Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Kematangan Politik Megawati

JUMAT, 16 SEPTEMBER 2016 | 01:57 WIB

SINYAL dukungan PDI Perjuangan untuk Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) maju ke Pilgub DKI 2017 terus menguat. Hal itu terlontar dari Wakil Gubernur DKI Jakarta yang juga menjabat sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat. Memang indikasi kuatnya ke situ.

Tapi, mari kita tunggu saja prosesnya. Karena, politik  itu dinamis, dimana  setiap  saat  bisa berubah  tergantung dinamika internal dan eksternal. PDI Perjuangan  sebagai partai besar langsung dikendalikan Ketua Umum Ibu Megawati memiliki daya  tawar  tinggi. Kematangan berpolitik Megawati kadang-kadang sulit  diduga  lawan politiknya. Pengurus PDI Perjuangan boleh bermanuver, karena  itu bagian  dari demokrasi tetapi hak penentukan siapa  calon gubernur DKI  ada di tangan ketua umum. Dinamika perpolitikan DKI  menjadi  seru,  karen manuver politik selalu berubah-ubah. Berpolitik penuh  dengan ketidakpastian dan intrik untuk menemukan konsesus .

Hal ini membuat  publik kerap kali  menjadi bingung, bahkan  terlukai perasaannya. Dalam berpolitik dibutuhkan kematangan melihat realitas apa yang terjadi. Pilkada  Jakarta jelas yang menonjol adalah menjual sosok seorang  lewat  politik branding. Pemasaran politik sebagai cabang kajian akademis sebenarnya sudah mulai menjadi perhatian para ilmuwan komunikasi dan politik pada 1950-an. Namun implementasinya baru berkembang tahun 1980-an, ketika media televisi memiliki peran sangat penting dalam penyampaian pesan.


Kajian pemasaran politik secara akademis ini dari waktu ke waktu mengalami pergeseran penekanan (Adman Nursal): Shama (1975) dan Kotler (1982) menekankan pada proses transaksi antara pemilih dan kandidat, O’Leary dan Iradela (1976) pada penggunaan marketing mix  mempromosikan partai politik, Lock dan Harris (1996) pada proses positioning, dan Wring (1997) menekankan penggunaan riset opini dan analisa lingkungan. Dengan demikian, hal yang tampak baru dalam perkembangan pemasaran politik adalah pada penerapan riset pemasaran atau riset opini.

Konsep pemasaran sendiri mengalami pergeseran perspektif dari orientasi internal perusahaan (internal oriented) ke orientasi pasar (market oriented). Orientasi pada produk saja belumlah memadai, tapi harus memperhitungkan kondisi pasar. Dalam orientasi pasar terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu orientasi pada konsumen (customer oriented) dan orientasi pada pesaing (competitor oriented). Di sini, konsep market oriented  tidak berarti harus sepenuhnya memenuhi apa keinginan pasar karena ada ideologi dan aliran pemikiran khas yang tentunya harus dipertahankan.

Konvergensi yang ditawarkan dari pandangan pro dan kontra pemasaran politik adala pemasaran politik berbeda dengan pemasaran komersial. Pemasaran politik memerlukan berbagai pendekatan keilmuan dan bersifat khas karena produk politik sangatlah berbeda dengan produk komersial, baik ditinjau dari karakteristik produk maupun karakteristik konsumennya. Pemasaran politik memiliki dimensi lebih luas dan karenanya lebih kompleks.

Firmanzah dalam bukunya,  Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas, mengatakan  pemasaran politik menempatkan pemilih sebagai subyek, bukan obyek dari partai politik atau kandidat. Pemasaran politik menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih sebagai langkah awal  menyusun program kerja yang ditawarkan dengan bingkai ideologi masing-masing partai atau kandidat. Pemasaran politik ini tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan tools menjaga hubungan dengan pemilih, sehingga dari sini akan terbangun kepercayaan untuk selanjutnya memperoleh dukungan suara mereka.

Pertarungan Pilkada DKI  adalah pertarungan branding  di mana  sosok yang  mampu menguasai  dunia maya, memiliki gagasan  segar dan mampu keluar  dari lingkaran kesukuan, keagamaan  serta  pandangan sempit  akan  unggul. Yang dibutuhkan sekarang  bagaimana  Partai politik  bisa memanfaatkan peluang dengan menciptakan   branding  yang  baru.  Munculnya  lawan yang tak terduga akan  mengubah  persaingan politik dan menjadikannya lebih seru. Parpol juga dituntut untuk mampu membaca tanda zaman dan menyerap aspirasi warga yang haus akan perubahan. Dalam Pilkada mendatang, rakyat akan memilih pemimpin dengan visi yang jelas dan terukur. Keputusan PDIP akan pertimbangkan hal ini   karena  DKI  pusat keadaban Indonesia yang harus dijaga keutuhan  multi kultur nya dan pembanguan berkelanjutannya. Ibu  Mega sebagai seorang negarawan  dia memikirkan KeIndonesia bukan semata-mata kepentingan partai. Inilah membedakan partai yang lain  kerapkali hanya berpikir pragmatisme.

Kita harus menegaskan kembali makna berpolitik dan berkekuasaan, mengembalikan makna berpolitik untuk kepentingan perjuangan semesta, untuk membangun Indonesia menjadi negara yang makmur dan luhur. Berpolitik bukan jurus aji mumpung  sekadar meraih kekuasaan, berpolitik adalah seni  membangun kemajuan bangsa. Disorientasi politik akan membawa bangsa ini ke jurang kesengsaraan yang amat dalam. Pada tataran ini kita harus belajar dari para pendahulu negeri ini di mana mereka bisa mewarnai politik dengan gagasan-gagasan besar Indonesia masa depan.Berpolitik adalah untuk membangun bangsa ini dengan penguasa yang berpihak kepada rakyat, bukan kepada mereka yang memiliki uang semata.  inilah sebenarnya dijadikan pegangan Ibu Megawati berpolitik adalah keutamaan  untuk rela berkorban demi bangsa dan negara.

Visi kenegaraan itulah menjadi pegangan Ibu Megawati dalam berpolitik demi kebaikan bangsa bukan semata-mata kepentingan partai. Visi kenegarawan Ibu  Megawati dalam banyak hal mengorbankan kepentingan politik yang sempit karena kepentingan bangsa lebih diutamakan. [***]

Benny Susetyo Pr
Budayawan  

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

RUU Koperasi Diusulkan Jadi UU Sistem Perkoperasian Nasional

Rabu, 17 Desember 2025 | 18:08

Rosan Update Pembangunan Kampung Haji ke Prabowo

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:54

Tak Perlu Reaktif Soal Surat Gubernur Aceh ke PBB

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:45

Taubat Ekologis Jalan Keluar Benahi Kerusakan Lingkungan

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:34

Adimas Resbob Resmi Tersangka, Terancam 10 Tahun Penjara

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:25

Bos Maktour Travel dan Gus Alex Siap-siap Diperiksa KPK Lagi

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:24

Satgas Kemanusiaan Unhan Kirim Dokter ke Daerah Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:08

Pimpinan MPR Berharap Ada Solusi Tenteramkan Warga Aceh

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:49

Kolaborasi UNSIA-LLDikti Tingkatkan Partisipasi Universitas dalam WURI

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:45

Kapolri Pimpin Penutupan Pendidikan Sespim Polri Tahun Ajaran 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 16:42

Selengkapnya