Ketua Umum Asosisasi PeÂnyelenggara Jasa Internet InÂdonesia (APJII) Jamalul Izza mengatakan, besarnya potensi internet di Indonesia saat ini memang sebagian sudah diÂmanfaatkan pemain lokal, tapi jumlahnya tidak besar. Pemain asing masih mendominasi.
Menurut dia, saat ini ada dua peluang model bisnis internet yang cepat berkembang. PerÂtama bisnis belanja online (e-commerce) dan bisnis teknologi internet. Kedua bisnis ini bisa menggurita karena Indonesia merupakan rumah bagi 137 juta pengguna internet.
"Saat ini pelaku industri teknologi lokal belum mengÂgarap dua pasar potensial secara maksimal. Maka kedua model bisnis itu dimanfaatkan pihak asing," katanya, kemarin.
Dengan masuknya perusahaan
e-commerce terbesar asal China, Alibaba ke Indonesia sudah menjadi cukup bukti bahwa inÂdustri
e-commerce telah dimanÂfaatkan oleh pihak asing. Selain itu, netizen Indonesia masih menggunakan fasilitas email milik perusahaan asing.
Kondisi ini membuktikan indusÂtri teknologi internet lokal masih kalah jauh dari asing. Dan, ini menunjukkan Indonesia hanya seÂbagai negara pengguna. "Sampai sekarang kita juga belum memiliki
browser lokal," kata dia.
General Manager Strategy and Communication Elevenia Bayu Setiaji Tjahjono mengataÂkan, ada banyak yang membuat industri internet, khususnya
e-commerce lokal belum berkemÂbang. Salah satunya, adalah masalah logistik.
"Logistik masih menjadi probÂlem klasik. Kita membutuhkan biaya lebih untuk mengirimkan barang ke luar Jabodetabek. PadaÂhal, pasarnya bagus," ujarnya.
Menurutnya, pemain asing sangat aktif dalam memanfaatÂkan para pengguna internet di Indonesia untuk menjual barang-barangnya. Kendati begitu, dia optimis, pemain lokal masih bisa memenangkan persaingan. "Kami paham betul seperti apa pasar lokal, dibandingkan peÂmain dari luar," klaimnya.
Direktur Jenderal AplikaÂsi Informatika Kemenetrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Samuel AbriÂjani Pangerapan mengatakan, rata-rata pertambahan pengguna internet mencapai 1,3 persen per tahunnya. "Pertumbuhan di Indonesia mulai kecang terjadi pada 2013," kata Samuel.
Pada tahun tersebut ada pengÂguna internet sebanyak 74,6 juta, lalu bertambah menjadi 83,6 juta pada 2014, 93,4 juta pada 2015, dan 102,8 juta di 2016. "Tahun ini, diperkirakan pengguna internet akan mencapai 132,7 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 256,2 juta," kata dia.
Target Ketinggian Samuel mengatakan, dengan target pengguna aktif internet tahun ini mencapai angka 132,7 juta, pemerintah optimis tarÂget transaksi
e-commerce bisa mencapai 130 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.759 triliun. "Kita juga bisa membuat pasar e-commerce memenuhi target yang ditetapkan," katanya.
Keyakinan itu juga berlanÂdasan pada target pemerintah pada 2020, sekitar 75 persen orang dewasa di Indonesia masuk dalam sistem keuangan atau perbankan. Tentu ini akan menjadi peluang untuk meningÂkatkan transaksi digital.
"Sekarang ini kan masih 36 persÂen masyarakat Indonesia masuk dalam sistem perbankan. Tapi nanti ketika 75 persen, artinya peluang akan membesar," jelas dia.
Namun, perusahaan riset
InÂternational Data Corporation (IDC) Indonesia menilai target tersebut terlalu ambisius. PasalÂnya, akses internet dan pengemÂbangan infrastruktur yang belum merata serta perbedaan definisi e-commerce itu sendiri.
Country Manager IDC IndoneÂsia Sudev Bangah mengatakan, hingga kini definisi pasar
e-comÂmerce di Indonesia masih buram. Sebab, definisi pemerintah menÂgenai
e-commerce berbeda denÂgan definisi sebenarnya.
"Kolaborasi dari setiap
stakeÂholder, terutama pemerintah dan pemain
e-commerce mesti ditingkatkan untuk ekosistem bisnis yang berkelanjutan," tuÂkas dia.***