Dunia internasional merespons pernyataan terbaru dari pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, tentang kesiapan negaranya untuk menggunakan kekuatan nuklir setiap saat.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon mendesak Korea Utara untuk menahan diri dari tindakan provokatif yang memperburuk ketegangan.
"Kami menyadari laporan ini dan memantau situasi di semenanjung Korea, berkoordinasi dengan sekutu regional kami," kata juru bicara Pentagon, Bill Urban, dikutip dari the guardian.
Sedangkan dari Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei, mengatakan negaranya berharap sanksi baru Dewan Keamanan PBB akan dilaksanakan komprehensif dan serius, dan tidak membahayakan warga Korea Utara.
Duta Besar Jepang di PBB, Motohide Yoshikawa, mengatakan, pernyataan Kim Jong Un merupakan cara Korut bereaksi terhadap ancaman sanksi baru dari PBB.
"Mereka mungkin melakukan sesuatu yang lebih dari itu. Jadi, kita akan menunggu," katanya.
Sebelumnya, Kim Jong Un mengeluarkan pernyataan resmi bahwa militernya siap menggunakan senjata nuklir setiap saat dalam menghadapi ancaman yang meningkat dari Amerika Serikat dan sekutunya.
Kim mengatakan situasi Korut telah begitu berbahaya, karena itu harus bersiap untuk meluncurkan "serangan preemptive".
Perintah Kim itu dikeluarkan lewat media resmi pemerintah, KCNA, pagi ini. Sejauh ini, pernyataan itu diartikan sebagai tekanan balik kepada masyarakat internasional setelah Dewan Keamanan PBB mengadopsi rancangan sanksi baru terhadap Korut. (Baca:
Inilah Deretan Sanksi Baru Untuk Korut)
"Dalam situasi ekstrim bahwa imperialis AS menyalahgunakan pengaruh militer dan menekan negara-negara lain untuk memulai perang dan bencana, satu-satunya cara bagi untuk melindungi kedaulatan dan hak untuk hidup adalah memperkuat kualitas dan kuantitas tenaga nuklir dan menyadari keseimbangan kekuasaan," ucap Kim.
[ald]