Tunisia, tempat lahirnya revolusi Arab Spring pada 2011, tak pernah henti bergejolak. Gelombang kekerasan sejak revolusi yang menggulingkan Zine El Abidine Ben Ali terus terjadi.
Empat petugas keamanan dan dua terduga militan tewas dalam dua insiden terpisah di selatan Tunisia, dekat ibukota Tunis, pada Rabu waktu setempat.
Sabuk bahan peledak diledakan pembom bunuh diri di kawasan Tatouine dalam baku tembak dengan petugas.
"Satu teroris tewas ditembak, satu lainnya meledakkan diri. Dua perwira dan dua agen penjaga nasional tewas," kata jurubicara Kementerian Dalam Negeri.
Rabu dinihari,
AFP melaporkan, dua teroris tewas dalam baku tembak di provinsi Ariana, di dekat Tunis, saat aparat keamanan menyerang sel teroris yang merencanakan serangan simultan.
Dari seluruh penyergapan di Ariana, 16 orang ditangkap disertai penyitaan senjata AK-47, pistol dan amunisi.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan para tersangka terorisme telah menyebar di banyak wilayah di Tunisia.
Penduduk distrik Sanhaji mengatakan baku tembak antara petugas dan teroris berlangsung dua jam meletus, setelah Garda Nasional melakukan serangan di sekitar pukul 08:00 waktu setempat.
"Mereka tidak dari lingkungan kami. Kami tidak kenal mereka. Mereka menyewa rumah di sini," kata warga dikutip dari
Aljazeera.Media massa mengkaitkan kejadian itu dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS atau ISIL). ISIS adalah kelompok yang juga bertanggung jawab atas serangan tahun lalu di Museum Nasional di Tunis dan sebuah resor pantai dekat Sousse yang menewaskan 60 orang.
Sebuah bom bunuh diri di Tunis pada bulan November lalu juga diklaim oleh ISIS, yang menewaskan 12 pengawal presiden.
[ald]