Berita

Foto/Net

On The Spot

Siswa Full Day School Tak Melulu Di Kelas

Melihat Sekolah Yang Jam Pulangnya Sore
KAMIS, 18 AGUSTUS 2016 | 09:45 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy tentang sistem belajar mengajar full day school (FDS), ditentang banyak pihak. Tapi, program ini telah lama diterapkan di sekolah-sekolah swasta.

Salah satunya, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Azzahra. Sekolah berlabel Islamic Full Day School ini telah menerapkannya sejak tahun 2006.

Kendati jam hampir menunjukkan pukul 15.00 WIB, sekolahyang berada di Pamulang, Tangerang Selatan ini masih ramai dengan anak-anak yang bermain. Padahal, seluruh sekolah di seki­tarnya telah sepi dari aktivitas siswa, bahkan pintu gerbangnya telah tertutup rapat.

Tapi, di lembaga pendidikan swasta ini, anak-anak yang mengenakan seragam warna hijau, terlihat masih asyik berlarian di lorong-lorong sekolah. Mereka tertawa dan bercanda ria mengisi waktu senggang di sekolah.

Tidak terlihat kejenuhan di wajah anak-anak yang telah berada di lingkungan sekolah sejak pukul 7.00 WIB ini. Capek berlarian, para murid ini lantas beristirahat di lantai. Keringat membasahi wajah mereka.

"Istirahat dulu Pak. Habis itu main lagi," ucap Zaudan, siswa SMPIT ini kepada Rakyat Merdeka pada Selasa (16/8).

Zaudan tidak sendirian, puluhananak yang seumuran dengannya, tampak mengisi waktu di sekolah dengan cara yang menyenangkan. Mereka boleh bermain layaknya anak-anak, sambil menunggu waktu pulang tiba.

Di kelas pun, suasananya tidak menegangkan. "Belajar di kelas juga menyenangkan. Soalnya, ada permainan-permainan juga," ujar bocah pria bertubuh kurus ini.

Zaudan mengaku tidak jenuh seharian di sekolah. Pasalnya, di sekolah ini tidak melulu dibahas pelajaran dalam kelas, tapi ban­yak juga kegiatan di luar kelas. "Kalau sore biasanya ditambah kegiatan ekstrakurikuler sepertimain basket dan sepakbola," sebut murid kelas 8 ini.

Pada Selasa itu, satu jam sebelum pulang, seluruh siswa diwajibkan ikut latihan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Pasalnya, esok harinya mereka menjalani upacara memperin­gati Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-71.

Menjelang pukul 16.00 WIB, puluhan orangtua mulai berkum­pul di halaman sekolah. Mereka menjemput anaknya yang telah sekolah seharian. Dengan senyum sumringah, para siswa mencium tangan orangtuanya, kemudian berlalu meninggalkan sekolah.

Ratih, salah satu orangtua siswa mengaku senang anak semata wayangnya yang saat ini duduk di kelas 8 mengikutiprogram full day school. Alasannya, kata dia, pergaulan anak menjadi terkontrol dan para guru bisa senantiasa mengawasi pergaulan anaknya. "Anak saya sekarang jadi nurut dan tidak neko-neko," ujar ibu yang mengenakan jilbab ini.

Makanya, dia mengaku mendukung full day school. Pasalnya, program tersebut mampu mencegah anak-anak dari pergaulan tidak dibenar di luar seko­lah. "Kalau malam, anak-anak juga cepat tidur karena sudah capek di sekolah," tandasnya.

Ratih memahami, sekolah yang mempunyai program FDS cenderung lebih mahal dibandingsekolah biasa. Sebab, para guru mempunyai tanggungjawab lebih untuk menjaga anak didik hingga sore hari. Dia menyebut, uang masuk ke SMPIT Azzahra sebesar Rp 5,7 juta dan iuran bu­lanannya Rp 450 ribu. "Jumlah yang wajar," tandasnya.

Menurut Wakil Kepala Sekolah SMPIT Azzahra, Latifah Hanum, program FDS di sekolah ini berlangsung sejak tahun 2006 hingga saat ini. Setiap harinya, kata Latifah, kegiatan belajar-mengajar dimulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB, dengan waktu istirahat dua kali, yaitu, pukul 09.00-09.30 dan pukul 12.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. "Sabtu dan Minggu ibur. Tapi sering kali tetap masuk untuk kegiatan ekstrakurikuler," ucap Latifah.

Menurut Latifah, kegiatan belajar mengajar diawali dengan materi pelajaran agama dan akhlak yang berlangsung mulai pukul 07.00-07.40. Selanjutnya, materi pelajaran umum hingga pukul 12.00 WIB. "Saat istirahat siang, siswa mendapat makan siang di sekolah," katanya.

Usai istirahat sholat zuhur, kegiatan belajar dilanjutkan hingga pukul 15.00 WIB. "Jam 3 hingga 4 sore, anak-anak kembali isti­rahat utuk menunaikan sholat ashar dan kegiatan ekstrakuri­kuler," sebutnya.

Latar Belakang
Satu Gedung Dipakai 2 Sekolah

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Sopan Adrianto masih menunggu keputusan akhir pemerintah pusat mengenairencana pemberlakuan full day school. "Yang jadi cata­tan, sekolah kita banyak yang double shift," ujar Sopan.

Maksudnya, satu gedung dipakai dua sekolah, yaitu sekolah negeri pagi dan sekolah negeri sore. Makanya, sulit menerapkan full day school di gedung sekolah yang dipakai bergantian seperti ini. Jadi, kadang ada situasi berbeda yang dihadapi sekolah negeri, dibanding sekolah swasta.

Jumlah sekolah di Jakarta dengan sistem double shift, terbanyak ada pada jenjang sekolah dasar. Dari 1.643 sekolah, ada 400-500 sekolah yang sistem belajarnya meng­gunakan double shift karena keterbatasan gedung.

Menurut Sopan, saat ini sekolah yang tidak mengguna­kan sistem belajar double shift, secara umum telah melakukan aktivitas sampai sore hari den­gan kegiatan ekstrakurikuler.

"Kita harus lakukan penye­suaian. Harus jelas siapa nanti yang akan bertanggung jawab bila jam pulang sekolah sampai sore. Apakah perlu makan atau tidak?" tanya dia.

Sopan menambahkan, perlu juga penyesuaian jam belajar jika full day school diterapkan. Sebab, jam mengajar guru selama ini sebanyak 30,5 jam ditambah 24 jam untuk tatap muka setiap minggunya. "Ini pasti cukup besar pengaruh­nya," sebut dia.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, kajian full day school akan melibatkan psikolog dan sekolah-sekolah yang telah menerapkan sistem tersebut. "Sekarang ini sedang dimatangkan. Jadi, be­lum banyak hal yang dapat saya jelaskan," ujar Hamid.   ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

UPDATE

DPRD Kota Bogor Berharap Sinergitas dalam Perayaan HUT ke-79 TNI

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:47

Pram-Rano Komitmen Sehatkan Mental Warga Jakarta Lewat Ini

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:23

IKA Unpad Rekomendasikan 4 Calon Menteri Prabowo-Gibran

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:23

Dukung Egi-Syaiful, Partai Buruh Berharap Ada Kenaikan Upah

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:17

Mega-Prabowo Punya Koneksi Psikologis dan Historis

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:56

KPK OTT di Kalimantan Selatan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:14

Dharma Pongrekun: Atasi Kemacetan Jakarta Tidak Bisa Hanya Beretorika

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:11

Pram dan Rano akan Perhatikan Kesejahteraan Guru Honorer agar Tidak Terjerat Pinjol

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:54

Suswono Kehabisan Waktu Saat Pantun Penutup, Langsung Dipeluk RK

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:42

Badai PHK Ancam Jakarta, Pram-Rano Bakal Bikin Job Fair 3 Bulan Sekali

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:30

Selengkapnya