Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) kemÂbali disandera teroris Filipina di perairan Sulu, Filipina Selatan. Kali ini tujuh WNI ABK TB Charles 001 dan kapal tongkang Robi 152 disandera saat sedang berlayar di perairan Sulu, Filipina Selatan. Buntut dari terulangnya kasus penyaderaan terhadap WNI, pemerintah meÂmutuskan meneruskan moraÂtorium pengiriman batubara ke Filipina.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, peÂmerintah sudah memutuskan melanjutkan moratorium penÂgiriman batubara sampai ada jaminan keamanan dari pemerÂintah Filipina.
"Seperti diketahui, sekitar 90 persen lebih kebutuhan batubara di wilayah Filipina Selatan terÂgantung dari ekspor Indonesia. Karena itu moratorium kita lanjutkan sampai pemerintah Filipina menjamin keamanÂan perdagangan batubara dari Indonesia ke Filipina," ujar Retno saat dijumpai di Jakarta, kemarin. Lantas, apa langkah pemerintah untuk membebaskan ketujuh WNI tersebut, berikut petikan wawancaranya:
WNI kita kembali jadi korÂban penyanderaan, bisa diÂjelaskan kronologisnya?Penyanderaan dilakukan daÂlam dua tahap. Setelah melakuÂkan komunikasi, koordinasi, dan verifikasi secara intensif dengan sejumlah pihak di Indonesia dan Filipina, pada tanggal 23 Juni sore, kami mendapatkan konfirmasi bahwa telah terjadi penyanderaan terhadap ABK WNI kapal Charles 001 dan tongkang 152.
Penyanderaan terjadi di Laut Sulu dan dibagi dalam dua taÂhap pada 20 Juni sekitar pukul 11.30 waktu setempat. Kedua jam 12.45 waktu setempat oleh dua kelompok senjata yang berbeda.
Total ABK kedua kapal itu berapa?Pada saat terjadi penyanderaan, kapal membawa 13 ABK. Tujuh disandera dan enam bebas.
Yang dibebaskan ke mana saat ini?Saat ini enam ABK yang beÂbas dalam perjalanan membawa kapal Charles 001 dan tongkang 152 menuju Samarinda.
Kok bisa sampai kejadian ketiga kali?Pemerintah Indonesia mengeÂcam keras terulangnya penyanÂderaan terhadap WNI oleh kelÂompok bersenjata di Filipina Selatan. Kejadiaan yang ketiga kalinya ini sangat tidak dapat ditoleransi.
Posisi sandera saat ini di mana?Saat ini keselamatan dan posisi sandera belum diketahui. Hal itu menjadi prioritas kita saat ini. Kita juga akan verifikasi dulu. Karena teman-teman tahu kejadian seperti ini so many information coming in. Kita sudah semua harus veriÂfied. Maka itu komunikasi kita inÂtensifkan. Saya juga terus komuÂnikasi dengan Manila. Kita buka semua jalur komunikasi yang dapat membantu. Pemerintah akan melakukan semua cara yang memungkinan untuk membebasÂkan para sandera.
Apa saja langkahnya?Ada tiga poin. Poin pertama adalah crisis center yang meÂmang sudah ada. Ini sudah dan bekerja pada saat upaya pelepasan sandera sebelumnya. Oleh karena itu kita on kan lagi crisis center ini untuk menanÂgani penyanderaan yang ketiga ini. Yang kedua, komunikasi yang intensif, baik pihak-pihak yang ada di Indonesia maupun di Filipina. Tujuan komunikasi yang intensif ini ada dua.
Apa saja?Untuk mendapatkan inforÂmasi yang detail masalah peÂnyanderaan dalam artian kita berusaha me-locate di mana. Artinya, beberapa pihak sudah mengatakan lokasi dan pihak penyandera, tetapi semuanya perlu kita verifikasi karena itu harus melakukan komunikasi yang intensif lagi. Selain itu juga untuk juga mengambil langkah-langkah yang akan kita ambil untuk penyelematan sandera.
Poin ketiga apa?Yang ketiga adalah pemerÂintah Indonesia sudah memuÂtuskan melakukan moratorium pengiriman batubara akan terus dijalankan sampai ada jamiÂnan keamanan dari pemerintah Filipina.
Kenapa harus moratorium?Seperti diketahui, sekitar 90 persen lebih kebutuhan batubara di wilayah Filipina Selatan terÂgantung dari ekspor Indonesia. Karena itu moratorium kita lanjutkan sampai pemerintah Filipina menjamin keamanÂan perdagangan batubara dari Indonesia ke Filipina.
Kapan moratoriumnya?Moratorium itu sudah dijalankan. Bisa dicek ke Pak Menteri Perhubungan (Ignasius Jonan). ***