Berita

Foto/Net

Bisnis

Warning BPS: Awas, Harga Cabe Bakal Terus Meroket

Musim Hujan Bikin Suplai Terganggu
RABU, 02 NOVEMBER 2016 | 09:57 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan pemerintah mewaspadai kenaikan harga cabe. Komoditas tersebut berpotensi terus merangkak naik karena pasokannya diproyeksi menurun hingga tiga bulan ke depan.
 
BPS, kemarin, merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) terbaru. BPS mencatat pada bulan Oktober terjadi inflasi sebesar 0,14 persen. Dengan demikian, sepanjang Januari- Oktober 2016 laju inflasi ter­catat 2,11 persen.

"Inflasi terjadi di 48 kota dan 34 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Si­bolga sebesar 1,32 persen dan terendah di Depok dan Manado sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi di Sorong 1,10 persen dan terendah di Banda Aceh dan Merauke sebesar 0,02 persen," kata Kepala BPS Ke­cuk Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin.


Kecuk mengungkapkan, se­cara umum inflasi disebabkan terjadi kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,24 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,56 persen. Kelompok kesehatan 0,29 persen. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,10 persen.

Sedangkan kelompok penge­luaran yang mengalami deflasi yaitu kelompok bahan maka­nan 0,21 persen. Kelompok sandang 0,31 persen. Dan, kelompok transportasi, komu­nikasi, dan jasa keuangan 0,03 persen.

Deputi Distribusi, Statistik dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai potensi kenaikan harga cabe.

"Bahan makanan memang deflasi, tetapi saya kira merangkaknya harga cabe harus mendapatkan perhatian," ungkap Sasmito.

Dia menerangkan, kenaikan harga cabe merah terjadi hampir di seluruh wilayah di Indone­sia. Cabe memberikan peran yang cukup besar terhadap in­flasi. Bobot inflasi cabe merah adalah 0,7 persen, sedangkan cabe rawit memiliki bobot sebesar 0,25 persen. Untuk itu sangat perlu diantisipasi oleh pemerintah.

Menurut Sasmito, bobot inflasi cabe sebesar 0,7 persen tersebut cukup besar karena setiap rumah menggunakan cabe.

Dia mengungkapkan, kenaikan harga cabe merah dipengaruhi oleh cuaca. Curah hujan yang tinggi membuat produksi cabe merah turun drastis.

"Cabe itu kan bunganya ka­lau sudah masuk musim hujan nggak bisa tumbuh dengan baik karena banyak air dan rontok, sehingga suplainya terganggu," paparnya.

Sasmito memproyeksi, harga cabe baru akan pulih 3 bulan mendatang. Dia menyarankan pemerintah melakukan inter­vensi untuk menekan harga.

"Kalau menunggu bisa men­capai 3 bulan. Kalau butuh waktu singkat ya kita harus impor. Jadi pemerintah harus lakukan intervensi," tuturnya.

Sekadar informasi, harga cabe merah di pasar tradisional sudah menembus Rp 60 ribu sampai Rp 90 ribu per kilogram (kg). Harga tersebut jauh dari harga normal yang berkisar Rp 20 ribu sampai 25 ribu per kg.

Harga Beras Terkendali

Berbeda dengan cabe, indeks harga beras cukup menggembirakan sepanjang Oktober. Harga beras mengalami kenaikan cukup signifikan di tingkat petani, namun di tingkat gro­siran justru mengalami penu­runan.

"Kalau dilihat gabah petani naik 0,40 persen, ini artinya ada kabar gembira buat para petani. Tetapi di tingkat kon­sumen malah turun 0,14 persen," ungkap Kecuk.

Data BPS menyebutkan, Gabah Kering Panen (GKP) tingkat petani naik 0,4 persen persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi Rp 4.555 per kg. Dan Gabah Kering Giling (GKG) naik 0,51 persen menjadi Rp 5.312 per kg.

Kemudian harga beras di tingkat penggilingan naik 0,17 persen persen untuk jenis me­dium menjadi Rp 8.981 per kg. Jenis rendah naik 0,23 persen menjadi Rp 8.597 per kg. Dan jenis premium naik 0,24 persen menjadi Rp 9.133 per kg.

Sementara pada tingkat gro­siran ada penurunan 0,14 persen dan tingkat eceran sedikit ada kenaikan tipis 0,10 persen. "Kami menyimpulkan harga beras terkendali sampai tingkat konsumen," kata Kecuk. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya