Berita

ilustrasi/net

Politik

Mahar Politik Ada Karena Calo-calo Politik

SABTU, 12 MARET 2016 | 11:07 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Isu "mahar politik" yang selalu muncul jelang pemilihan pemimpin daerah sangat sulit dibuktikan.

Teranyar isu ini muncul lagi ke permukaan karena pengakuan Gubernur DKI Jakarta, Basuki T. Purnama (Ahok). Ia mengatakan, memilih jalur independen di Pilgub DKI karena ongkos politik untuk maju lewat partai kelewat mahal. Paling tidak, ia harus bayar mahar hingga Rp 300 miliar untuk bisa didukung satu partai.

"Memang, mahar politik di Pilkada itu jadi cerita berkembang di masyarakat. Sulit dikonfirmasi apakah betul terjadi," kata peneliti politik dari Populi Center, Tommy Legowo, dalam diskusi bertema "Deparpolisasi, Koreksi atau Sanksi Politik" di Menteng, Jakarta, Sabtu (12/3).


Menurut dia, orang-orang dalam parpol pasti membantah adanya praktik itu. Namun di lapangan politik, keberadaan calo-calo politik tidak bisa dibantah.

"Mereka (calo-calo politik) mengatasnamakan parpol. Hubungi orang-orang yang ingin maju Pilkada dan minta uang stimulus (agar bisa dicalonkan)," katanya.

Ia melanjutkan, isu mahar politik bukan cuma mesti diklarifikasi oleh orang parpol, tapi juga oleh calon-calon yang sedianya maju ke Pilkada namun batal karena alasan dana.

Tommy juga mengakui mahar politik berkaitan dengan biaya politik tinggi. Dan secara faktual, pengelolaan parpol dan kampanye politik memang membutuhkan biaya sangat tinggi.

"Bayangkan parpol harus punya cabang di semua provinsi. Lalu mengelola cabang-cabang lagi di 3/4 kabupaten dan kota," lanjutnya.

Namun, di sisi lain belakangan ini ada fenomena yang menunjukkan bahwa ongkos politik dapat ditekan dengan cara melibatkan relawan dan partisipasi rakyat. Ia merujuk pada pengalaman proses politik PDI Perjuangan ketika mencalonkan Joko Widodo untuk Pilgub maupun Pilpres.

"Pak Jokowi dan beberapa walikota yang mempunyai kinerja baik atau diperspesikan baik oleh publik, pasti biaya politiknya rendah. PDIP punya pengalaman itu. Biaya politik itu datang dari masyarakat," tambahnya. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya