Berita

Zulkifli Hasan:net

On The Spot

Mahasiswa Anggukkan Kepala Dengar Ceramah Pancasila

Nasionalisme Sudah Luntur
KAMIS, 10 MARET 2016 | 09:00 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Nilai-nilai nasionalisme sudah luntur di tengah-tengah masyarakat. Antara lain di daerah-daerah seperti Riau.

Walhasil, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan melakukan penguatan nasionalisme melalui acara empat pilar kebangsaan yaitu, Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945.

Hari menjelang siang. Jam menunjukkan pukul 11.00 WIB, Selasa (8/9). Khairul duduk san­tai di kursi yang berada di Aula Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Riau (FKIP Unri ) Pekanbaru, Riau.

Tatapan mata mahasiswa ilmu keolahragaan ini fokus ke depan, mendengarkan pemaparan yang dilakukan Ketua MPR. Tak lama kemudian, mahasiswa semester 6 ini menganggukkan kepala beberapa kali mendengar isi ceramah tersebut.

"Tenyata penting juga menum­buhkan nasionalisme melalui sosialisasi empat pilar," ujar Khairul.

Tak sendirian, Khairul ber­sama dengan ratusan mahasiswa Unri harus berdesak-desakan mendengarkan pemaparan em­pat pilar dari pimpinan MPR. Ruangan yang hanya seluas lapangan tenis itu seakan tidak mampu menampung generasi muda yang ingin menumbuh­kan jiwa nasionalisme dan pa­triotisme. Tak terasa, pemaparan berlangsung setengah jam, dan mendapat sambutan dari ratusan mahasiswa.

Khairul mengaku baru kali ini mengikuti acara empat pilar karena sebelumnya dirinya tidak terlalu peduli dengan pentingnya acara tersebut. "Ini penting agar anak-anak muda di Riau lebih cinta tanah air," ujar dia.

Pria yang baru berumur 20 tahun ini menilai, nilai-nilai na­sionalisme mulai luntur di Riau dan semua pihak harus bersama-sama menumbuhkannya dengan cara semakin gencar mengingat­kan dasar negara kepada seluruh elemen masyarakat.

Namun saat ditanya tentang apasaja elemen empat pilar bangsa, Khairul terdiam cukup lama. "Saya belum tahu empat pilar itu apa saja. Mungkin setelah ini saya baru tahu," ujarnya.

Sementara, Merna Susanti, mahasiswi jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) FKIP Unri mengatakan, teman-teman jurusannya seringmemperkenalkan nilai-nilai Pancasila dan juga patriotisme ke­pada para mahasiswa dengan cara mengadakan lomba empat pilar kebangsaan setiap tahunnya.

"Setiap awal tahun kami selalu mengundang seluruh mahasiswa dari fakultas lain untuk mengi­kuti lomba empat pilar kebang­saan," terangnya.

Tak hanya mahasiswa, kata wanita berjilbab ini, tapi penge­nalan Pancasila juga dilakukan kepada siswa SD, SMP hingga SMA se Provinsi Riau. Caranya, dengan mengadakan olimpiade dan lomba cerdas cermat tingkat dasar untuk menggali lebih jauh pengetahuan mereka tentang Pancasila dan juga patriotisme.

"Alhamdulillah, banyak siswa yang antusias dengan ikut olim­piade. Mereka betul-betul se­mangat bila bicara nasionalisme dan juga patriotisme," ucapnya.

Sebagai puncak acara, kata wanita berumur 19 tahun ini, pihaknya mengundang Ketua MPR. "Kami bersyukur Pak Zulkifli Hasan bersedia datang ke sini untuk memberikan so­sialisasi kepada mahasiswa dan juga siswa yang telah menunggu sejak pagi," tandasnya.

Senada, Fitri Alfiani, ma­hasiswi PPKN Unri mengaku khawatir jiwa nasionalisme dan juga patriotisme masyarakat Riau mulai luntur.

Penyebabnya, banyak masyarakat di Riau sudah tidak peduli lagi dengan kondisi masyarakat di sekitarnya. "Juga diperparah dengan banyaknya sumber daya alam di Riau yang banyak dikua­sai asing," kritik Fitri.

Walhasil, kata wanita berjilbab ini, seluruh mahasiswa PPKN di Unri putar otak bagaimana cara agar masyarakat kembali cinta denganbangsa dan negaranya sendiri. "Kami akhirnya turun ke jalan dan mensosialisasikan empat pilar kepada masyarakat," jelasnya.

Tidak setiap hari, kata wanita berumur 20 tahun, tapi sosialisa­si empat pilar kepada masyarakat dilakukan setahun dua kali saat Car Free Day berlangsung di jalan protokol di Pekanbaru, Riau. "1 Oktober saat Hari Kesaktian Pancasila dan juga 1 Juni saat hari lahir Pancasila," terangnya. "Alhamdulillah masyarakat cu­kup antusias dengan sosialisasi tersebut," kata dia lagi.

Dengan demikian, dia ber­harap dengan adanya sosialisasi yang dilakukan pemerintah dan juga mahasiswa akan semakin banyak masyarakat tahu dan mengerti apa itu empat pilar kebangsaan yang berguna untuk menumbuhkan jiwa nasional­isme dan patriotisme.

Dalam pemaparannya, Zulkifli Hasan menyatakan, bahwa MPR saat ini dianalogikan menjadi penjaga gawang dalam menampung aspirasi rakyat sesuai dengansila keempat, yang berbunyikerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam per­musyawaratan dan perwakilan.

"Sistem kita musyawarah mu­fakat dan perwakilan, makanya dinamakan majelis yang artinya perwakilan seluruh rakyat, per­wakilan setiap golongan, per­wakilan daerah," tegas Zulkifli dalam pemaparannya dihadapan mahasiswa Unri, kemarin.

Ketua Umum PAN ini me­nyebut bahwa empat pilar ke­bangsaan yaitu Pancasila, UUD dasar 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. "Kita terdiri dari 400 suku bangsa dan 600 etnis yang berasal dari berbagai budayadan agama, tapi mempunyai mimpi yang sama," tandasnya.

Hal itu berbeda dengan negara barat, lanjut Zulkifli yang agaanyasama dan juga punya iden­titasnya sama. "Kita beragam asalnya, tapi yang mayoritas seperti orang Jawa bisa bahasa Melayu," sebut dia.

Bekas Menteri Kehutanan ini menambahkan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam kon­teks Provinsi Riau tidak berdiri sendiri, tapi berasal dari satu bangsa yaitu Indonesia.

"Cita cita Indonesia merdeka yang diperjuangkan para pendiri negeri ini adalah bersatu, tan­panya kita tidak mungkin ber­daulat," ucapnya.

Tanpa berdaulat, kata dia, tidak mungkin bisa berlaku adil. Dengan tidak berlaku adil tidak akan dicapai kemakmuran bersama. Di sisi lain dia meng­ingatkan, agar pemimpin bisa merangkul seluruh masyarakat sehingga mampu mengaplikasi­kan empat pilar kebangsaan di semua lapisan masyarakat.

Untuk itu, segenap elemen bangsa Indonesia tidak boleh melupakan Pancasila sebagaidasar dan ideologi negara, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi negara.

"Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk negara dan Bhinneka Tunggal Ika seba­gai semboyan bangsa Indonesia yang harus tetap kokoh dan eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," tegasnya.

Menurut dia, Bhinneka Tungga Ika akan sangat relevan un­tuk dapat dipertahankan dalam menjaga persatuan dan kesatuan serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tak lupa, Zulkifli mengkritik demokrasi yang ada sekarang ini sudah condong kebarat-ba­ratan dalam arti demokrasi yang menang-menang. "Akibatnya demokrasi kita menjadi mahal," kritiknya.

Lebih lanjut dia menegaskan, bahwa demokrasi kita sudah menyimpang dari yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Jadi, tidak lagi sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945. "Demokrasi yang bebas itu menjadi mahal," kritiknya.

Alasannya, bila seseorang mau jadi gubernur, bupati, ang­gota DPR, dan lainnya harus ada sponsor. Akibatnya, kedaulatan juga sudah bergeser, tidak lagi di tangan rakyat, tapi kedaulatan di tangan sponsor atau kedaulatan di tangan pengusaha.

Akibat dari demokrasi menang-menangan itu, kata Zulkifli, maka yang terjadi yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Bayangkan ada dua orang kota menguasai tanah sama luasnya dengan tanah milik seribu orang desa. "Kalau ini terus terjadi, maka hancur negara ini," kritiknya.

Latar Belakang
Teroris Suka Membujuk Mahasiswa Eksakta

Ideologi Pancasila belum sepenuhnya menjadi pegangan masyarakat. Program sosialisasi empat pilar yang selama ini di­lakukan MPR, belum sepenuh­nya manjur dalam upaya mem­berantas paham radikal yang bertentangan dengan falsafah negara, yaitu Pancasila.

Buktinya, masih banyak teror yang mengatasnamakan agama tertentu, yang justru sangat mer­ugikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Contohnya, aksi bom Thamrin, Jakarta Pusat awal tahun 2016, yang menewaskan 8 orang, termasuk empat pelaku dan melukai 24 orang lainnya.

Kendati beberapa pelaku teror bom Thamrin sudah tewas di tempat kejadian, namun pihak kepolisian terus melakukan pengembangan dan akhirnya menangkap belasan orang yang diduga terlibat dalam jaringan pelaku teror di jantung Jakarta itu.

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti memastikan, serangan ter­oris di Thamrin, Jakarta, sudah hampir terungkap seluruhnya. "Untuk kasus bom Thamrin ini ada 16 kita tangkap terkait bom Thamrin langsung, ada satu yang belum tertangkap," kata Badrodin belum lama ini.

Selain 16 orang yang terkait langsung, kata Badrodin, ada dua orang terpidana yang masih perlu disidik. Dengan demikian, serangan bom Thamrin diduga melibatkan 19 orang.

Badrodin menjelaskan, ada lima kelompok pelaku yang terkait serangan tersebut. Di antaranya adalah kelompok Hendro Fernando, Helmi dan Romli. "Ada beberapa dan itu kelompok berbeda, tentu punya rencana yang berbeda, seh­ingga itu bisa dianggap menjadi satu masalah yang bisa ganggu keamanan," sebut Badrodin.

Sementara itu, demi mencegah aksi terorisme semakin meluas, pimpinan MPR mensosialisasi­kan empat pilar di kalangan kaum terdidik.

Wakil Ketua MPR Mahyudin menduga, ada jaringan terorisme yang berusaha masuk ke kampus dan merekrut anggota baru.

"Informasinya banyak yang coba masuk ke kampus, untuk membujuk mahasiswa, sasarannya orang-orang eksak. Mungkin orang eksak itu suka diajak berpikir logis, teroris jelaskan secara logis," kata Mahyudin belum lama ini.

MPR, lanjut politikus Golkar ini, berusaha terus melakuka sosialisasi 4 pilar kebangsaan ke setiap kampus yang ada di Indonesia. Hal itu dilakukan demi mencegah tindakan radika­lisme dan menanamkan cinta ta­nah air kepada generasi muda.

"Kami mengantisipasi masuk ke kampus-kampus mengajarkan tentang Pancasila, agar paham radikalisme tidak masuk ke kampus," harap dia.

Selain itu, dirinya mendu­kung konsep Bela Negara yang mengandung unsur Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau biasa disebut P4. "Bela negara baru konsep, belum diaktualisasi oleh pemerintah. Konsepnya hampir sama dengan empat pilar," sebut dia.

Untuk itu, dia meminta agar penataran P4 dihidupkan kembali. "Sedangkan pemerintah pakai kon­sep bela negara, materinya juga seperti P4," tutupnya. ***

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

Aksi Massa Desak Polisi Tetapkan Said Didu Tersangka

Kamis, 03 Oktober 2024 | 20:43

Stasiun Manggarai Chaos!

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 13:03

UPDATE

Jelang Lengser, Jokowi Minta Anak Buah Kendalikan Deflasi Lima Bulan Beruntun

Senin, 07 Oktober 2024 | 10:00

Kekerasan Terhadap Etnis Uighur Ubah Hubungan Diplomatik di Asteng dan Astim

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:57

Zulhas Janji akan Kaji Penyebab Anjloknya Harga Komoditas

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:49

2 Wanita ODGJ Hamil, Kepala Panti Sosial Dituding Teledor

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:46

Hubungan Megawati-Prabowo Baik-baik Saja, Pertemuan Masih Konsolidasi

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:36

Pasar Asia Menguat di Senin Pagi, Nikkei Dibuka Naik 2 Persen

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:30

Riza Patria Minta Relawan Pakai Medsos Sosialisasikan Program

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:29

Penampilan 3 Cawagub Dahsyat dalam Debat Pilkada Jakarta

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:26

Aramco Naikkan Harga Minyak Mentah Arab Light untuk Pembeli di Asia

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:17

PDIP Ingatkan Rakyat Tak Pilih Pemimpin Jalan Pintas

Senin, 07 Oktober 2024 | 09:16

Selengkapnya