Berita

foto:net

On The Spot

Tumpukan Sampah Kulit Kabel Beratnya Mencapai 10 Ton

Pekerja Masih Telusuri Gorong-gorong Yang Lain
SENIN, 14 MARET 2016 | 09:27 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Sampah kulit kabel yang ditemukan dalam gorong-gorong atau saluran air di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, terus bertambah. Hari menjelang sore, akhir pekan, kemarin Sinton masih sibuk merapikan sampah kulit kabel yang berserakan di pojok gudang Suku Dinas (Sudin) Tata Air Jakarta Pusat.

Selang beberapa menit kemu­dian, sampah kulit kabel telah tertumpuk rapi. "Bersih-bersih saja agar tumpukannya terlihat rapi," kata Sinton yang sehari-hari bertugas sebagai pekerja harian lepas (PHL) di Sudin Tata Air Jakarta Pusat.

Kulit kabel di jalan protokol ini, pertama kali ditemukan pada 24 Februari. Sehari sebelum ditemukan, muncul genangan air di kawasan ring I itu. Semakin hari, kulit kabel yang ditemukan semakin banyak.

Kulit kabel tersebut lantas dikumpulkan menjadi satu di gudang milik Sudin Tata Air Jakarta Pusat di Jalan Danau Dampelas, Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta Pusat.

Tumpukan kulit kabel lang­sung terlihat jelas saat memasuki gudang yang berlokasi di tengah-tengah permukiman penduduk ini. Lokasinya berada di pojok gudang, diapit beberapa truk berbagai ukuran.

Tumpukan kulit kabel menca­pai empat meter dengan luas 10 meter. Warna kabel sudah tidak hitam lagi, melainkan kecoklat-coklatan karena terendam lum­pur cukup lama.

Saat itu, Sinton mengatakan, terakhir kali truk membawa bungkus kabel ke gudang ini tiga hari lalu. "Dari awal ditemukan, sudah 26 truk membawa sampah kulit kabel ke sini," katanya pada Jumat sore lalu (11/3).

Pria yang mengenakan kaus ini mengatakan, kulit kabel tersebut disimpan dan dijaga dengan baik. "Soalnya, pihak Sudin tidak mengizinkan kita memba­kar atau memusnahkan kabel itu karena akan dibuat barang bukti oleh polisi," ucapnya.

Pria berumur 30 tahunan ini menambahkan, pekerja yang menemukan bungkus kabel di jalan protokol tersebut berjum­lah 12 orang, dan digaji sesuai upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta sebesar Rp 3,1 juta. "Hari ini kerja terakhir member­sihkan gorong-gorong di Jalan Medan Merdeka Selatan. Mulai Senin pindah ke tempat lain, membersihkan gorong-gorong juga," sebut Sinton.

Pekerja harian lainnya, Joko mengatakan, bungkus kabel yang disimpan di gudang ini sekitar 10 ton. "Satu truk saja bisa angkut lima kuintal. Ini kan sampai 26 truk," tandas Joko.

Dia tidak tahu sampai kapan sampah kulit kabel tersebut akan berada di Benhil. "Belum tahu mau diapakan nanti. Disuruh simpen dulu. Kemarin katanya mau dibawa ke Polda, tapi belum dibawa," ujarnya.

Pria berumur 35 tahunan ini menambahkan, pasukan biru yang bekerja membersih­kan gorong-gorong di Medan Merdeka, rata-rata tinggal di gu­dang Benhil ini. "Ini sebenarnya mess Sudin Tata Air dan Bina Marga Jakarta Pusat. Dijadikan gudang juga," tutupnya.

Menurut Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat, Dicky Suherlan, selama dua minggu membersihkan gorong-gorong di Jalan Medan Merdeka Selatan, sampah bungkus kabel yang diangkat sebanyak 26 truk. "Sekarang lebih banyak lumpur yang diangkat dari saluran air, dan jumlahnya sudah relatif sedikit dibanding sebelumnya," ujar Dicky.

Menurut Dicky, seluruh bung­kus kabel yang berhasil diangkat masih tersimpan di gudang Sudin Tata Air Jakarta Pusat. Ini disimpan sebagai pendukung pemeriksaan dari Ditreskrimsus Polda Metro Jaya. "Pembersihan masih terus dilakukan setiap hari. Memang saat ini kulit kabel sudah sedikit, tapi lumpur endapan masih proses lama pem­bersihannya," tandasnya.

Terpisah, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menuding, kelom­pok pencuri kabel di sepanjang saluran air di kawasan Medan Merdeka Selatan merusak sa­luran air. "Terowongannya juga ikut rusak. Di kawasan terse­but tanahnya jadi lebih mudah amblas karena terowongannya dibobol," kata Ahok di Balai Kota.

Menurut Ahok, isi kabel (tem­baga) yang dicuri dan ditinggal­kan kulitnya, merupakan kabel bekas. Para pencuri meninggal­kan kulitnya di dalam saluran air karena kurang berharga.

Bekas Bupati Belitung Timur ini, telah berkoordinasi dengan pihak Kepolisian untuk mengusut pencurian kabel tersebut. Selain itu, pihaknya secara bersama-sama juga akan melakukan pengecekan di saluran air lainnya. "Kami men­duga, pencurian isi kabel utilitas itu, juga terdapat di saluran air lainnya," tandas Ahok.

Latar Belakang
Kapolda Metro: Ini Bukan Sabotase, Tapi Sindikat Spesialis Pencurian Kabel


Misteri siapa yang bertang­gung jawab atas timbunan a berton-ton sampah kulit kabel di gorong-gorong Jalan Medan Merdeka Selatan, hampir ter­jawab. Polda Metro Jaya meringkus enam pelaku spesialis pen­curian kabel.

Awal mula terbongkarnya kasus pencurian kabel, dimulai ketika satgas dari Sudin Tata Air Jakarta Pusat melakukan penyisiran di gorong-gorong itu pada 24 Februari.

Pasalnya, di atas gorong-gorong itu selalu tergenang air saat hujan deras. Curiga dengan ke­jadian tersebut, akhirnya petugas melakukan penyisiran. Awalnya, petugas mengira sampah kulit kabel yang menumpuk di selo­kan itu hanya sedikit.

Namun, setelah digali lebih jauh, jumlahnya lebih dari yang diperkirakan. Hampir setiap hari petugas menemukan kulit kabel yang sama di gorong-gorong dan akhirnya membengkak hingga 26 truk setelah dua minggu melakukan penyisiran.

Banyaknya sampah kulit kabel di gorong-gorong itu, membuat aliran air tersumbat. Akhirnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menud­ing ada sabotase dari pihak lain.

Namun, seiring berjalan­nya waktu, Kepolisian berhasil membongkar kasus tersebut dan ternyata murni kasus pencurian. Bukan sabotase.

Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian mengatakan, pihaknya meringkus enam pelaku pencurian isi kabel (tembaga) itu di Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Kelompok gorong-gorong ini kadang-kadang memulung, tetapi memulung pendapatannya kecil. Mencuri kabel pendapatan­nya besar," kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Jumat lalu.

Menurut Tito, para pelaku merupakan kelompok spesia­lis pencurian kabel di bawah gorong-gorong. "Di dalam gorong-gorong, ada jaringan kabel PLN dan Telkom yang sudah berusia lama," ucapnya.

Perusahaan, lanjut Tito, men­ganggap kabel lama tersebut tidak memiliki nilai ekonomis, sehingga tidak diangkat. "Ini membuka kesempatan pencu­rian," tandasnya.

Tito menjelaskan, modus kelom­pok ini masuk ke dalam gorong-gorong mencari kabel, kemudian kabel dipotong-potong sehingga tersisa bungkus timah dan batang tembaganya. Setelah terkumpul batang tembaganya, dikeluarkan satu persatu lewat lobang angin trotoar dan diambil pelaku lain menggunakan gerobak.

"Dipotong satu meter, 30 sen­timeter, bervariasi. Mereka ini, bisa dua hari, tiga hari bertahan di gorong-gorong," tandas bekas Kapolda Papua ini.

Isi kabel yang berupa tembaga tersebut bernilai tinggi. Jika di­jual, harganya saat ini sekitar Rp 40.000 per kilogram. "Ada juga timah di atas Rp 12.000 per kilogram," sebut dia.

Tito menduga, kelompok pen­curi ini sudah beraksi sejak 2013. "Waktu saya reserse di Polda, ada kelompok-kelompok yang memang spesialis menggali gorong-gorong, tapi modusnya mencuri di gedung, kantor, toko dan lain-lain dengan cara meng­gangsir," tuturnya.

Dengan tertangkapnya pen­curi kabel ini, Tito membantah bahwa ada sabotase atas ter­sumbatnya gorong-gorong di kawasan ring I.

"Ini bukan sabotase, tapi sindikat spesialis pencurian kabel," tegasnya.

Tito mengatakan, pencuri­an kabel bawah tanah itu me­nyebabkan aliran air tersumbat, sehingga menimbulkan banjir di kawasan Istana Kepresidenan dan sekitarnya.

Agar kejadian tersebut tidak terulang, dia meminta Gubernur DKI Ahok segera merealisasikan sistem CCTV di Ibukota. "Ini da­lam rangka meningkatkan digital security kita, keamanan digital kita. Jakarta masih lemah dalam sistem CCTV," nilainya.

Bila perlu, lanjut dia, sistem 6.000 CCTV itu ditempatkan di titik-titik potensial kejahatan seperti kawasan ring satu, atau di bawah tanah tempat pelaku beroperasi. Sehingga, sambung­nya, seluruh aktivitas dapat termonitor. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Jelang Lengser, Jokowi Minta Anak Buah Kendalikan Deflasi Lima Bulan Beruntun

Senin, 07 Oktober 2024 | 10:00

Kekerasan Terhadap Etnis Uighur Ubah Hubungan Diplomatik di Asteng dan Astim

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:57

Zulhas Janji akan Kaji Penyebab Anjloknya Harga Komoditas

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:49

2 Wanita ODGJ Hamil, Kepala Panti Sosial Dituding Teledor

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:46

Hubungan Megawati-Prabowo Baik-baik Saja, Pertemuan Masih Konsolidasi

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:36

Pasar Asia Menguat di Senin Pagi, Nikkei Dibuka Naik 2 Persen

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:30

Riza Patria Minta Relawan Pakai Medsos Sosialisasikan Program

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:29

Penampilan 3 Cawagub Dahsyat dalam Debat Pilkada Jakarta

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:26

Aramco Naikkan Harga Minyak Mentah Arab Light untuk Pembeli di Asia

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:17

PDIP Ingatkan Rakyat Tak Pilih Pemimpin Jalan Pintas

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:16

Selengkapnya