Tepat 18 tahun lalu pada 12 Mei 1998 merupakan sejarah berharga bagi bangsa Indonesia.
Universitas Trisakti memperingati hal tersebut dengan upacara bendera setengah tiang dan tabur bunga. Dalam rangka mengenang empat pahlawan mahasiswa yang gugur memperjuangkan Reformasi yakni Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie.
Rektor Usakti Thoby Mutis dalam pidatonya mengungkapkan peringatan ini merupakan momentum untuk mengenang jasa para mahasiswa yang gugur kala itu agar mahasiswa saat ini dapat terinspirasi Tragedi Usakti.
"Tragedi 18 tahun yang lalu di Usakti merupakan panggilan bangsa yang berjuang demi bangsa yang lebih baik, Reformasi belum selesai, Reformasi akan berjalan terus dan pada saaat peringatan ke-18 tahun ini kami masih berapi-api," katanya di Universitas Trisakti, Kamis (12/5).
Tokoh masyarakat Adhyaksa Dault yang juga alumni Usakti dan ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 1987 menjelaskan, apa yang dilakukan para pejuang Reformasi merupakan tonggak sejarah perubahan bangsa Indonesia.
"Perjuangan mereka merupakan tonggak sejarah lahirnya bangsa yang transparan dan semua ini diawali dari Usakti," ujarnya.
"Salah satu hal yang konkrit dari buah perjuangan 18 tahun yang lalu adalah adanya KPK sebuah lembaga yang ditakuti para koruptor," terang Adhyaksa.
Ia juga mengungkapkan perjuangan mahasiswa saat ini yang dapat dilakukan adalah sebagai pengontrol fungsi pemerintah.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Majelis Wali Amanah (MWA) Usakti Advendi Simangunsong mengungkapkan bahwa Reformasi merupakan simbol dari Usakti.
"Usakti merupakan salah satu penggerak Reformasi, dan Reformasi menjadi simbol dari Usakti. Saat ini indikasi berjalannya Reformasi sudah mulai terlihat seperti Presiden Jokowi dengan revolusi mentalnya," katanya.
"Dengan semangat Reformasi, Usakti akan terus berkomitmen sebagai lembaga pendidikan yang terus meningkatkan pembangunan SDM. Usakti merupakan Universitas milik Bangsa, milik Negara yang hars dipertahankan dan dijaga oleh seluruh elemen masarakat," tambah Advendi.
Hal senada juga diungkapkan oleh anggota MWA lainnya Yenti Ganarsih yang menilai bahwa Reformasi harus terus berjalan, dan tuntutan aspirasi dari mahasiswa harus didengarkan.
"Peringatan hari ini seharusnya momentum perabaikan diri kembali, mengingat pejuang Reformasi yang rela gugur dalam Tragedi Usakti, dan apa yang sudah kita berikan bagi bangsa ini. Pemerintah harus lebih mendengarkan aspirasi mahasiswa," keluhnya.
"Sehingga, kami dari Usakti akan terus menjaga simbol Reformasi yang tidak terlepas dari perjuangan 18 tahun lalu. Dan menjadi semangat kami menebar inspirasi kepada mahasiswa agar terus melanjutkan perjuangan Reformasi dengan menjadi mahasiswa terbaik dan terus beraspirasi dalam pembangunan bangsa menindak korupsi dan ketidakadilan yang ada di Indonesia ini," demikian Yenti.
[wah]