Pada saat ini ada tujuh calon ketua umum Partai Golkar, minus Setya Novanto, yang bergabung dalam satu koalisi. Ke tujuh caketum tersebut adalah Azis Syamsuddin, Mahyuddin, Priyo Budi Santoso, Indra Bambang Oetoyo dan Syahrul Yasin Limpo).
Banyak yang menduga tujuan koalisi mendadak itu untuk menjegal langkah Setya Novanto yang mantan ketua DPR menduduki kursi Golkar 1. Akan tetapi, pada saat yang sama Menkopolhukam, Luhut Panjaitan yang terang-terangan menunjukkan dukungannya, juga semakin meningkatkan intensitas konsolidasi bersama loyalis Setya Novanto yang duduk sebagai pengurus DPP (Dewan Pertimbangan Pusat) Golkar, termasuk Aburizal Bakrie, Nurdin Halid dan Yorris Raweyai.
Luhut Panjaitan sejak Sabtu sampai Minggu malam masih terlihat ikut menongkrongi jalannya Munaslub.
"Saya semakin yakin Setya Novanto yang didukung Jowowi melalui Luhut yang akan menjadi ketua umum," kata Wawantim Ormas MKGR, Zainal Bintang dalam keterangannya.
Ini pula sesuai perkiraannya bahwa Istana akan campur tangan dalam penentuan pemimpin baru Golkar.
Sebagaimana diketahui, pada saat acara pembukaan Musyawrah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di gedung Bali Nusa Dua Convention Center), Sabtu (14/5) malam,
Jokowi secara blak-blakan menyampaikan mengenai adanya kegiatan yang dilakukan Menko Polhukam Luhut Panjaitan yang menghubungi pengurus Golkar di tingkat provinsi maupun di kabupaten kota, agar mereka mendukung Setya Novanto sebagai ketum Golkar.
Bukan cuma itu, nama Wakil Presiden JK (Jusuf Kalla) pun diungkap Jokowi ikut aktif mempengaruhi Munaslub Golkar.
Penyampaian Jokowi sangat mengejutkan 4 ribu lebih peserta Munaslub. Nama Luhut dan JK dimunculkan dalam sajian presentasi video di layar gedung.
"Namun, menurut pengamatan saya peserta Munaslub lebih memilih Setya Novanto daripada Ade Komaruddin yang dijagokan JK," tegas Bintang yang pada Munaslub duduk sebagai anggota Komite Pernyataan Politik.
Prediksi ini menunjukkan bahwa siapapun yang berkeinginan menjadi ketum Golkar harus memiliki tiga modal dasar yang bersifat prinsip.
Yang pertama, sebut Bintang, si calon harus mendapat restu presiden. Kedua harus punya sumber dana yang besar dan selama priode yang lalu telah membuktikan kemampuan finansialnya kepada pengurus Golkar di seluruh Indonesia. Dan yang ketiga harus juga ada restu dari Aburizal Bakrie.
[wid]