Berita

ilustrasi/net

Dunia

PERANG SURIAH

DK PBB Bulat Dukung Gencatan Senjata, Pembicaraan Damai Di Depan Mata

SABTU, 27 FEBRUARI 2016 | 08:06 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mendukung gencatan senjata di Suriah dan menuntut semua pihak untuk memenuhi komitmen untuk mengakhiri permusuhan.

Dukungan itu datang sekitar satu jam sebelum dimulainya "penghentian permusuhan" yang diusulkan Amerika Serikat dan Rusia, yang dimulai pada tepat tengah malam tadi (Sabtu, 27/2)  waktu Damaskus.

Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, dikutip dari Aljazeera, mengatakan pembicaraan damai Suriah akan diadakan lagi pada 7 Maret jika gencatan senjata berhasil dilakukan.


"Dengan asumsi sebagian besar pihak memegang komitmen gencatan senjata, insya Allah, dan akses kemanusiaan terus berlanjut, saya berniat untuk mengadakan lagi pembicaraan damai Suriah pada Senin, 7 Maret," ucap de Mistura.

Sebelum gencatan senjata berlaku, blok oposisi utama Suriah, Komite Negosiasi Tingkat Tinggi, mengatakan bahwa hampir 100 kelompok bersenjata di bawahnya telah sepakat untuk menghormati gencatan senjata sementara. Pada saat bersamaan, serangan udara yang diduga dilakukan militer Rusia terus menyerang daerah yang dikuasai pemberonta beberapa jam sebelum gencatan senjata yang diusulkan mulai berlaku.

Komite itu mengatakan, tepatnya ada 97 faksi dan kelompok bersenjata anti Presiden Bashar al Assad yang akan menghormati waktu dua pekan untuk gencatan senjata.

Mereka pun tak kalah keras menuntut agar Rusia dan Iran, pendukung utama Assad, mematuhi gencatan senjata.

Beberapa hari lalu, Presiden Assad berhasil meyakinkan Rusia soal komitmennya menghormati gencatan senjata.

"Sebuah panggilan telepon berlangsung antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Secara khusus, Assad menegaskan kesiapan pemerintah Suriah untuk memfasilitasi pembentukan gencatan senjata," demikian pernyataan Kremlin.

Masih dari keterangan Kremlin, Assad menyebut gencatan senjata sebagai langkah penting menuju resolusi politik.

Gencatan senjata berawal dari komunikasi melalui telepon antara Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin lalu.

Namun, gencatan senjata tidak berlaku untuk ISIS, Front al Nusra dan organisasi lainnya yang telah ditetapkan PBB sebagai kelompok teroris. [ald]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya