Berita

Bisnis

Menpar Kunjungi Perusahaan Online Travel Terbesar Di Tiongkok

SELASA, 19 APRIL 2016 | 18:32 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Salah satu yang paling memikat perhatian Menteri Pariwisata Arief Yahya saat melakukan lawatan ke Tiongkok adalah adalah saat berkunjung ke markas Ctrip, di Kota Bisnis, Shanghai. Perusahaan Online Travel (OTA) terbesar di negara tirai bambu itu memiliki market share hampir 80 persen dari outbond China yang lebih dari 100 juta di tahun 2015 itu.

Di awal berdirinya tahun 1999, Ctrip juga travel agent dan travel operator (TA TO) konvensional yang menjual tiket, hotel, pesawat dan paket wisata. Sekarang, Ctrip yang memiliki jumlah karyawan 19.000 dan 7.000 diantaranya insinyur itu tumbuh menjadi raksasa baru di industri pariwisata China.

Ctrip bermitra dengan Baidu, mesin pencari atau searching engine, mirip Google yang berbahasa dan bertulisan Mandarin. Baidu eksis di Tiongkok, karena Google membentur” Tembok China dan tidak boleh beroperasi di sana.

Bukan hanya Google yang tidak bisa diakses di seluruh daratan China, media social lain juga forbidden di sana. Seperti Facebook, Twiter, Instagram, Pinterest, Google+, dan lainnya tidak bisa dioperasikan di sana. Kecuali menggunakan smartphone yang menggunakan provider dari luar China.

Kolaborasi Ctrip dan Baidu itu bakal mendapat lawan tangguh, commerce terbesar di China, Alibaba. Ketika gajah sama gajah bertarung, bukan salah satu gajah yang mati, tetapi pelanduk kecil yang terjepit mati di tengahnya. Bisa dibayangkan, raksasa Ctrip sebagai operator tour and travel yang menguasai 80 persen pasar outbond China bergabung dengan Baidu mesin pencari nomor satu di China.

Alibaba, e-commerce terbesar di China itu, Oktober 2014 lalu melaunching New Alitrip Travel Brand juga. Inilah calon gajah yang tengah berusaha head to head dengan Ctrip. Para penguasa online service itu beradu kreasi, berebut kue di sector pariwisata melalui digital online platform.

Menpar Arief Yahya yang ahli di teknologi informasi itu menyebut digital online itu dengan istilah LBP-Look, Book, Pay-, system pencarian, system pemesanan dan system pembayaran.

"Awalnya mereka menjaring public melalui online yag mencari info paket wisata dan destinasi. Baidu menyediakan ribuan data dan alternative yang dibutuhkan costumers. Proses searching inilah yang saya sebut look," kata Arief Yahya dalam siaran persnya (Selasa, 19/4).

Baidu, adalah Google-nya Tiongkok. Setelah yakin dengan pilihannya, mereka masuk stage dua, yakni book, atau pemesanan. Di sinilah peran Ctrip, sebagai tour operator travel agent, yang bisa langsung sampai ke commerce atau pembayaran (pay)-nya. Semua proses ini cukup di depan computer atau dari layar smartphone.

"Mereka bisa melakukan tiga tahap itu di mana saja, kapan saja. Inilah games dalam bisnis tour operator dan travel agent saat ini dan ke depan. Kalau kita tidak segera masuk ke digital online platform seperti ini, pasti akan tertinggal dan sulit bersaing di level global,” kata Arief Yahya.

Pola yang sama juga terjadi antara TripAdvisor dan Booking.Com. Look-nya ada di TripAdvisor, situs nomor satu dan paling dipercaya soal tour and travel. Kekuatan utama TripAdvisor adalah sudah menjadi tempat curhat dan testimonial para wisatawan dari seluruh dunia.

Komentar yang diposting di website itu sangat original, dan menjadi rujukan bagi travellers dalam membuat planning. Level booking dan payment dilakukan melalui booking.com. "Di Eropa dan Amerika 80 persen orang yang eksplore untuk leisure, berwisata, melalui TripAdvisor, melakukan booking. Hanya 20 persen yang tidak jadi memesan," tandasnya.

Lalu apa yang akan dilakukan Kemenpar? Ketiga model bisnis TA TO itu sudah bergeser cepat ke digital? Perang biro travel konvensional sudah semakin terdesak, dan makin ditinggalkan oleh anak-anak muda? Suka tidak suka, mau tidak mau, kita harus ikut berkompetisi di sana. Kemenpar akan membuatkan digital market place, buat para pelaku bisnis tour operator and travel agent," demikian Menpar. [zul]

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

UPDATE

DPRD Kota Bogor Berharap Sinergitas dalam Perayaan HUT ke-79 TNI

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:47

Pram-Rano Komitmen Sehatkan Mental Warga Jakarta Lewat Ini

Minggu, 06 Oktober 2024 | 23:23

IKA Unpad Rekomendasikan 4 Calon Menteri Prabowo-Gibran

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:23

Dukung Egi-Syaiful, Partai Buruh Berharap Ada Kenaikan Upah

Minggu, 06 Oktober 2024 | 22:17

Mega-Prabowo Punya Koneksi Psikologis dan Historis

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:56

KPK OTT di Kalimantan Selatan

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:14

Dharma Pongrekun: Atasi Kemacetan Jakarta Tidak Bisa Hanya Beretorika

Minggu, 06 Oktober 2024 | 21:11

Pram dan Rano akan Perhatikan Kesejahteraan Guru Honorer agar Tidak Terjerat Pinjol

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:54

Suswono Kehabisan Waktu Saat Pantun Penutup, Langsung Dipeluk RK

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:42

Badai PHK Ancam Jakarta, Pram-Rano Bakal Bikin Job Fair 3 Bulan Sekali

Minggu, 06 Oktober 2024 | 20:30

Selengkapnya