Penggunaan Pangkalan Udara TNI Halim PerdanÂakusumah sebagai bandara komersil mesti secepatnya dievaluasi, jika tak ingin terjadi kecelakaan pesawat lagi.
Pria yang pernah memegang tongkat komando TNI AU ini sama sekali tak terkejut ketika mendengar peristiwa seremÂpetan pesawat Batik Air jenis Boeing 737-800 dengan pesawat Trans Nusa jenis ATR di lanÂdasan pacu Bandara Halim Perdanakusuma, pada Senin (4/4) lalu. Dia sudah memprediksi sejak lama peristiwa itu bakal terjadi, lantaran Bandara Halim terlalu dipaksakan untuk didarati penerbangan komersial. Berikut ini pemaparan Chappy Hakim kepada Rakyat Merdeka terkait insisden kecelakaan tersebut;
Analisis yang Anda sampaiÂkan dalam wawancara beberaÂpa waktu lalu mulai terbukti, apa komentar Anda?
Nggak ada komentar saya, sudah tahu itu akan terjadi kok. Tunggu waktu saja, pasti akan terjadi. Dan terjadi beneran kan.
Nggak ada komentar saya, sudah tahu itu akan terjadi kok. Tunggu waktu saja, pasti akan terjadi. Dan terjadi beneran kan.
Tapi masih ada saja pengamat penerbangan yang bilang kecelakaan itu bukan karena kepadatan penerbangan di Halim, tapi hanya karena human error?Saya puluhan tahun terbang di Halim. Jadi saya tahu betul.
Yang terbaru, apa yang Anda ketahui?Beberapa bulan yang lalu saya terbang di Halim, mau turun itu nunggu sampai 40 menit. Kalau pesawat itu harus menunggu sampai 40 menit di sebuah
aeroÂdrome yang
run-way nya cuma satu,
taxy-way nya nggak ada, itu tandanya apa? Gitu aja sekarang, silakan dijawab.
Lalu apa benar kecelakaan di Halim hanya karena human error?Kalau dijawab
human-error gampang, semua juga
human-error, kalau nggak ada yang terbangin, nggak bakalan ada keÂjadian kan. Silakan dengerinlah banyak orang-orang sok tahu, orang-orang yang sok tahu silaÂkan aja.
Kecelakaan Batik Air kemarin membuat masyarakat mulai banyak yang takut terÂbang di Halim. Apa memang separah itu?Ini kan cuma nyerempet ya. Mungkin sebelum ini banyak yang hampir atau nyaris (nyÂerempet). Jadi kan banyak ini, yang kita nggak tahu. Kalau didiamin ini fatal, bisa meningÂgal banyak orang. Bisa ratusan meninggal kalau tabrakan pesaÂwat dengan pesawat.
Sekarang hanya nyerempet, nanti bisa saja tabrakan kalau masih dibiarin...
Iya... Bagaimana penerbangan komersial mau pakai Halim, tanpa menambah fasilitas yang ada.
Jadi?Run-waynya satu,
taxy-way nggak ada, apron-nya sempit, dibabat aja sama penerbangan yang terus banyak. Bagaimana itu kalau... Itu kan berbahaya dan itu tinggal tunggu saja, akan celaka. Dan itu terjadi belakangan ini.
Kelihatannya ini seperti ada pembiaran ya?Dalam penerbangan itu seÂmua harus direncanakan denÂgan matang. Itu pertama. Yang kedua, penerbangan itu tidak bisa hanya dikejar pertumbuhan penumpang dan pertumbuhan ekonominya saja. Tapi juga harus dipikirkan ketersediaan SDM (Sumber Daya Manusia), kesiapan infrastruktur, itu harus bersama-sama. Kalau hanya dikejar pertumbuhannya saja, izin rute dikasih ugal-ugalan nggak karu-karuan, yang terjadi ya seperti ini.
Dasar Anda mengatakan itu?Pada waktu di Cengkareng kan mestinya diaudit dulu, diÂperiksa dulu, kenapa terjadi (kepadatan), kan nggak dilakuÂkan. Yang dilakukan adalah cari-cari pangkalan lain untuk bisa menampung muntahannya, dengan cara dipindahin. Sudah gitu bukan muntahan saja yang dipindahin, tapi dia buka lagi rute baru justru di sana. Ini kan makin padat, makin ngawur semuanya. Istilahnya ini adalah
mismanagement dari otoritas penerbangan sipil nasional.
Apa perlu ada pembatasan slot penerbangan di Halim?Bukan pembatasan, tapi dicek dulu dong. Kenapa sampai terÂjadi, ini kan dari tahun 2010 pertumbuhannya (penumpang pesawat terbang) kan dari 10-15 persen. Kenapa? Karena perÂtumbuhan kan tidak mendadak, nggak tiba-tiba. Kenapa pertumÂbuhan itu tidak direspons dengan baik. Dengan meningkatkan infrastruktur dan menyiapkan SDM. Kan pilot jadi kebanyakan pilot asing sekarang. Karena apa, karena nggak siap. Yang dikejar cuma cari duit, faktor finansialnya saja. Yang terjadi apa, ya kecelakaan. Gampang sekali kok itu sebenarnya. Ada kesalahan yang sangat fatal dan mendasar.
Lalu apa kira-kira yang harus dilakukan?Semua
stakeholder penerbanÂgan harus duduk bersama. Harus jujur membuka ada masalah apa, kemudian cari solusi sama-sama. Kalau itu tidak dilakukan, ya ngÂgak usah tanya kalau nanti ada kecelakaan lagi. Ini kan, mengeÂjar pertumbuhan penumpang. Ini soal cari duit aja. ***