Impor teh meningkat setiap tahunnya. Padahal Indonesia merupakan negara penghaÂsil teh. Pengusaha meminta pemerintah untuk membuat aturan yang tegas apalagi teh yang diimpor kualitasnya di bawah standar. Kebangetan, masa teh saja kita harus imÂpor.
Ketua Umum Asosiasi Teh Indonesia (ATI) Dede KusdiÂman mengatakan, impor teh yang dilakukan importir InÂdonesia lebih banyak berasal dari Vietnam. Harga jual teh yang masuk dari Vietnam pun hanya 50-60 persen dari harga jual teh lokal.
"Kenapa mereka bisa masuk secara bebas ke kita? Karena kita tidak ada regulasi. Tidak ada ketentuan uji pestisida dan besaran kandungan pestisida," ujar Dede, kemarin.
Sementara, bila Indonesia melakukan ekspor teh, ada beberapa tahap dan ketentuan yang perlu dilalui. Salah saÂtunya uji residu pestisida dan memenuhi persyaratan sistem manajemen mutu
International Organization for StandardizaÂtion (ISO).
"Makanya usulan kita yang suÂdah diusulkan beberapa kali adalah agar segera dikeluarkan peraturan bahwa produk impor yang masuk ke kita harus diuji kandungan pestisidanya," katanya.
Dede khawatir, bila PeÂmerintah Indonesia tidak mengetatkan regulasi impor teh, maka importir bakal berÂbuat curang dengan cara menÂcampur teh lokal yang memiÂliki kualitas baik dengan teh impor yang kualitasnya rendah untuk diekspor kembali agar mendapat nilai tambah. Cara tersebut membuat kualitas teh Indonesia menjadi buruk di mata pasar global.
Kata dia, impor teh yang masuk ke Indonesia terus melÂonjak dalam 10 tahun terakhir. Pada 2014 impor teh sebanyak 24 ribu ton, 2015 turun menÂjadi sekitar 15 ribu ton. SeÂmentara hingga Oktober 2016, impor teh sudah sebanyak 15 ribu hingga 16 ribu ton.
Sekretaris Direktorat JenÂderal Perdagangan Luar NegÂeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Marjoko mengaÂtakan, teh merupakan komodiÂtas unggulan Indonesia, sejak zaman penjajahan. Teh meruÂpakan komoditas nomor satu pemerintahan Hindia-Belanda untuk di ekspor ke Eropa.
Seiring perkembangan zaÂman dengan banyaknya pemÂbangunan, membuat produksi teh dan realisasi ekspor terus menurun. Ada beberapa fakÂtor yang membuat produksi teh nasional terus mengalami penurunan. Salah satu yang utama adalah keterbatasan lahan perkebunan untuk koÂmoditas unggulan ini.
"Areal atau lahan teh yang terus mengecil, menyebabkan produksi tidak bisa meningÂkat," ujarnya.
Lahan Berkurang Sementara itu, Dirjen PerÂdagangan Luar Negeri KeÂmenterian Perdagangan Dody Edward mengatakan, ada beÂberapa kendala lain yang memÂbuat produksi teh menurun, seÂlain lahan. Kendalanya antara lain kenaikan biaya produksi, kualitas yang rendah, serta tarÂget standardisasi yang belum terpenuhi di tingkat nasional dan internasional.
"Kemudian peralatan produksi yang belum modern, sumber daya manusia, dan harga di tingkat petani yang masih rendah," ujarnya.
Akibat penurunan produkÂsi, ekspornya pun menurun, terutama tahun ini. Kemendag mencatat sepanjang Januari- September tahun ini ekspor teh hanya mencapai 86,35 juta dolar AS, atau turun 17,211 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu 104,30 juta dolar AS.
Sekadar informasi, sepaÂnjang tahun lalu 2015, total ekspor teh Indonesia mencapai 128,4 juta dolar AS dengan volume ekspor 62,77 juta ton. Adapun 10 negara tujuan ekÂspor teh terbesar yaitu, Rusia, Malaysia, Pakistan, Asutralia, Jerman, Cina, Amerika SerÂikat, Polandia, Taiwan, dan Inggris. ***