Berita

Foto/Net

On The Spot

Sempat Diputus, Listrik SMAN 48 Nyambung Lagi

Nunggak Bayar Listrik Sejak Juli
KAMIS, 24 NOVEMBER 2016 | 09:54 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kemarin, tidak ada lagi pela­jar yang terpaksa menggunakan selasar untuk KBM karena kelas gelap akibat diputusnya aliran listrik. Sebelumnya, karena pe­mutusan aliran listrik, beberapa kelas memakai lilin sebagai penerang. Tapi kemarin siang, kelas XII IPA 2 misalnya, sudah menjalankan KBM seperti biasa. Para pelajar serius mengikuti setiap materi pelajaran yang dis­ampaikan guru.

Di sekolah ini, tiap kelas memiliki luas sekira 42 meter persegi, atau jika dibagi luasnya adalah 6x7 meter. Dalam satu kelas, maksimal diisi 36 siswa yang dibagi dalam empat banjar meja dan tempat duduk. Masing-masing banjar, terdiri dari lima baris meja dan bangku.

Fasilitas di tiap kelas terbil­ang cukup lengkap. Dua buah pendingin ruangan dipasang di dinding masing-masing kelas untuk membuat pelajar nya­man. Selain itu, tiap kelas juga sudah dilengkapi satu unit LCD proyektor dan papan tulis white­board. Bangku-bangku kayu ber­bentuk persegi panjang berwarna cokelat juga diletakkan di bagian luar kelas atau selasar. Minimal ada dua buah bangku berbentuk seperti itu di selasar tiap kelas.

Salma Amalia, pelajar kelas XII IPA 2, mengaku bersyukur listrik di sekolahnya sudah ter­sambung lagi. Pasalnya, Selasa lalu, dia harus bolak-balik keluar masuk kelas agar bisa belajar dengan nyaman. "Selasa lalu kita sampai harus bolak-balik keluar masuk kelas. Karena kalau di dalam kondisinya gelap dan panas," katanya saat ngobrol dengan Rakyat Merdeka di se­lasar kelas XII IPA 2.

Kelas Salma, XII IPA 2, be­rada di lantai dua bangunan tersebut. SMAN 48 yang berala­mat di Jalan Pinang Ranti II, RT 004 RW 01, Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Kota Jakarta Timur, terdiri dari tiga lantai. Bentuk bangunannya menyerupai huruf U dengan cat berwarna hijau. Masing-masing kelas paralel, terdiri dari delapan kelas. Total dari jenjang kelas X sampai XII, terdiri dari 24 kelas.

Lebih lanjut, Salma yang hari itu mengenakan seragam pramuka berharap, kejadian diputusnya aliran listrik di seko­lahnya tidak terulang. Karena, menurutnya, hal tersebut sangat mengganggu.

"Semoga tak kejadian lagi. Karena memang mengganggu sekali kalau sampai tak ada aliran listrik. Apalagi kita yang kelas XII, belajarnya lebih be­rat," ujar siswi yang mengena­kan hijab ini.

Selain KBM di tiap kelas, disambungnya aliran listrik juga membantu para siswa yang sedang mengambil nilai praktik mata pelajaran seni dan budaya. Hal itu terlihat di ruang audio visual sekolah tersebut.

Ruangan tersebut berada di bagian pojok kanan sekolah. Ruangannya cukup luas. Cukup untuk menampung puluhan siswa-siswa dari tiga kelas XI IPA yang pada hari itu mendapat giliran mengambil nilai.

Hari itu, berbeda dari yang lain, para siswa yang sedang mengambil nilai praktik mata pelajaran seni dan budaya, tidak mengenakan seragam seperti biasa. Kebanyakan memakai kaus berwarna hitam dan putih.

Puluhan pelajar antusias mengikuti kegiatan tersebut. Ada yang menampilkan kemampuan bermusik, dan ada juga yang menampilkan keahlian seni yang lain.

Seorang pelajar yang ditemui mengakui, disambungnya kem­bali listrik di SMAN 48 sangat mendukung kegiatan praktik tersebut. "Mungkin kalau tak ada listrik seperti Selasa lalu, kita bakal kerepotan," katanya.

M Misbakhul Munir, Wakil Kepala SMAN 48 Jakarta bidang Sarana Prasarana dan Hubungan Masyarakat (Wakasek Sarpras dan Humas) menjelaskan kronologis pemutusan dan penyambungan kembali listrik di seko­lahnya. Katanya, pemutusan dilakukan karena adanya tunggakan ke PLN.

Munir mengatakan, tunggakan tersebut telah berlangsung sejak bulan Juli lalu. Tunggakan ter­jadi karena belum turunnya Dana Operasional Pendidikan (BOP) yang biasanya disalurkan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

PLN, lanjut Munir, sempat beberapa kali memberikan perin­gatan kepada sekolahnya terkait tunggakan listrik. Tunggakan yang harus dibayar sekolah tersebut mencapai Rp 118 juta. Karena tidak memiliki dana un­tuk membayar tunggakan, aliran listrik di sekolah tersebut diputus PLN pada Senin lalu. Akibatnya, KBM sempat terganggu.

Lebih lanjut Munir menjelas­kan, setelah melalui berbagai ne­gosiasi antara Dinas Pendidikan dan PLN, Selasa malam, listrik di sekolahnya disambung kem­bali. KBM pun dapat dilakukan seperti biasa. "Untungnya tidak ada alat-alat elektronik yang rusak akibat pemutusan tersebut. Karena di sini cukup banyak yang digunakan, seperti lampu, proyektor, kipas dan AC, absensi murid dan guru, air untuk kamar mandi, bel sekolah, dan lain­nya," katanya.

Pada hari itu, tambah Munir, pihaknya terpaksa meminjam arus dari masjid di lingkungan sekolah, untuk peralatan yang penting saja seperti presensi, bel sekolah, dan air. Sisanya AC atau kipas, lampu, dan proyektor tidak bisa digunakan.

"Hari itu juga sebenarnya ada latihan ujian menggunakan kom­puter computer base test. Tapi tidak bisa," tutupnya.

Latar Belakang
Tujuh Sekolah Negeri Di Jakarta Timur Listriknya Diputus Karena Menunggak
 
PT PLN menyampaikan permohonan maaf karena mengh­entikan aliran listrik tujuh seko­lah di Jakarta Timur, termasuk SMAN 48. Aliran listrik terpaksa diputus karena tunggakan tagi­han listrik.

"PLN menyampaikan permint­aan maaf. Karena keterpaksaan, PLN menghentikan aliran listrik setelah memberikan kesempatan yang memadai. Sama dengan institusi lainnya, PLN harus menjadi good corporate gover­nance, patuh prosedur," kata Humas PLN Distribusi Jakarta Raya, Eki Sairoma.

Eki mengatakan, PLN berharap Dinas Pendidikan DKI da­pat memahami posisi PLN yang harus taat aturan mengenai pembayaran tagihan listrik ini. Tapi, PLN juga mengakomodasiupa­ya negosiasi dari pihak Pemprov DKI untuk mempercepat penyelesaian persoalan ini. "PLN sudah mendorong via salah satu butir MoU, dan lanjut ke draf perjanjian kerja sama untuk memanfaatkan peran Bank DKI melakukan talangan atas kendala anggaran yang mungkin terjadi seperti saat ini," terangnya.

Tujuh sekolah di Jakarta Timur yang aliran listriknya diputus PLN, yakni SMAN 42, SMKN 10, SMAN 9, SMAN 48, SMAN 104, SMAN 51, SMKN 22. "Itu diputus karena tunggakan," tandas Eki.

Tunggakan pembayaran terja­di karena dana biaya operasional pendidikan (BOP) yang harusnya dialokasikan ke sekolah negeri, terhambat gara-gara kesalahan input anggaran. Tidak cairnya dana BOP yang juga dipakai untuk membayar tagihan listrik, membuat tagihan bertumpuk hingga akhirnya listrik diputus.

M Misbakhul Munir, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana dan Hubungan Masyarakat (Sarpras Humas) SMA 48 menjelaskan, penyebab sekolah menunggak membayar listrik lantaran dana BOP dari Pemprov DKI belum turun. Tahun ini, BOP untuk SMAN 48 dari Januari baru turun 18 persen, sehingga salah satu dampaknya sekolah tak mampu membayar listrik. "Sekarang sudah masuk triwulan keempat, seharusnya BOP sudah cair lebih dari 70 persen," ujar Munir.

Pihaknya berharap, persoalan ini bisa diselesaikan Pemprov DKI, dalam hal ini Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur. Sebab, tak hanya sekolahnya, ka­sus ini juga terjadi di beberapa sekolah lain.

Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono, total ada 26 SMA/ SMK di DKI Jakarta yang kegiatan belajar mengajarnya terganggu akibat diputusnya aliranlistrik karena tunggakan pembayaran. Kini, Pemprov DKI Jakarta menyelidiki pe­nyebab kesalahan input angga­ran pada APBD.

"Ini bagian kesalahan di ting­kat teknis untuk memasukkan anggaran. Ada dua kemungkinan, salah yang memasukkan atau sudah dimasukkan mata anggaran tapi tidak te-record dengan baik. Ini dua hal yang harus kita se­lidiki, nanti baru ketahuan," ujar Sumarsono. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

UPDATE

DPRD Kota Bogor Berharap Sinergitas dalam Perayaan HUT ke-79 TNI

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:47

Pram-Rano Komitmen Sehatkan Mental Warga Jakarta Lewat Ini

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:23

IKA Unpad Rekomendasikan 4 Calon Menteri Prabowo-Gibran

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:23

Dukung Egi-Syaiful, Partai Buruh Berharap Ada Kenaikan Upah

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:17

Mega-Prabowo Punya Koneksi Psikologis dan Historis

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:56

KPK OTT di Kalimantan Selatan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:14

Dharma Pongrekun: Atasi Kemacetan Jakarta Tidak Bisa Hanya Beretorika

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:11

Pram dan Rano akan Perhatikan Kesejahteraan Guru Honorer agar Tidak Terjerat Pinjol

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:54

Suswono Kehabisan Waktu Saat Pantun Penutup, Langsung Dipeluk RK

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:42

Badai PHK Ancam Jakarta, Pram-Rano Bakal Bikin Job Fair 3 Bulan Sekali

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:30

Selengkapnya