Berita

Jembatan penyeberangan orang (JPO) Pasar Minggu/Net

On The Spot

Lantai JPO Pasar Minggu Sudah Ada Yang Karat

Meski Tidak Ambruk Seperti Pagarnya
SENIN, 26 SEPTEMBER 2016 | 09:16 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Sehari setelah ambruk, aktivitas di bawah jembatan penyeberangan orang (JPO) Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kembali normal. Pihak kepolisian memasang garis polisi di pintu masuk menuju atas JPO tersebut.

Puing-puing pagar dan atap JPO yang ambruk, kemarin sore telah dibersihkan. Under pass Pasar Minggu maupun jalan di atasnya, telah aman untuk di­lalui. Arus lalu lintas pun telah lancar dilalui, baik dari arah Depok ke Pancoran maupun sebaliknya.

Dari pengamatan, rangka jem­batan masih berdiri, menyisakan gelagar atau bagian utama jem­batan sepanjang 30 meter terse­but. Sedangkan bagian besar pagar dan atapnya yang ambruk telah dievakuasi. Di bagian tangga jembatan dipasang garis polisi berwarna kuning.

Namun, puing-puing belum sepenuhnya bersih. Di dekat tangga jembatan masih tampak potongan rangka besi yang tergeletak. Potongan besi berwarna putih dengan jalinan kawat terse­but, ditaruh di bawah jembatan dan berbatasan dengan pagar, sehingga tidak mengganggu pejalan kaki.

Puing itu berupa potongan besi pagar dan kertas reklame. Puing JPO yang jatuh ke badan jalan dapat dibersihkan petugas sekitar pukul 21.00 pada hari kejadian, Sabtu (24/9).

"Semalam dipotong-potong besinya yang roboh, kemudian dimuat ke truk. Jam sembilan malam selesai, terus mobil sudah bisa lewat," kata Iwan, pengojek di Stasiun Pasar Minggu.

Petugas Sudin Perhubungan dan Transportasi serta petugas Terminal Pasar Minggu terlihat berjaga dekat jembatan meng­atur lalu lintas.

"Kita berjaga untuk melancar­kan lalu lintas karena masyatakat masih banyak yang melihat-lihat," ujar Katijo, Komandan Regu Terminal Pasar Minggu.

Akibat peristiwa tersebut, empat orang meninggal dan enam orang lainnya mengalami luka-luka berat dan ringan. Para korban dibawa ke RS Siaga Pasar Minggu, RSUD Ragunan dan RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan. Selain menimbulkan korban jiwa, kejadian itu me­nyebabkan kemacetan.

Penyebab ambruknya pagardan kanopi JPO tersebut masih dite­lusuri. Tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri akan segera menyelidiki penyebab peristiwa tersebut. "Tim dari Mabes akan mencari penyebab pastinya," ujar Kapolsek Pasar Minggu Holden Sirait.

Sementara itu, Mamat, se­orang petugas keamanan sebuah mal dekat JPO tersebut menilai, secara fisik JPO ini terlihat masih kuat. "Kondisinya sebetulnya kuat, fisiknya tidak masalah. Buktinya tidak roboh, yang roboh pagarnya," katanya.

Hanya, lanjutnya, JPO yang terbuat dari rangka besi itu mulai diselimuti karat. Khususnya di lantai pijakan jembatan. Kata dia, lantainya baru diperbaiki, dilapis untuk menambal yang bolong. Bila dilewati, tambah­nya, lantainya tampak kuat.

Dirinya menduga, robohnya pagar JPO itu karena faktor alam, bukan karena masalah reklame. "Karena angin. Angin kemarin itu kencang banget pas hujan, orang bilang angin puting beliung. Seram lihatnya," ujar Mamat.

Petugas gabungan dari Dinas Kebersihan, Polisi Pamong Praja, Dinas Perhubungan, hinggakepolisian, Sabtu lalu, bahu membahu mengevakuasi bagian jembatan yang runtuh. Akibat evakuasi, jalanan sempat ditutup di kedua arah, yang menimbul­kan kemacetan panjang.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mendatangilokasi kejadian. Ditemani Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah dan Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi, Djarot diberikan penjelasan mengenai penyebab ambruknya pagar dan kanopi JPO.

Banyaknya warga yang menonton proses evakuasi, mem­buat suasana semakin padat. Pada pukul 18.05, petugas berha­sil memisahkan bagian jembatan. Selanjutnya, petugas gabungan mencincang bagian jembatan menjadi potongan-potongan kecil untuk dibawa ke Kantor Kecamatan Pasar Minggu.

Sebelumnya, JPO itu roboh diduga karena diterpa angin ken­cang. Sebuah motor Honda Beat mengalami kerusakan cukup parah akibat tertimpa reruntuhan jembatan. Sedangkan sebuah mobil Suzuki APV ringsek di bagian atapnya akibat tertimpa bagian jembatan.

Rojudin, pengemudi Suzuki APV menceritakan detik-detik saat JPO akan roboh. Saat itu, ka­ta dia, hujan deras dirasa sepertibadai. Kemacetan akibat hujan sudah dirasakan sejak berada di underpass Pasar Minggu.

"Saya mau jemput anak bos. Saat atap JPO roboh, kondisi arus lalu lintas sedang macet," kata pria paruh baya itu.

Dia bilang, saat angin kencang itulah, pagar dan kanopi JPO serta baliho yang menempel di jembatan tersebut runtuh dan langsung menimpa mobil yang sedang dikendarainya. Saat itu dia sedang berada di dalam mo­bil seorang diri.

"Kejadiannya sekitar jam ti­gaan lewat. Angin dan hujannya seperti badai. Terus langsung bruk menimpa mobil," ucapnya. Tapi, pintu kemudi bisa terbuka dan dia langsung menyelamatkan diri ke­luar dari mobil. "Alhamdullilah, saya langsung lari menyelamat­kan diri," ucap dia.

Dia mengaku tidak melihat korban lainnya. Akan tetapi, katanya, ada seorang anak yang berjalan di atas JPO. "Mungkin anak kecilnya terjatuh. Kalau yang naik motor, saya tidak lihat," ucapnya.

Latar Belakang
Wagub: Perawatan Terakhir Tahun 2013

Sesaat setelah jembatan pe­nyeberangan orang (JPO) Pasar Minggu, Jakarta Selatan roboh Sabtu sore lalu, Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat meninjaulokasi kejadian. Dalam peninjauan itu, Djarot menjelas­kan profil JPO tersebut.

Dia mengatakan, JPO tersebut dibangun pada 2002. Perawatan terakhir dilakukan antara tahun 2012-2013. Panjang jembatan 30 meter dan lebar 1,5 meter. Namun, kata dia, kalau konstruk­si jembatan baik, maka meski kena angin kencang, jembatan tidak roboh. Karena itu, sedang diteliti penyebab utamanya.

Peristiwa ini terjadi saat angin kencang. Harusnya, lanjut dia, meski angin kencang, kalau konstruksi benar dan baik, jembatan tidak roboh. "Tapi karena ada lubang dan tertutup, maka dia tidak kuat menahan. Beban rangka reklamenya terlalu kuat, maka jembatan ini jatuh," kata Djarot.

Makanya, ia akan meminta kepada Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKIuntuk mendata siapa pemilik rangka reklame yang ada di JPO roboh tersebut.

"Saya akan minta DPP DKI mengecek siapa pemilik space reklame itu. Karena reklame itu kosong, tidak ada isinya. Nanti kita cek di DPP. Apakah dia sudah bayar pajak atau dibiarkan begitu saja," ujar politisi PDIP ini.

Menurutnya, pagar dan kanopi jembatan ambruk karena pagar JPO dipenuhi reklame. Papan reklame itulah yang menghambat aliran angin. Seharusnya, kata dia, tidak ada papan reklame agar angin bisa melewati jembatan.

Untuk mencegah peristiwa serupa, Pemprov DKI telah meminta pengecekan terhadap selu­ruh JPO. "Saya sudah perintahkan segera audit 307 JPO. Ini harus segera dilakukan karenasudah memasuki musim pancaroba atau menuju musim hujan," ujarnya.

Di tempat sama, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah menuturkan, pemasanganpapan reklame di JPO yang tak sesuai dengan aturan, menjadi penyebab ambruknya pagar dan atap JPO tersebut.

Menurutnya, ketinggian reklame yang kurang-lebih 3 meter, hampir menutupi seluruh ruang sisi railingatau pagar JPO. Sewajarnya, letak papan reklame berada 30 sentimeter dari gelagar (ben­tangan baja) ke bawah, dengan ketinggian maksimal 1 meter.

Selain itu, ujar Andri, sehar­usnya konstruksi papan reklame tidak menempel pada railing JPO. Konstruksinya harus berdiri sendiri. Namun, yang terjadi di JPO roboh ini, konstruksi papan reklame menempel pada railing.

Hal inilah, menurut penilaian Andri, yang menyebabkan JPO tidak memiliki ruang sirkulasi udara. "Rangka railing JPO tidak kuat menahan gaya angin yang besar, sehingga railing JPO roboh," tuturnya.

Dia menambahkan, saat ini masih menyelidiki siapa yang mendirikan papan reklame itu dan memberi izin pendirian­nya. "Itu yang harus diselidiki," tandasnya.Tapi, Andri enggan memastikan, siapa pihak yang terlibat dalam kasus ini. "Biar nanti hasil investigasi yang men­gungkap," ucapnya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

UPDATE

DPRD Kota Bogor Berharap Sinergitas dalam Perayaan HUT ke-79 TNI

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:47

Pram-Rano Komitmen Sehatkan Mental Warga Jakarta Lewat Ini

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:23

IKA Unpad Rekomendasikan 4 Calon Menteri Prabowo-Gibran

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:23

Dukung Egi-Syaiful, Partai Buruh Berharap Ada Kenaikan Upah

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:17

Mega-Prabowo Punya Koneksi Psikologis dan Historis

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:56

KPK OTT di Kalimantan Selatan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:14

Dharma Pongrekun: Atasi Kemacetan Jakarta Tidak Bisa Hanya Beretorika

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:11

Pram dan Rano akan Perhatikan Kesejahteraan Guru Honorer agar Tidak Terjerat Pinjol

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:54

Suswono Kehabisan Waktu Saat Pantun Penutup, Langsung Dipeluk RK

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:42

Badai PHK Ancam Jakarta, Pram-Rano Bakal Bikin Job Fair 3 Bulan Sekali

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:30

Selengkapnya