Berita

Mishal Husain saat mewawancarai suu kyi

Sudah 16 Ribu Lebih Pendukung Petisi Cabut Nobel Perdamaian Dari Aung San Suu Kyi

SELASA, 29 MARET 2016 | 01:22 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Petisi yang berisi desakan agar Ketua Komite Nobel mencabut Nobel Perdamaian yang diberikan kepada Aung San Suu Kyi pada 2012 lalu terus menuai dukungan.

Lewat petisi online di situs Change.org, sejauh ini sudah 16.263 orang yang menyatakan mendukung penarikan Nobel Perdamaian dari tokoh asal Myanmar tersebut.

Suu Kyi dinilai tidak layak menerima penghargaan Nobel Perdamaian setelah pernyataannya yang bernada rasis diungkap jurnalis, Peter Popham, dalam buku terbarunya berjudul The Lady and the Generals: Aung San Suu Kyi and Burma's Struggle for Freedom.


Dalam buku tersebut, Peter Popham mengungkapkan kekesalan Suu Kyi setelah diwawancarai presenter acara BBC Today, Mishal Husain, pada tahun Oktober 2013 lalu.

Kekesalan Suu Kyi disebabkan pertanyaan yang diajukan presenter Muslim tersebut mengenai penderitaan yang dialami oleh umat muslim di Myanmar.

Suu Kyi juga diminta mengecam mereka yang antimuslim dan melakukan berbagai tindak kekerasan sehingga umat muslim suku Rohingya terpaksa meninggalkan Myanmar, tapi dia menolak.

Setelah wawancara tersebut, Suu Kyi tak bisa menyembunyikan kekesalannya. "Tak ada yang memberi tahu bahwa saya akan diwawancarai oleh seorang muslim," kata Suu Kyi.

Bagi pemrakarsa Petisi tersebut, pernyataan Suu Kyi yang mempermasalahkan seorang jurnalis Muslim pada akhirnya membuat banyak orang kecewa dan marah. Hal ini juga membuka kembali pertanyaan dunia internasional tentang sikap Suu Kyi terhadap kaum minoritas Muslim di Myanmar.

Suu Kyi dinilai tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait pelanggaran Hak Asasi Manusia yng dialami oleh etnis minoritas muslim Rohingya. "Selama tiga tahun terakhir lebih dari 140 ribu etnis muslim Rohingya hidup sengsara dikamp pengungsi di Myanmar dan di berbagai negara," tegas mereka.

Petisi "Cabut Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi" diprakarsai oleh Andi Sinulingga, Emerson Yuntho dan sejumlah tokoh pegiat HAM dan demokrasi lainnya. [zul]

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Polres Tangsel Diduga Gelapkan Barbuk Sabu 20 Kg

Minggu, 21 Desember 2025 | 02:07

Pemberhentian Ijeck Demi Amankan Bobby Nasution

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:42

Indonesia, Negeri Dalam Nalar Korupsi

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:05

GAMKI Dukung Toba Pulp Lestari Ditutup

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:00

Bergelantungan Demi Listrik Nyala

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:45

Komisi Percepatan Reformasi Polri Usul Polwan Dikasih Jabatan Strategis

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:19

Putin Tak Serang Negara Lain Asal Rusia Dihormati

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:05

Ditemani Kepala BIN, Presiden Prabowo Pastikan Percepatan Pemulihan Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:38

Pemecatan Ijeck Pesanan Jokowi

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:21

Kartel, Babat Saja

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya