoJek memberÂlakukan tarif berdasar jarak seperti berikut: 1-10 kilometer Rp 12.000. 10-15 kilometer, Rp 15.000. Di atas 15 kilometer dikenai tambahan biaya Rp 2.000 per km (maksimal 25 km), dihitung dari km pertama. Selain itu, GoJek juga mengenakan biaya tambahan Rp 5.000 saat jam sibuk (rush hour).
Sedangkan GrabBike memÂberlakukan tarif berdasarkan jarak dan tarif minimum. Tarif per kilometer GrabBike adalah Rp 1.500. Namun, GrabBike memberlakukan tarif minimum sebesar Rp 10 ribu. Dengan demikian, jika biaya yang munÂcul di bawah Rp 10 ribu, maka pengguna wajib membayar tarif minimum sebesar Rp 10 ribu.
GrabBike juga mengenakan skema biaya tambahan pada jam-jam sibuk, yaitu pada pukul 06:00-09:00 dan 16.00-19.00, (Senin sampai Jumat) ditambah Rp 5 ribu.
Dari situs resmi layanan ini, GrabBike pada bulan lalu sempat memberikan promo 10X perÂjalanan gratis untuk maksimum tarif Rp 15 ribu dengan mengguÂnakan kode promo. ***