Senayan Driving Range Golf berhenti beroperasi. Lapangan golf yang berada tepat di sisi Jalan Sudirman, Jakarta ini akan diubah fungsinya menjadi kawasan publik dan hutan kota.
Hari menjelang sore, Selasa (23/2). Nahwan asyik duduk di meja kerjanya di salah satu ruangan di kompleks perkanÂtoran, di Senayan Driving Range Golf. Sorot matanya fokus ke lembaran kertas yang tertumpuk di mejanya.
Tidak lama kemudian, pria setÂengah baya ini menuliskan sesuatu di buku besar yang berada di depannya. "Jaga kantor agar aset negara tidak ada yang hilang," kata Nahwan, salah satu pegawai Pusat Pengelolaan Gelora Bung Karno (PPKGBK).
Senayan Driving Range Golf resmi berhenti beroperasi pada 1 Februari 2016. Sekretariat Negara (Setneg) selaku pemilik kompleks tersebut memasang spanduk putih berukuran besar, ikhwal berhentinya operasional lapangan golf yang biasa digunaÂkan kalangan pengusaha dan peÂjabat negara itu. Isinya "Senayan Driving Range Golf ditutup per 1 Februari 2016 untuk persiapan pembangunan kawasan publik dan ruang terbuka hijau".
Karuan saja, lapangan golf seÂluas 4,6 hektare itu sepi. Seluruh toko yang ada kompleks ini tutup dan terkunci rapat. Hanya terliÂhat beberapa satpam dan petugas kebersihan yang sibuk memberÂsihkan sampah di sana-sini.
Begitu juga lapangan golf yang biasanya ramai latihan mulai pukul 6 pagi sampai puÂkul 10 malam ini, seakan tidak bertuan. Kendati telah tutup, lapangan yang bisa menampung 40 pemain golf sekaligus ini, masih terawat baik. Tidak terliÂhat satu pun sampah di lapangan ini. Namun, di lantai dua terlihat ada beberapa bola golf tercecer. Belum sempat dibersihkan.
Nahwan mengatakan, berhenti operasinya Senayan Driving Range Golf karena sudah selesai masa kontraknya per 1 Februari 2016. "Masa kontraknya selama 30 tahun," sebut Nahwan.
Namun, dia mengaku tidak mengetahui berapa nilai kontrak selama puluhan tahun tersebut. "Saya tidak tahu kalau soal itu. Direksi yang lebih tahu. Tugas saya cuma menjaga aset negara supaya tidak hilang" elaknya.
Kendati sudah habis konÂtrak sejak awal Februari, lanjut pria yang mengenakan kemeja bergaris-garis ini, pihak Driving Range selaku pengelola lapangangolf, meminta waktu hingga 29 Februari untuk beres-beres alat dan aset yang dimiliki perusaÂhaan swasta tersebut.
"Kami setujui. Pokoknya, akhir bulan ini seluruh aset milikDriving Range sudah berÂsih, tinggal aset milik negara," katanya.
Nahwan tidak mengetahui secara pasti mana saja aset milik negara dan mana aset milik PT Driving Range. "Yang pasti, tanah milik negara. Kalau banÂgunan, sebagian milik Driving Range," sebutnya.
Dia memastikan, PT Driving Range tidak bisa memperpanÂjang lagi kontrak tanah milik negara ini, karena tempat terseÂbut akan berubah fungsi untuk hutan kota dan ruang publik.
"Di bawah tempat ini, akan dibangun stasiun bawah tanah MRT Jakarta," sebutnya.
Kendati sudah tutup tiga minÂggu, lanjut Nahwan, setiap hari selalu ada warga yang menanyaÂkan jadwal latihan golf.
"Paling tidak, ada enam orang setiap hari yang tanya. Ya saya bilang, sudah tutup. Akhirnya, mereka pulang," tandasnya.
Nahwan lantas bercerita soalkesalahpahaman aparat pengamanan salah seorang pejaÂbat negara dengan dirinya soal lapangan golf ini. Kejadiannya dua minggu lalu.
Saat itu, aparat tersebut meÂnemui dirinya, bahwa sang pejabat akan main golf di tempat ini. "Saya bilang, lapangan ini sudah tutup dari awal Februari," kata Nahwan.
Seakan tidak percaya, lanjutÂnya, aparat tersebut ngotot dan ingin melihat kondisi lapangan golf yang sebenarnya. "Akhirnya saya ajak ke lapangan, baru dia sadar bahwa semua stik golf, bola dan karpet sudah tidak ada lagi," ceritanya.
Tak lama kemudian, Nahwan lantas meminta kepada aparat tersebut untuk menelepon atasanÂnya. "Akhirnya, dia minta maaf karena salah persepsi," kata Nahwan bersambung tawa.
Ternyata, lanjut Nahwan, Senayan Golf yang diminta atasan aparat itu, yang berada di Jalan Asia Afrika, atau tepat di depan Plaza Senayan. "Jadi, dia salah tafsir ucapan atasannya," kata Nahwan berlanjut tawa.
Terpisah, Dirut Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK) Winarto mengaÂtakan, bekas lahan golf tersebut akan ditanami pohon-pohon besar dan langka.
"Kami masih dalam tahap mendesain seperti apa. Tapi, kami akan fokus pada pohon langka yang bisa memberikan manfaat signifikan," katanya, kemarin.
Winarto menambahkan, pohon-pohon yang akan ditanam, diseÂdiakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Namun, sejauh ini belum dapat dipastikan pohon apa yang akan ditanam.
Menurut dia, nantinya hutan kota ini terbuka gratis untuk warÂga. PPK GBK tidak memberikan tarif masuk, hanya warga yang membawa kendaraan dikenakan biaya parkir.
"Siapa saja bisa menikmati hutan kota ini. Masyarakat punyatempat relaksasi," tuturnya.
Penutupan arena komersil untuk dijadikan sarana publik ini, diakui Winarto mengurangi pemasukan PPK GBK. Kendati demikian, ia optimis, dengan dijadikannya bekas Senayan Golf Driving Range sebagai ruang terbuka hijau, akan ada nilai lebih yang didapat.
Di sisi lain, menurut Winarto, sarana golf di Jakarta sudah cukÂup banyak seperti di Kemayoran, Rawamangun, Halim, Pantai Indah Kapuk dan lain-lain. Sehingga, ia yakin, penutupan Senayan Golf Driving Range, tidak berdampak signifikan bagi para penggemar olahraga ini.
"Di Jakarta ini ada banyak sekali lapangan golf. Di ibuÂkota negara lain tidak sebanyak ini. Sementara DKI, 30 persen kawasan ini harus hijau. Ini keÂberpihakan kepada masyarakat," tandasnya.
Menurut Sekjen Kementerian LHK Bambang Hendroyono, pihaknya akan membantu meÂnyediakan pohon. Sedangkan pengelolaan hutan kota akan dilakukan bersama PPK GBK dan Pemprov DKI Jakarta.
"Mudah-mudahan awal Maret kita sudah bisa mulai tanam pohonnya. Bu Menteri juga sangat antusias dan berharap ini bisa segera terealisasi," tandasnya. ***