Golkar saat ini begitu adem. Memanasnya konflik dan pertengkaran maha dahsyat selama 1,5 tahun itu, mereÂda. Kini, Golkar rukun, kompak dan bersatu di bawah komando Setya Novanto. Ibarat menghadapi perang, partai berlambang beringin sekarang fokus menyiapkan pasukan, mematangkan strategi menghadapi perang besar yang sudah ada di depan mata: Pilkada 2017 dan Pemilu 2019.
Ingin tahu apa yang sedang disiapkan Golkar saat ini, dan apa strategi "perang-nya", Rakyat Merdeka mewawancaÂrai Ketua Harian DPP Partai Golkar, Nurdin Halid. Nurdin ini bukan politisi sembarangan, tapi politisi kawakan, lincah, tak ada matinya, disebut-sebut juga "otak" dari kabinet Golkar saat ini. Berikut petikannya.
Kabinet Golkar di bawah Novanto hanya 3 tahun, apa yang sedang dikebut?
Kita sedang merancang proÂgram 100 hari yang berisi proÂgram aksi penjabaran dari Panca Sukses, yakni akselerasi kader, keanggotaan, demokrasi, visi negara kesejahteraan, dan sukses Pemilu.
Kita sedang merancang proÂgram 100 hari yang berisi proÂgram aksi penjabaran dari Panca Sukses, yakni akselerasi kader, keanggotaan, demokrasi, visi negara kesejahteraan, dan sukses Pemilu.
Konsolidasi seperti apa yang sekarang dilakukan?Konsolidasi menyeluruh dari pusat sampai daerah. Kita dorÂong musda dari pusat sampai desa. Musda tingkat provinsi harus selesi akhir Juli, Musda kabupaten/kota harus beres Oktober, Muscam dan Musdes harus beres Desember. Sehingga, Januari 2017 kita sudah bergerak secara simultan.
Anda bicara soal akselerasi kader, gimana konkritnya?Kita melakukan pengkaderan di tingkat desa minimal 100 kader per desa, sehingga dalam 2,5 tahun sasaran kita akan terÂcipta 8,1 juta kader. Kaderisasi itu kita beri nama one day trainingâ€. Kita bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang sumber daya manusia.
Materinya apa? Materi kaderisasi berkaitan dengan ideology. Sebagai partai yang lahir salah satunya untuk menyelamatkan Pancasila seÂbagai pandangan hidup, falsaÂfah Negara dan dasar Negara, Golkar sangat sadar bahwa penerapan ideology Pancasila mulai luntur khususnya di kalanÂgan pemuda-pemuda kita. Selain soal ideology, kita isi juga denÂgan materi bela Negara, flatform dan doktrin Partai Golkar, juga ada terkait profesi.
Apa pentingnya ada materi profesi di situ?Sasaran kita bukan hanya soal ideology, platform, tapi yang berkaitan dengan kebutuhan kader. Kita bukan hanya menÂtraining mereka supaya menjadi kader Golkar, tapi bagaimana bisa berperan bagi kesejahterÂaan dirinya dan kesejehateraan masyarakat sekitarnya. Golkar itu punya
icon Karterdes (Kader Penggerak Teritorial Desa), ini Karterdes yang dimodernisasiÂkan sesuai kondisi yang dihadapi.
Pilkada 2017 sudah di deÂpan mata, Pemilu 2019 juga tidak terlalu lama. Golkar siap menghadapinya?Dengan waktu 3,5 tahun ini kita akan bergerak cepat, denÂgan perencanaan matang dan pengelolaan yang modern, inÂsya Allah pada 2019 Golkar tidak seperti yang diperkirakan banyak orang: Golkar terpuruk, tidak akan seperti itu.
Di bulan Ramadhan ini, Ketua Umum Setya Novanto langsung tancap gas melakuÂkan safari ke pelosok-pelosok daerah. Apa ini juga sebagai strategi mengangkat Golkar?Memang, di bulan Ramadan ini, ketua umum melakukan safari untuk sosialisasi. Bukan hanya mensosialisasikan beÂliau sebagai ketua umum, tapi mensosialisasikan program-program partai hasil munaslub kepada seluruh kader Golkar dan masyarakat.
Salah satu yang disosialisasiakn itu terkait posisi Golkar yang sekarng dukung pemerintah?Iya salah satunya itu. Kita soÂsialisasikan kenapa Golkar menÂdukung pemerintah. Jawaban singkatnya ada dua.
Pertama, doktrin Golkar itu karya kekaÂryaan yang selalu mendukung pemerintah.
Kedua, Golkar punya visi Negara kesejahteraan 2045. Nah, dalam implementasÂinya, pemerintah Jokowi searah seirama dengan visi Negara kesejahteraan yang dimiliki Partai Golkar.
Pesan penting apa yang disampaikan ke kader Golkar terkait posisi sebagai penduÂkung pemerintah ini?Tidak boleh lagi ada fungÂsionaris Golkar di pusat sampai daerah berseberangan dengan pemerintah dalam proses pemÂbangunan. Meskipun bupatinya atau gubernurnya orang PDIP, orang Gerindra, orang PPP, dan lain-lain, tidak boleh fungsionÂaris Golkar berseberangan, tidak boleh…tidak boleh.
Tak boleh mengkritik sedikitpun?Mengkritik tetap boleh.
Check and balances tetap berÂjalan. Mendukung pemerintah bukan berarti menghilangkan hak kita untuk mengkritisi pemerintah ketika pemerintah tidak seusai dengan harapan rakyat. Tapi, caranya tidak seperti dulu, berteriak-teriak di luar system. Sekarang kita mengkritik di dalam sistem, tapi tidak mengurangi kualitas kritik itu sendiri.
Bagaimana kalau tetap muncul perbedaan?Waktu kita tinggal 3,5 tahun, makanya fungsionaris dari semua tingkatan harus mengenyampÂingkan perbedaan. Perbedaan yang ada harus dijadikan energy kekuatan, energy persatuan unÂtuk mengejar ketertinggalan kita 2 tahun. Kita tertinggal 1,5 tahun konsolidasi, oleh karena itu diperlukan akselerasi seluÂruh sektor program yang telah dicanangkan di Munaslub dan ketum. Speed pengurus Golkar harus tinggi, tidak boleh lagi kita hanya sekadar berdebat tinggi soal perbedaan.
Oleh karena itu, kita tekankan tidak boleh lagi ada satu orang pun anggota dan penÂgurus Golkar yang berbeda di public. Tidak boleh. Perbedaan sudah kita siapkan tempatnya, yaitu dalam rapat-rapat yang mendiskusikan berbagai hal baik diskusi tentang politik, program kerja, kesejahteraan dan semuanya. Di situ ada waÂdahnya, ke public tidak boleh beda, karena itu mengganggu pelaksanaan program, kalau beda bukan akselerasi namanya, tapi menghambat.
Setelah Munaslub, Anda menemani ketum menghadap Jokowi. Apa yang disampaiÂkan?Satu hal yang saya catat sangat penting, dalam pertemuan itu Pak Jokowi menyatakan, saya buan politisi, betul-betul-betul saya kerja saja. Urusan parpol urusan parpol saja. Tapi saya katakan, Pak Presiden, bapak bisa kerja dengan tenang kalau stabilitas politik tercapai. Jadi politik dan kerja harus saling mendukung. Presiden sangat respek soal itu.
Soal sikap Golkar akan mencapreskan Jokowi disamÂpaikan juga?Kepada Bapak Presiden, kita menyampaikan hasil Munaslub, ya salah satunya soal ada asÂpirasi dari daerah untuk menÂcalonkan bapak presiden pada pilpres 2019.
Bagaimana respons Jokowi?Respondsnya sangat baik.
Jokowi kan kader PDIP, Golkar nggak lupa itu kan?Secara pribadi, Pak Jokowi adalah kader PDIP, tidak ada yang bisa membantah itu. Tapi sebagai presiden, Pak Jokowi adalah anak bangsa. Sebagai anak bangsa, Golkar tak boleh dilarang, tak boleh diprotes kaÂlau mencapreskan beliau. Kita kan anak bangsa yang punya hak juga.
Kenapa dari sekarang mau mencapreskan Jokowi?Kita itu punya intuisi tinggi, kita lihat dengan mata kepala sendiri, ini bukan soal survey atau apa, tapi dimana presÂiden datang, rakyat senang. Kita belum pernah membaca, mendengar ada program yang dicanangkan presiden ada hamÂbatan karena rakyat melawan. Kita belum pernah mendengar ada pembangunan tol, atau inÂfrastruktur lain yang terhambat pembebasan tanah.
Karena sebelum dilakukan, Presiden datang ke situ dulu seÂhingga ada komunikasi politik, ada komunikasi program yang dilakukan presiden langsung, sehingga rakyat menerima. Tidak biasa ini pemimpin beÂgini.
Ada lagi yang membuat Anda tercengang dengan soÂsok Jokowi?Ada satu hal lagi yang memÂbuat saya sendiri tercengang. Program tol laut yang dicanangÂkan Presiden ternyata buka hanÂya sekadar untuk memperlancar komunikasi dan perhubungan, dalam rangka memperlancar roda perekonomian. Sebenarnya bukan itu. Ada yang lebih tinggi dari itu, sangat filosofis yaitu unÂtuk lebih memperkuat NKRI.
Reshuffle memanas, bagi Golkar itu penting?Itu urusan presiden. Penting nggak penting itu urusan presiÂden. Yang penting bagi Golkar adalah mensupport Bapak Presiden. ***