Berita

Rachmawati Soekarnoputri/net

Politik

Ini Penjelasan Lebih Jauh Mengenai Ancaman Proxy War Terhadap Indonesia

JUMAT, 15 APRIL 2016 | 11:47 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Bukan rahasia lagi bahwa Indonesia saat ini sudah masuk sasaran asimetric war. Tidak menggunakan head to head kekuatan bersenjata melainkan melalui cyber media untuk mempengaruhi mindset publik.

Demikian dikatakan politisi senior, Rachmawati Soekarnoputri, ketika membahas lebih dalam mengenai ancaman perang menggunakan pihak ketiga, alias proxy war, terhadap Indonesia.

"Seperti metode brain washing, publik dicekoki hal-hal yang mempengaruhi alam sadar, akal sehat, pemutarbalikan logika," kata putri dari proklamator Bung Karno ini.


Dia menyebutkan, masuknya sindikat narkoba, sindikat prostitusi sampai pengaruh perilaku menyimpang seperti LGBT dan pedofilia, semuanya tidak lain adalah antitesa dari nation and character building, ketakwaan terhadap Tuhan, serta melawan nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar segala norma masyarakat Indonesia.

Dia jelaskan bahwa operasi proxy war bertujuan untuk menghabisi nasionalisme melalui penghancuran budaya bangsa. Peranan state actor atau non state actor yang menjadi kaki tangan atau perpanjangan tangan pihak neokolonialisme-imperialisme digunakan sebagai pihak ke-3.

"Antek nekolim bertugas mensukseskan program-program berkaitan dengan kepentingan nekolim baik melalui state capitalism ataupun korporasi dengan pinjaman utang," jelasnya.

Untuk mengidentifikasi lebih jauh kekuatan proxy, dapat dilihat dengan mencermati siapa kekuatan besar di belakang pemenang pemilihan umum atau pemilihan presiden.

"Contoh Pilpres 2014, bukan rahasia ada kelompok '9 Naga' dan dukungan negara adikuasa. Terbukti, akhir-akhir ini ada upaya melegalkan kejahatan negara melalui RUU tax amnesty, melegalkan sindikat mafia beroperasi melalui lalu lintas moneter," jelasnya.

"Sasaran proxy adalah food, energy, moneter, sumber daya alam Indonesia yang kaya. Jadi bagaimana masa depan nasib anak cucu kita?" ungkapnya. [ald] 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Pesan Ketum Muhammadiyah: Fokus Tangani Bencana, Jangan Politis!

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:13

Amanat Presiden Prabowo di Upacara Hari Bela Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:12

Waspada Banjir Susulan, Pemerintah Lakukan Modifikasi Cuaca di Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:05

Audit Lingkungan Mendesak Usai Bencana di Tiga Provinsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:04

IHSG Menguat, Rupiah Dibuka ke Rp16.714 Pagi Ini

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:59

TikTok Akhirnya Menyerah Jual Aset ke Amerika Serikat

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:48

KPK Sita Ratusan Juta Rupiah dalam OTT Kepala Kejari HSU

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:28

Bursa Asia Menguat saat Perhatian Investor Tertuju pada BOJ

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:19

OTT Kalsel: Kajari HSU dan Kasi Intel Digiring ke Gedung KPK

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:05

Mentan Amran: Stok Pangan Melimpah, Tak Ada Alasan Harga Melangit!

Jumat, 19 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya