Berita

jokowi-sby/net

Politik

Dibandingkan Era SBY, Saat Ini Lebih Banyak Intervensi Pemerintah Ke Parpol

KAMIS, 12 MEI 2016 | 15:13 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Rumor politik tentang dukungan salah satu menteri kabinet kerja kepada calon ketua umum Partai Golkar pada Munaslub Golkar harus disikapi serius.

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Zaenal A. Budiyono, menilai tuduhan ke Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan itu harus dibuktikan benar atau tidak. Jika benar, maka secara etika politik apa yang dilakukan Luhut Binsar Panjaitan menabrak etika demokrasi. Institusi Istana (eksekutif) sebagai manifestasi rakyat harus steril dari urusan politik praktis.

"Pemerintah seharusnya fokus 100 persen menjalankan program-program untuk rakyat sebagaimana diamanatkan konstitusi. Harus steril dari urusan politik praktis," kata dia saat dihubungi wartawan.


Zaenal menambahkan, ada kecenderungan saat ini konflik internal terjadi tidak alamiah. Sangat beda jika dibandingkan dengan masa pemerintahan Presiden SBY, di mana kala itu Istana berjarak dengan semua parpol.

"Di masa SBY kondisi parpol-parpol relatif stabil meskipun politik berlangsung dinamis, bahkan keras. Tapi tidak ada isu campur tangan pemerintah. Kini situasinya berbeda," ujar Zaenal.

Untuk menangkis isu tersebut, lanjut Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center Indonesia ini, Presiden Jokowi bisa membuat pernyataan terbuka bahwa pihaknya tidak mendukung calon manapun di Golkar, serta memerintahkan para pembantunya untuk mengambil jarak dari semua urusan parpol.

Terpisah, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Ahmad Bakir Ihsan, sebelumnya berharap Luhut Panjaitan menjaga jarak dengan perhelatan Munaslub walaupun dia kader partai Golkar.

Saat diangkat sebagai pejabat publik, lanjutnya, maka loyalitasnya pada partai selesai dan sepenuhnya diabdikan untuk kepentingan publik. Keberpihakan pada calon tertentu dapat mengganggu relasi partai dengan pemerintah. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya