Ramadhan tinggal menghitung hari. Harga daging sapi yang mahal, dikeluhkan pedagang dan pembeli.
Tingginya harga daging, dikeluhkan Marhamah. Warga Kedaung, Ciputat ini, sampai bersilat lidah saat membeli dagingdi Pasar Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), kemarin.
"Daging sekilo 110 ribu ya Pak," tawar Marhamah. "Nggak boleh Bu. Sekarang harganya masih Rp 120 ribu," jawab Junaidi, penjual daging sapi.
Belum puas, ibu setengah baya ini menaikkan tawarannya. "115 ribu ya," tawar Marhamah kembali. "Betul Bu. Nggak bisa turun lagi. Kalau harga segitu, saya rugi," tampik Junaidi. "Ya sudah kalau gitu. Bungkus 1 kilo," ujar wanita ini pasrah.
Menjelang puasa, harga daging sapi di Pasar Ciputat Rp 120 ribu per kilogram. Harga tersebut, jauh lebih mahal dari keinginan Presiden Jokowi sebesar Rp 80 ribu per kg.
Mahalnya harga daging sapi, membuat sepi pembeli. Bahkan, di Pasar Ciputat, hanya ada emÂpat pedagang yang menjualnya. Sisanya, kios daging sapi dibiarÂkan kosong melompong.
Marhamah mengaku membeli daging sapi untuk dikonsumsi keluarganya. "Ini juga sebulan sekali belinya. Kebetulan anak-anak lagi ingin," kata ibu rumah tangga ini.
Dia berharap, harga daging saÂpi bisa di bawah Rp 100 ribu per kg seperti harapan Presiden, agar banyak masyarakat bisa merasakan daging sapi. "Sekarang yang beli hanya masyarakat menengahatas," sebut dia.
Junaidi, penjual daging sapi di Pasar Ciputat, mengaku terpaksamenjual daging sapi Rp 120 ribu per kg. Pasalnya, harga daging di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) berkisar Rp 92 ribu. Harga tersebut masih camÂpuran antara tulang dan daging. "Kalau dagingnya saja dijual di bawah Rp 120 ribu, kami rugi," sebutnya.
Pria berkulit gelap ini menamÂbahkan, menjelang Ramadhan, harga daging justru sedikit menuÂrun di banding sebulan sebelumÂnya. "Waktu itu harganya sampai Rp 125 ribu. Karena mahal, jadi sepi pembeli," tuturnya.
Sejak seminggu terakhir, kaÂta dia, harga berangsur turun.Sehingga, pembeli daging meningkat. "Paling tidak, dalam sehari ada 10 pembeli," kata Junaidi yang menggelar dagangannya sejak pukul 7 pagi sampai 3 sore.
Dalam sehari, Junaidi mengaku bisa menjual 3 kwintal daging. "Biasanya, warga yang banyak beli, eceran 1-2 kilo," tandasnya.
Kendati harga mahal, Junaidi mengaku tetap terus membeli daging di RPH. "Kalau tidak jualan daging, kita tidak punya uang," ucapnya.
Dia pesimis, harga daging bisa bergeser ke Rp 80 ribu per kg seperti keinginan Presiden. Sebab, harga kulakan di tempat jagal sudah Rp 90 ribu.
"Kalau mau harga Rp 80 ribu, di jagal harus Rp 50 ribu. Jadi, kami bisa tetap untung, meski tidak banyak," katanya.
Jika harga daging murah, dia justru senang karena warga kalangan bawah bisa membeli daging sapi. Sehingga, penjualan meningkat. "Selama ini, yang beli hanya masyarakat menengah dan atas saja," sebutnya.
Senada, Nurdin, penjual daging di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan juga mengeluhÂkan tingginya harga daging sapi. "Sekarang harganya masih Rp 110 ribu," sebut pria yang mengenaÂkan kaos merah ini.
Dengan harga yang tinggi itu, lanjut pria setengah baya ini, sangat jarang orang membeli daging sapi. "Mereka sayang mengeluarkan duit ratusan ribu untuk membeli daging. Mending beli ikan yang lebih murah," ujarnya.
Dia juga pesimis, harga daging bisa Rp 80 ribu per kg. Pasalnya, menurut dia, di RPH saja sudah dijual Rp 94 ribu. "Jadi kalau dijual Rp 80 ribu, rugi besar dan bisa langsung gulung tikar," tandasnya.
Selain itu, kata Nurdin, daging sapi impor dari Australia juga kurang laku dibanding sapi lokal. Alasannya, daging sapi asal negeri Kanguru itu berwarna keputih-putihan dan tidak segar karena terlalu lama dibekukan.
"Kalau sapi lokal warnanya kemerah-merahan dan terlihat segar, jadi banyak yang mau," kata dia.
Walhasil, para pedagang daging di Pasar Kebayoran Lama lebih sering membeli sapi lokal dari RPH. "Kami pernah jual murah daging sapi Australia Rp 80 ribu. Tapi tidak laku," sebut dia.
Untuk menurunkan harga daging sapi di pasaran, Nurdin meÂnyarankan kepada pemerintah agar memeriksa seluruh
feedÂloter, karena kenaikan harga daging biasanya berasal dari tempat penggemukan sapi itu. "Mereka menjual daging kalau harga sudah tinggi, tapi kalau masih murah, biasanya mereka menahan," tandasnya.
Sementara, Samsul, pemilik warung makan juga menginginkÂan harga daging sapi di kisaran Rp 80 ribu-90 ribu. Dengan harÂga sebesar itu, kata dia, pembeli daging sepertinya tidak terlalu berat. "Kalau daging murah, otomatis harga seporsi makanan ikut murah. Maka, akan banyak yang makan daging di warung saya," ucapnya.
Dengan harga setinggi ini, kata Samsul, sangat memberÂatkan pemilik warung makan sepertinya. Apalagi, dirinya setiaphari harus membeli miniÂmal 1 kg untuk kebutuhan warungmakannya.
Sementara, Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi menilai, rencana pemerintah menurunkan harga daging sapi seharga Rp 80 ribu per kg sangat mungkin direalisasikan. Caranya, menambah pasokan, tapi bukan daging sapi lokal atau impor dari Australia dan New Zealand. "Dagingnya harus dari sumber yang menjual daging sangat murah, India," ujar Asnawi.
Makanya, Asnawi mendukung rencana pemerintah mengimpor sapi dari India dengan kuota sebanyak 10.000 ekor. Menurut Asnawi, kebijakan pemerintah itu tepat. Selain harganya lebih murah, impor sapi dari India juga akan membuat harga daging sapi di dalam negeri tidak berpatokan harga daging asal Australia, yang selama ini dominan menguasai pasar Indonesia.
Menurut Asnawi, daging Australia paling mungkin bisa ditekan pada harga Rp 90.000-95.000. Sedangkan dari India, biasanya lebih murah Rp 15.000-20.000 dibanding daging sapi Australia. "Kalau BUMN menÂjual daging dari India Rp 70 ribu, itu masih bisa untung, apalagi kalau disubsidi pemerintah," kata dia.
Selain itu, ia berpendapat, langÂkah pemerintah yang melakukan intervensi pasar sangat tepat. "Jika pemerintah tidak melakuÂkan intervensi, maka yang akan berlaku adalah hukum pasar, di mana harga daging ditentukan pelaku pasar," tandasnya.
Selama ini, kata dia, pemerintahsudah relatif berhasil mengendalikan harga daging, sehingga harganya tidak liar. "Apalagi menjelang Ramadhan dan Lebaran," tandasnya.
Dia melihat harga daging di tingkat pedagang eceran pada peÂriode Januari â€"Mei 2016 berada di kisaran Rp 112 ribu per kg.
Terkait harga daging sapi yang dipatok terlalu murah akan merugikan pedagang, Asnawi berpendapat, sebetulnya mereka justru tidak terlalu diuntungkan ketika harga daging sapi melamÂbung tinggi.
Sebab, keuntungan terbesar tetap dinikmati para pedagang besar. "Pedagang kecil hanya menjual sesuai harga pembelianÂnya," tutup dia. ***