Berita

Garin Nugroho:net

Wawancara

WAWANCARA

Garin Nugroho: Calon Kepala Daerah, Baik Dari Parpol Maupun Perseorangan, Sama-sama Pilihan Yang Dihormati

RABU, 20 APRIL 2016 | 09:08 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Jogja Independent (Joint) akhir pekan laku menetapkan Garin Nugroho dan Rommy Heryanto menjadi bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta pada Pilkada 2017. Garin mendapatkan nilai tertinggi dari para panelis dan mendapatkan 50 persen lebih dukungan dari ratusan masyarakat Yogya yang hadir.

Garin memilih sendiri calon wakilnya, Rommy Harmanto. Setelah menang konvensi Joint, kini Garin dan Rommy dihadapkan pada tugas baru yakni mengumpulkan KTP warga Yoyga sebanyak 45 ribu sebagai tanda dukungan. Kepada Rakyat Merdeka, tadi malam, Garin yang baru saja mendarat di Jakarta dari Yogyakarta, membeberkan kesiapannya mengikuti gelaran pilkada di Kota Gudeg.

Anda terpilih sebagai ba­cawalkot oleh Joint. Bagaimana perasaan Anda?
Biasanya kalau calon perse­orangan itu tokoh kan. Jadi me­mang Jogja itu mau bikin suatu proses demokrasi yang terbuka, makanya dibuat seperti kon­vensi. Dan biasanya, kalau calon perseorangan itu kan kalau su­dah punya satu tokoh, ya tokoh itu saja yang dimajukan. Tapi ini berbeda, ada konvensinya.

Biasanya kalau calon perse­orangan itu tokoh kan. Jadi me­mang Jogja itu mau bikin suatu proses demokrasi yang terbuka, makanya dibuat seperti kon­vensi. Dan biasanya, kalau calon perseorangan itu kan kalau su­dah punya satu tokoh, ya tokoh itu saja yang dimajukan. Tapi ini berbeda, ada konvensinya.

Apa saja proses dalam kon­vensi yang diselenggarakan Joint?
Jadi ada uji kompetensi dari para panelis, termasuk juga dari masyarakat yang hadir. Jadi memang ada proses demokrasi yang panjang, gitu lho.

Mengapa Anda memutus­kan maju dalam konvensi?
Jadi saya tertarik karena inilah salah satu proses demokratis untuk memilih calon independen yang tidak semata-mata hanya memilih figur tertentu. Jadi memang disaring melalui proses yang berkualitas. Yogya ingin memproses calon independen yang berkualitas.

Anda cukup memiliki popu­laritas, tapi malah memilih jalur perseorangan, apakah tidak ada parpol yang melirik?
Sebenarnya dua-duanya, baik dari parpol maupun perseoran­gan merupakan pilihan yang dihormati ya. Kita lihat dari parpol ada Ibu Risma (Walikota Surabaya) yang baik. Tapi kon­stitusi kita memberi jalan, baik kepada parpol maupun perse­orangan.

Jadi menurut saya, dua jalur itu sama baiknya. Calon perse­orangan juga memberikan alter­natif terobosan kan, oleh karena itu saya lebih menyukai perse­orangan. Dan karena platform yang diusung teman-teman Joint dan saya sama.

Apakah sebelumnya Anda sudah sempat didekati parpol?

Ya kalau ngobrol dengan parpol cukup banyaklah. Dan (langkah maju lewat perseoran­gan) tidak juga harus disebut se­bagai deparpolisasi. Justru tetap menjadi rekan memperjuangkan aspirasi bersama parpol.

Anda tidak anti-parpol?
Sama sekali nggak. Saya ber­temu mereka, ngobrol, gitu kan. Jadi sebuah tujuan sama, yakni demokratisasi, tapi dengan jalan yang berbeda saja, begitu.

Lantas bagaimana persia­pan Anda?
Untuk maju sebagai calon, per­lu 45 ribu dukungan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Sekarang ini, tim yang mengumpulkan itu sedang berjalan.

Sudah sejauh mana?
Ya sedang berjalan. Karena konvensi kan baru saja selesai, dan saya juga kan harus memi­lih wakil. Pasangan kan secara formal, dan kita menjalankan aturan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Jadi secara ber­tahap, ada konvensi, pemilihan wakil, baru kemudian pengum­pulan KTP, sesuai dengan syarat yang ditentukan.

Mulai kapan akan mengum­pulkan KTP?
Mulai minggu ini.

Apa saja yang jadi prioritas Anda jika sudah sah sebagai calon walikota?

Sebetulnya di balik ini kan ada kegelisahan ya. Bahwa di pemilu atau politik kita itu juga ada hubungan dengan bisnis. Jadi politik dan bisnis. Tapi meminggirkan kepemimpinan cendikiawan dan budayawan, juga teologi kebangsaan.

Jadi yang mempertemukan antara politik dan bisnis yakni politik itu sendiri. Akibatnya, si­fat-sifar humanis itu hilang. Jadi kalau politik hanya dipertemu­kan dengan bisnis, cenderung akan menjadi vulgar. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya